***
Kruyuuuukkkk.... Yuuukkkk... bunyi perut Kania ..
"Uggghhh... sakitnya. Lapar sekali..." Gumam Kania memegangi perutnya. Kania baru saja sampai di perbatasan antara desa dan pusat kota. Jalanan jelek dan becek setelah di guyur hujan tadi subuh membuat Kania sangat berhati-hati dalam melangkah. Apa lagi lubang-lubang penuh lumpur di pinggir jalan akan sangat berbahaya jika ada mobil yang lewat.
"Aaahh... sudah hampir beberapa jam berjalan. Kenapa nggak ada mobil yang lewat satupun" gumam Kania patah semangat. Kania sedikit terganggu dengan tali sepatu yang terlepas. Akhirnya, ia pun memutuskan untuk berjongkok sejenak untuk mengikat tali depatunya.
"Di saat seperti ini. Istirahat memang cara terbaik untuk melepas penat" Gumamnya seraya terus mengikat sepatunya.
Saat ia berjongkok santai, tiba-tiba mobil hitam mengkilat melaju kencang ke arah Kania yang terjongkok di pinggir jalan. Mobil itu tak pehatikan jalanan yang ia pacu, hingga ban mobil mewah itu masuk kubangan lumpur dan menciprati Kania dengan derasnya.
Byuuurrr! Alhasil tubuh Kania terlumuri lumpur. Kania kaget dan teriak, tubuhnya Refleks berdiri tegak.
"Kyaaakkk!!" Pekik Kania memutar tubuhnya dan memaki mobil yang saat itu tak sengaja mengguyur tubuh Kania dengan lumpur sisa hujan tadi malam.
"Hey tuan! jangan kabur! Lihat apa yang telah anda perbuat pada ku!" teriak Kania menunjuk mobil tersebut. Mobil tersebut mulai berjalan pelan dan berhenti di ujung jalan.
Degh! Kania panik. Ia takut seseorang di dalam sana akan marah dan membunuhnya.
Oh tuhan. apa yang sudah aku lakukan? Bathin Kania menggumam. Tangannya mengepal kertas yang telah lusuh dan usang akibat air yang terciprat tadi.
Mobil di ujung jalan itu kembali mundur ke arah Kania. Kania sungguh panik, tapi apa boleh buat. Wajah, tubuh, dan rambut kania sungguh penuh dengan lumpur. Bahkan jika ia berjalan lebih jauh lagi. Kania bahkan lebih mirip manusia lumpur.
Bruuum...
Mobil sudah ada di samping kania. Kaca mobol hitam itu mulai di buka seseorang. Akhirnya, Kania dapat dengan jelas melihat siapa gerangan yang ada di dalam sana "Apakah anda baik-baik saja nona?" tanya seorang pria.
Degh! Kania terbelalak dan mulai menunduk malu. Pria itu menyapa kania dengan sopan, pria tampan itu membuat hati Kania tersenyak akan sebuah kebaikan.
"Sa-saya baik-baik saja..." Jawab Kania kikuk.
Pria itu lekas keluar dan mulai berdiri di depan Kania. Pria tampan dengan postur tubuh Atletis itu sangat mempesona. Apa lagi tinggi pria itu membuat Kania tak bisa bohongi hati nuraninya. Bahwa hatinya berkata, dia sangat tampan. Pakaian rapi berjas biru dan sepatu pentopel membuat kania berpikir bahwa pria ini adalah seorang pegawai sipil.
"Kenapa kamu berjalan sendiri? Kamu mau kemana?" tanya pria itu lembut.
Genit sekali pria ini. Bukannya dia meminta maaf. Bathin Kania menggumam.
"Saya harus pergi ke kota. Saya sengaja di tinggalkan di jalan entah apa sebabnya" polos jawaban itu lolos begitu saja.
Pria tampan itu ke heranan, ia menyungingkan bibirnya seakan menunjukan exspresi tak percayanya "Benarkah?" tanya Pria misterius itu.
"Tentu. Lihatlah alamat ini... apa anda tahu ada dimana rumah ini?" tanya Kania menunjukan selembar kertas yang di berikan Richi.
Pria itupun mulai meraih kertas tersebut tanpa rasa jijik. Padahal kertas tersebut telah basah dan tertutupi lumpur hingga tulisannya pun menghilang.
"Heh. Malangnya nasibmu nona..." cetus pria itu.
"Tapi aku masih merasa beruntung. Karna tak bertemu orang jahat" jelas Kania polos lagi. Pria di depannya sungguh tak bisa menahan tawanya. Hingga beberapa kali mendengus kegelian.
"Hmmm... Hmmmm..." suara pria itu ketika menahan tawanya.
"Aku seharusnya sudah sampai di kota saat ini. Tapi karna tak ada satu kendaraan pun lewat... Akhirnya aku malah jadi manusia lumpur..." marah Kania.
Pria itu mulai paham pada apa yang wanita di depannya itu pikirkan. Hingga ia pun berinisiatip mengantarnya ke kota sekalian menebus kesalahannya. Karna telah membuatnya tampak seperti patung lumpur.
