Cinta, setelah pernikahan
***
Satu minggu telah berlalu, usai pernikahan... Kania pamit pada kedua orang tuanya untuk pergi ke kota bersama sang suami Yohanes Buana wijaya kusuma. Yohans sendiri adalah seorang pria mapan yang sukses, ia sangat sibuk dengan pekerjaannya, hingga usai pernikahan pun mereka belum pernah saling bersentuhan sedikitpun. Sebab entah kenapa Yohanes lebih memilih menggelitiki Keyboard di laptopnya. Ketimbang mengcek istrinya...
"Bu. Nia pamit... maaf jika Nia nggak sopan dan belum bisa berbakti sama ibu sama bapa..." Isak Kania penuh haru biru. Tak ayal sang ibu yang begitu menyanyangi anaknya itu lekas merangkul tubuh anaknya dengan kedua tangannya begitu erat.
Greep!
Peluk sang ibu "Nak. ibu sangat menyayangimu... Ibu tak bisa melepaskanmu tanpa memelukmu... ibu sangat berat melepaskan mu... anak perempua ku" isyak sang ibu sesegukan. Sedangkan sang ayah yang begitu sedih masih berdiri di samping istrinya dan menepuki pundak lelah sang istri yang begitu berjasa dalam membesarkan putri sulungnya itu.
"Sayang. Jangan bicara begitu, iklaskan Nia untuk Nak Hans yang kini jadi suaminya" Jelas ayah Kania dengan pipi merah pekat seakan menahan kesedihannya. Bahkan begitu berembun basah merekah suasana raut wajah pria kekar yang kini mulai menua dan penuh keriput halus itu.
"Hiks... Bu. Kania dan mas Hans pamit..." Imbuh Kania melepas perlahan lungkaran tangan ibunya yang memluknya erat.
Ibunya pun paham dan ia pun lekas melepas tubuh sang anak dan menahan haru pedihnya "Ya nak. Pergilah... Nak Hans. Ibu titip anak ibu ya... tolong jaga dia selagi ibu dan ayah tak ada di sampingnya" pinta sang ibu masih terisak-isak dalam sebuah haru.
Hans hanya mengangguk tanpa sepatah katapun. Hans tampak dingin dengan wajahnya yang selalu datar dalam menghadapi segala situasi yang ada di kediaman Kania.
"Baik-baiklah di sana nak. Ayah hanya berpesan... turutilah segala perintah suamimu. Apapun itu... agar rumah tangga kalian tetap rukun dan langgeng hingga ajal memisahkan kalian..." Pinta sang ayah. Kania sungguh berat hati meniggalkan sang ayah. Namun apa boleh buat, ia kini adalah milik suaminya. Jadi Kania hanya perlu mengikuti suaminya kemana pun ia pergi.
Hans hanya mengangguk. Hans pun mulai meraih tangan kedua mertuanya dan mulai menciumi punggung tangan mereka.
"Kami pamit" ucap Hans.
Kedua orang tua Kania mulai mempersilahkan mereka untuk melangkah ke arah mobil yang terparkir. Meski berat tapi mereka harus rela melepaskan anak perempuan mereka demi kebahagiannya.
Kania dan Hans masuk mobil...
Lalu tak lama berselang setelah itu. Mobil yang Hans naiki melaju cukup kencang untuk memburu waktu lebih awal sampai ke kota.
Hati Kania bergetar dan sungguh ragu pada pria di sampingnya Ada apa denganku... kenapa aku sedikit berharap pria ini mengeluarkan suaranya... Jangan-jangan suamiku bisu? Bathin Kania menggumam.
Sepanjang perjalanan, Kania hanya bisa duduk dengan tubuh kaku di sudut mobil tersebut. Sedangkan di sampingnya suaminya hanya diam dan tak bicara apapun bahkan sepatah katapun. Hans hanya sibuk pada Gadgetnya ia bahkan tak melirik kania sedetikpun.
Sebenarnya yang ada di tangannya itu apa? Apakah Handpone itu terlalu penting hingga ia tak bisa menoleh sedikit saja padaku? Sudah satu minggu ini... dia tidak pernah bertanya apa lagi menyapa. Oh tuhan... apakah pria di sampingku ini waras? Bathin Kania.
Sepanjang perjalanan yang begitu membosankan. Membuat Kania mencoba memulai sebuah pembicaraan. Ia berpura-pura menanyakan lokasi mereka berada saat ini.
"... Ummm... Mas... bolehkan saya bertanya?" Gumam Kania ragu, ia bahkan memainkan tangannya sendiri karna gugup ketika bertanya demikian.
"..." Nampaknya Hans tak menyimak hingga ia abai pada Kania. Kania sungguh malu hingga wajahnya merah padam.
Apa aku harus bertanya lagi? Bathin Kania.
"... Umm Mas Hans..." lenguh Kania ragu-ragu. Hans masih saja cuek. Saat kania mulai merasa sedih, Kania pun membuang wajahnya yang tadi menatap Hans dengan wajah malu-malu itu.
Masa bodoh deh. Dia emang nggak peka... Nyebelin. Bathin kania menggumam.
Nampaknya kelakuan Kania di saksikan oleh supir kepercayaan Hans hingga ia mulai menyahut dalam sebuah jawaban yang harusnya Hans sendiri yang menjelaskannya.
