Alan Clarence benar-benar membuat Sharron kesal. Bagaimana mungkin Darrell bisa memiliki asisten yang dingin seperti itu? Bukannya tidak ramah, sikap cueknya itu yang membuat Sharron sulit berkomunikasi dengannya. Dia hanya meminta Sharron untuk lekas masuk ke mobilnya, memberikan alamat apartemen yang ditinggalinya, dan memberikan pesan untuk lekas membalas email kirimannya.
"Hei, mengapa kamu terlihat suntuk seperti itu?" tanya Noelle. "Apakah Daddy Alan menyakitimu?"
Sharron menarik napas berat kemudian menghembuskannya.
"Hei, Baby. Kenapa?" tanya Noelle lagi.
Sharron baru saja melepas high heels-nya. Dia belum membersihkan diri. Sebelum pulang dari hotel, dia hanya mencuci muka dan menggosok gigi saja.
Menyakiti bagaimana? Aku harus terlibat dengan dua orang yang berbeda karakter. Aku Sugar Baby-nya Darrell, tetapi aku harus memakai nama Alan.
"Sharron, apakah kamu mendengarku?" Noelle nampak kesal. Bertanya berulang kali pun tak mendapatkan respon dari Sharron.
"Iya, aku mendengarmu. Aku kesal sama Alan. Dia meminta aneh-aneh, tetapi aku mengajukan diri untuk tidak melanjutkannya. Dia menolak kalau aku mundur."
"Hah, itukah yang membuatmu kesal? Mengapa harus mundur kalau dia bisa memberikan segalanya untukmu?"
Ya, Noelle benar. Darrell memberikan debit card pada Sharron beserta PIN-nya. Sharron menunjukkannya pada Noelle perihal debit card tersebut.
"Aku diberikan ini," ucap Sharron.
"Bagus. Ini awal yang menarik. Ehm, tumben ya dia memberikan debit card? Kalau aku, beberapa kali mendapatkan black card. Apakah daddy Alan-mu ini pria biasa saja? Maksudku, mengapa dia tidak langsung memberikan black card padamu?"
Sharron mengambil handuk di lemari. Dia ingin membersihkan diri dulu supaya pikirannya lebih segar.
"Karena Daddy Alan sudah beristri. You know-lah, kalau black card-nya itu hanya milik istrinya."
Noelle tersenyum sembari menunjukkan satu jempol tangannya. "Setidaknya kamu mendapatkan daripada tidak sama sekali."
Sharron tidak mendengarnya lagi. Dia sudah berada di kamar mandi. Tak lama, 15 menit kemudian dia baru keluar dengan tampilan sederhananya. Kaos singlet dengan hot pants favoritnya.
"Sharron, ya ampun! Aku tidak habis pikir dengan penampilanmu seperti itu. Bisa-bisa daddy Alan benar-benar ilfeel padamu. Coba pakai gaun sederhana walaupun di apartemen, atau coba sesekali pakai lingerie. Biar terbiasa!" Noelle memang sudah fasih dalam hal seperti itu. Seolah dia menjadi panutan Sharron yang baru pertama kali masuk menjadi Sugar Baby.
"What? Lingerie?" Mata Sharron membulat sempurna menatap Noelle.
"Sudahlah, Sharron. Jangan seperti gadis polos seperti itu. Aku tahu kamu masih tersegel dengan rapat, tetapi tidak menutup kemungkinan kalau daddy Alan akan memintanya juga, kan. Percaya deh, kalau daddy Alan bukan pria-pria hiper yang kumaksud, dia akan memperlakukanmu dengan sangat hati-hati. Walaupun yang kamu belum tahu bahwa pertama kali itu sungguh sangat menyakitkan."
"Ah, Noelle. Kenapa semakin ke sini kamu malah menakuti aku? Aku berharap dia tidak melakukan itu padaku."
"Kau mau menolaknya?"
Sharron mengangguk yakin.
"Omong kosong! Sentuhan pria-pria seperti daddy Alan itu sangat memabukkan, Sharron. Aku jamin, awalnya kamu menolak. Lambat laun setelah sentuhan itu hadir pertama kali, hati dan pikirananmu tidak akan sejalan. Hatimu menolak, tetapi pikiranmu meminta lebih!"
Sharron rasanya ingin mengusir Noelle pergi dari kamarnya sekarang. Tetapi, dia cukup tahu diri kalau Sharron hanyalah menumpang.
"Kau tahu apa yang ingin kulakukan saat ini?" tanya Sharron. Dia kesal mendengar ucapan Noelle barusan seakan menakuti dirinya untuk mundur. Padahal dia memang berniat untuk mundur. Hanya saja, Darrell tidak mengizinkannya.
"Hemm, katakan!"
"Aku mau mengusirmu dari apartemen ini." Sharron tertawa.