"Oskar. Tolong perlakukan wanita ini dengan sopan. Kita akan mengantarkannya ke kota" jelas Pria misterius itu.
"Baik tuan..." balas pria plontos berkaca mata hitam itu. Pakaian pria itu serba hitam dan tubuhnya tinggo besar. Kania sungguh takut pda pria itu. Kania sering melihat pria macam itu di tivi dan itu merupakan tokoh sindikat gelap para mafia. (Korban sinetron).
"Silahkan masuk" ucap Oskar membuka pintu mobil tersebut. Kania memperhatikan sekeliling dan langsung masuk meski ia saat ini sungguh merasa sangat takut.
"T-terimakasih..." ucap kania ragu-ragu. Mobipun mulai berjalan cepat...
"Jangan sungkan. Kami takan menyakitimu kok" jawab pria sopan yang tampan tadi.
"I-ia tuan. Maaf merepotkan anda" ujar Kania malu-malu.
"Kami akan antarkan kamu ke tempat yang ingin kamu tuju" jelas pria itu.
Sementara sang supir mulai bertanya "Tuan Wlly. Bukankah anda harus menemui meeting siang ini?" tanya Oskar di sela-sela kemudinya. Lanstas pria yang di sebut Willy itu hanya bisa tersenyum ringan tanpa beban dan membuatnya makin terlihat sangat tampan.
"Batalkan saja. Klien kita masih banyak... Jangan terlalu di pikirkan" jelasnya dengan senyuman manis.
Degh! Mendengarkan ungkapan itu, Kania sungguh tertegun dan diam seakan terpesona.
Bagai mana bisa ada seorang pria yang sebaik ini. bathin Kania menggumam.
Willy terduduk di sudut pintu mobil itu, bahkan Willy tak apa saat kursi mobilnya kotir dan basah karna pakaian Kania yang acak-acakan semerawut itu.
"Kita mampit dulu ke salon..." pinta Willy. Kania sungguh kaget, hingga ia lekas menoleh kearah di mana Willy terduduk.
"Apa? sa-salon... bukankah tujuan kita adalah kota?" tanya Kania panik. Willy malah tersenyum lagi "Jangan takut... aku takan melakukan hal yang mencurigakan kok" jelas Willy. Bahkan saat ini Kania tak ada pesonanya sama sekali di mata Willy, sebab wajahnya saja hitam begitu tertutupi lupur.
"Oh. Maaf sudah salah paham..." gumam Kania. Sampailah mereka di sebuah salon di pusat kota.
"Tuan kita sudah sampai" jelas Oscar.
"Baiklah ayo turun..." pinta Willy. Oscar membukakan pintu mobil Wily, dan juga pintu mobil Kania.
"Terimakasih tuan..." ucap Kania malu-malu.
"Panggil saya Oscar..." jelas Oscar. Kania mengangguk diam...
"Ayo jangan berlama-lama lagi... Sekarang, masuklah... Aku akan menunggumu di ruang tunggu" jelas Willy. Kania lagi-lagi ragu melangkah "Ta-tapi. Aku hanya punya uang seratus ribu" getar bibir Kania ketika menjelaskan hal tersebut. Willy lagi-lagi menahan tawanya "Hmmp... Jangan takut. Aku akan menanggung biayanya" jelas Willy.
Gluk! Kania malah menelan salivanya sendiri dengan tegangnya "Terimakasih tuan... nanti jika kita bertemu lagi, saya akan membayarnya" jelas kania.
"Hahahaha. Akan ku tunggu hari itu tiba" Jelas Willy.
Kania mulai masuk di dampingi beberapa karyawan dalam salon tersebut.
"Tolong perlakukan wanita itu dengan sangat baik" pinta Willy. Para karyawan salon pun sungguh terpesona oleh ketampanan Wiilly hingga pipi mereka memerah dan napasnya berembun karna bergairah.
"Baik tuan..." ucap mereka.
Kania lekas di bawa masuk dan di dadani sebaik mungkin.
Willy terduduk di ruang tunggu seraya menatap selembar kertas yang telah usang "Tuan muda. Apa saya perlu mencuci ketas itu?" tanya Oscar.
"Ya. Agar kita lebih mudah mengantarkan wanita itu ke kediaman yang ingin ia tuju" Jelas Willy.
Oscar mulai meraih kertas itu lalu mencucinya sesuai permintaan sang bos yang paling ia hormati itu. Tak lama berselang, Oscar kembali dan menyerahkan kertas dengan tulisan yang sedikit luntur itu.
"Tuan. Saya sudah mengeringkannya..." Jelas Oscar, Willy meraihnya dan mulai membaca dengan seksama.
"Ini...?" tanya Willy kaget.
"Ya bos. Itu, Jln. Bisnis City...! White Diamond complex...! Kediaman tuan Yohanes Pranata Winata" jelas Oscar.
Entah kenapa, Willy tiba-tiba terlihat sedikit marah. Ia meremas alamat Kania hingga menggumpal di telapak tangannya.
"Hem... Yo-hanes ya? baiklah... siapa wanita ini di matamu?" Tanya Willy mendelik ke arah tempat di mana Kania tengah di dandani.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Febby Fadila
hans punya saingan rupanya...
2024-06-22
0