"Kita masih di daerah pedesaan nona muda... Nanti jika sudah dekat perkotaan saya akan mengabari anda" jelas supir kepercayaan Hans. Kania mulai menoleh ke arah supir tersebut.
"Benarkah... Hah... astaga... ternyata kota itu jauh toh..." gumam kania. Supir itu tersenyum...
"Tuan besar Kitt emang pintar mencari calon menantu. Ia bahkan mencari gadis kampung untuk tuan muda..." Kekeh Supir tersebut.
"Ahemmm..." geram Hans seraya masih menatap layar ponsel miliknya.
Kania sedikit mendengar sesuatu tapi tak begitu jelas "Maaf... apakah anda bicara dengan saya?" tanya Kania bingung.
"Ahhh tidak... saya hanya bilang istri tuan Yohanes sangat cantik..." Gumam Sang supir lagi.
"Aheeemmm!" Lagi-lagi Hans menggeram.
"Tuan apakah anda haus?" tanya Kania seraya mencari botol minum air mineral yang ia bawa dari rumahnya. Lantas Hans mulai menoleh ke arah istrinya itu dan lekas menekan ponselnya.
"Tuan ini... minumlah" imbuh Kania seraya menyerahkan botol yang telah di buka tutupnya dan siap di minum.
Tatapan Hans ber artikan amarah dan ketidak nyamanan. Hingga satu kalimat pun mulai terucap dari bibir Hans untuk Kania "Keluar! Dari mobilku!" Bentak Hans. Kania hanya bisa menatap dengan tatapan bingung.
"Apa?" Kania hanya bisa menatap dengan pertanyaan tersebut.
Apa tadi itu? Tanya kania dalam hati. Tangannya masih gemeteran dan lemas mulai melanda ketika ia mendengarkan kalimat tersebut.
Apakah tadi itu suara suamiku? Yang memintaku keluar dari mobilnya... Bathin Kania menggumam lagi.
"Richi! Hentikan mobil ini... turunkan dia sekarang juga! Aku sungguh muak dengan semua ini!" bentak Hans begitu penuh dengan emosi.
"Ta... tapi Mas? kenapa aku harus keluar... kita kan belum sampai kota" balas Kania panik.
"Bos. Kamu serius?" tanya Richi bingung.
"Kubilang Hentikan! ya hentikan!" teriak Hans marah besar.
Richi kaget dengan bentakan keras tuannya itu dan lekas menghentikan mobilnya.
Ciiiitt...
Mereka sedikit terpental karna rem yang begitu tiba-tiba sekali.
Jduuukkk! Nasib sial bagi Kania, ia sungguh terjedok ke depan kursi kemudi. Sebab ia sama sekali tak paham cara memakai seam bell.
"Aduh!" Pekik Kania sedikit terjungkal.
"Nona kamu tak apa-apa?" Tanya Ricchi panik.
"Tidak tuan. Hanya jidak saya sedikit sakit mungkin benjol" Balas Kania menyentuh jidaknya yang terasa gilu.
"Maafkan aku. Aku tadi kaget hingga tak teliti" Pinta Ricchi terlihat cemas pada keadaan Kania. Sedangkan Hans hanya duduk tenang dengan tangan di gulung di dadanya. Ia bahkan tak menghawatirkan kania seperti Kania menghkawatirkan Hans saat ini.
"Tak apa apa... tapi ini di mana?" Tanya kania.
"Ini msih jauh dari kota dan mungkin ini perbatasan... tapi nona maafkan saya karna tak bisa mengantar anda sampai ke tempat tujuan..." Pinta Richi.
"Selama ini aku tak pernah keluar rumah. Dan bahkan aku ini adalah si buta arah... bagai mana bisa aku sampai ke kota sendirian?" Jelas Kania ke bingungan.
Richi mulaai menatap bosnya "Bos... gimana ini? istrimu sama sekali tak tahu jalan ke rumahmu?" tanya Richi menatap Hans dengan tatapan memelas.
"Beri dia uang dan lekas turunkan..." jelas Hans.
"Tapi..." richi bingung.
"Jika dia bisa sampai ke kediamanku dengan caranya sendiri... maka aku akan menghadiahinya sebuah mobil..." Jelas Hans.
"Gluk" Richi menelan salivanya sendiri.
"Tapi aku tak butuh mobil Mas. Tolong jangan buat aku bingung begini?" Kania memohon.
"Richi turunkan wanita itu..." Pinta Hans begitu dinginnnya.
Akhirnya...
Kania di turunkan dengan paksa oleh Richi. Sebuah peta denah lokasi kediaman Hans dan sepeser uang tunai di bekalkan pada gadis malang itu.
Apakah Kania akan kembali ke orang tuanya? Atau kania akan tetap mengikuti permintaan Hans yang begitu merendahkan martabat kania.
Aku tak tahu... apa salahku hingga ia menyuruhku pergi dari sampingnya dengan cara yang begini tidak sopannya.gumam bathin Kania.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Febby Fadila
uda kania jangan ikut dia lagi.. pergi ke kota trus cari kerja yg pnting halal
2024-06-22
0
Vera Wilda
Baru baca aja udah bikin emosi, mending pergi aja dr hidup nya paling gak suka laki2 yg main tinggalin perempuan d tengah jalan, apa laki2 itu tidak punya ibu ?????
2023-10-06
1
mma ayu
nyimak. awalan yg lumayan kejam
2023-09-07
0