"Mulai berani, ya? Hemmm, daddy Alan sepertinya berpengaruh besar padamu, ya."
"Tidak seperti itu, Noelle. Oh ya, kamu mau ke mana pagi ini?"
"Aku mau keluar sebentar untuk berbelanja ke supermarket. Stok makanan di lemari pendingin sudah habis. Apa kamu mau ikut atau menitipkan sesuatu?"
Sharron teringat ucapan Alan ketika di mobil. Dia harus memastikan kalau tidak akan ada orang lain yang tahu mengenai kontrak yang dikirimkan padanya.
"Titip makanan saja. Apapun asal enak," ucapnya.
"Hemm, mana uangnya? Kan daddy Alan sudah kasih debit card, boleh dong icip-icip sedikit?"
"Ayolah, Noelle ... aku kan belum tanda tangan kontrak. Mana berani aku memakainya," balas Sharron.
"Iya, iya, oke. Aku yang akan bayar. Tenang saja. Uang daddy-ku tidak akan habis kalau untuk mentraktirmu makan saja."
"Terima kasih, Noelle."
Noelle keluar. Bergegas Sharron mengambil laptopnya. Secepatnya dia membuka email yang di kirim asisten Darrell padanya.
Sesudah memasukkan sandi ke email-nya, Sharron agak ragu ketika hendak membuka isi file yang ada di lampiran email tersebut.
"Kenapa sekarang aku ragu sekali, ya?"
Mouse bergerak ke sana ke mari mengikuti irama tangan pemegangnya. Sungguh, Sharron benar-benar ragu untuk membukanya. Namun, Alan Clarence memastikan harus hari ini Sharron menandatangani kontrak perjanjian itu.
Deg!
Halaman pertama dibukanya. Isinya masih berupa nama-nama pihak pertama dan kedua. Sharron baru tahu kalau Darrell itu berusia 35 tahun. Selisih 10 tahun darinya.
Lembar kedua barulah isi kontrak kerjasamanya. Poin satu sampai lima isinya masih normal menurut pandangan Sharron. Membaca poin ke enam membuat Sharron menekan dadanya untuk bersabar lagi. Darrell sudah menguncinya dengan cukup rapat. Sharron harus mengikuti kemauan pria itu.
Poin ke tujuh, Sharron harus benar-benar memutuskan. Namun, tanda tangan ini tetap harus dibubuhkan sekarang sebelum Noelle kembali ke apartemennya. Itu artinya Sharron harus siap menjadi rahim pengganti untuk istrinya Darrell.
"Aku tidak tahu ini benar atau salah. Darrell sudah mengikatku seperti ini. Aku harus menjadi rahim pengganti untuk memberikan keturunan kami untuk istrinya. Rasanya aku seperti menjual anakku sendiri. Apa aku bisa menyetujuinya? Semua ini jelas merugikanku. Walaupun aku mendapatkan semua kompensasi yang cukup besar, tetapi berpisah dengan anak, aku tidak tahu bagaimana rasanya."
Sharron berniat menghubungi Alan untuk menanyakan perihal rahim pengganti yang dimaksud. Sharron ingin menolak bagian ini, tetapi Alan lebih dulu mengirimkan pesan padanya. Dia mengatakan bahwa Tuannya itu bisa saja membatalkan poin ke tujuh tergantung hubungannya. Intinya, Darrell akan memintanya ketika sama-sama saling mencintai. Selama cinta itu belum tumbuh, Darrell bisa saja membatalkannya.
"Oh God, Darrell pria yang sangat unik. Dia yang memaksa, dia juga yang membatalkan. Wajar saja, dia kan Crazy Rich. Suka-suka dia mau apa."
Setelah Sharron yakin, dia kemudian membubuhkan tanda tangan. Dia mengirim kembali surat kontrak tersebut ke pengirimnya, Alan Clarence.
Rupanya Alan sedang stand by di depan komputer. Dia langsung mengirimkan pesan pada Sharron bahwa besok harus bersiap-siap untuk mengikuti makan malam bersamanya.
"Oh God, sebenarnya aku ini Sugar Baby-nya siapa? Alan memintaku untuk ikut makan malam bersamanya. Apa mungkin karena Darrell pergi dengan istrinya? Oh God, serasa aku wanita simpanannya saja."
Hubungan yang terbangun antara Alan, Sharron, dan Darrell memanglah rumit. Sharron mengakui itu. Namun, yang ingin diketahui dari Alan, mengapa ini harus terjadi?
...🍒🍒🍒...
Sambil menunggu update, mampir yuk
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Suli Kah
cerita yang di awal rumit
2023-12-05
0
Sri Lestari
tunggu kebucinanmu babang darrel
2022-10-11
1
🏕V⃝🌟🍾ᚻᎥ∂ ᶢᵉˢʳᵉᵏ 💃V@X💃
cakep mulai menarik cerita nya
2022-09-10
1