Mengejar Cinta Suamiku

Mengejar Cinta Suamiku

Episode 1 ( Mengikhlaskannya)

#Mengejar Cinta Suamiku part 1 (Mengikhlaskannya)

Aku pulang..

Tanpa Dendam..

Kuterima kekalahanku..

Aku pulang tanpa dendam..

Kusalutkan kemenanganmu..

Kau tunjukan aku bahagia, kau tunjukan aku derita..

Kau berikan aku bahagia, kau berikan aku derita..

Lagu Sheila On7 ini mengalun merdu dari radio HP di kamarku, seolah memahami apa yang terpendam di hati.

Ya, wanita yang kucintai hari ini menikah. Dia lebih memilih lelaki yang mapan meski baru sebulan berpacaran dengannya di belakangku. Seolah tiga tahun kebersamaan kami tak ada arti apapun untuknya.

Sakit? Sangat!

Ingin rasanya aku meninju tepat pada hidung mancung lelaki yang bersanding di pelaminan itu dengannya hari ini. Ah, tapi aku urungkan niat itu demi harga diri.

Apa jadinya jika si lelaki karyawan pabrik ini mencari masalah dengan managernya sendiri? Sudahlah! Percuma aku melampiaskan segala kekesalan ini, toh mereka sudah terikat janji suci.

Apa untungnya buatku? Apapun yang kulakukan tidak akan mengubah apapun, kecuali membuat aku di pandang lebih rendah lagi.

Drrrrttt...drrrttt...drrtttdrtt

HP-ku bergetar menandakan pesan masuk.

*"Mas Rizki, sungguh aku sangat meminta maaf atas semua yang aku lakukan padamu. Ki, sudah dari kecil aku hidup susah. Jika ibuku bisa dikendalikan cinta hingga di hari tuanya dia sibuk banting tulang untuk makan, aku tidak demikian! Aku ingin hidup lebih baik dari ibuku dan ini pula aku lakukan untuk ibu, agar sedikit banyak, aku bisa menopang kehidupannya. Sedangkan denganmu, aku tidak yakin bisa mewujudkan hal tersebut.

Sekali lagi, aku sungguh minta maaf, semoga suatu hari, kamu bisa mendapatkan wanita yang bisa menerima kamu apa adanya, dan menyayangi kamu melebihi aku.

Terimakasih untuk semua kenangan manis yang sudah kamu tanam dalam hidup aku. Dan, terimakasih sudah menjadikan hari-hariku lebih berwarna.

Kamu, salah satu orang penting dalam hidup aku. Dan aku berharap, kelak wanita yang menggantikanku pun memiliki rasa yang sama sepertiku, sesayang aku padamu, Ki."*

Usai membaca pesannya, hatiku bergemuruh. Rasa sesak itu seperti menekan seluruh bagian jantung.

Kubanting gawai tersebut, sampai layar pada benda pipih itu retak dan mati total. Tapi, aku sama sekali tidak peduli! Rasanya, darahku seperti mendidih. Sebisa mungkin aku meredam emosi. Jika dipikirkan kembali, memang benar yang dia katakan. Aku hanyalah karyawan biasa, pria kampung yang merantau di kota dengan besaran gaji UMR setempat. Sedangkan Ibu dan Bapakku hanyalah seorang petani.

Apa yang bisa aku janjikan untuk wanita berparas cantik bak putri Indonesia itu? Dia bisa memilih seperti apa lelaki yang dia mau, karena wajahnya memang mempunyai modal untuk itu.

Bodohnya, seperti tidak mengukur kain pada pakaian sendiri, aku yang dengan percaya diri bisa membahagiakannya ternyata salah besar.

Aku tidak sekufu dengannya. Materiku tidak bisa mengikuti gaya hidupnya. Wajar saja, jika dia lebih memilih pria yang lebih mapan dariku.

Meski berat, akan kucoba untuk melupakannya. Menutup rapat segala kenangan yang sudah kami rangkai bersama.

Bagaimana pun, kehidupan akan terus berjalan meski ada atau tanpa kehadirannya. Akan kucoba memperbaiki diri agar Tuhan memberi ganti yang sesuai dengan keadaan ini.

Aku tahu ini tidak akan mudah, namun aku tidak bisa terus terpaku pada masa lalu. Sheila, namamu akan terus kuingat, cinta pertamaku dengan segala kenangan manis, namun sayang Tuhan tidak mentakdirkan kamu menjadi milikku.

...***...

"Woi, Ki. Lu baik-baik aja kan? Gua denger Sheila kemarin nikah ya? Pantes lu sampai kacau gini. Sabar ya, Ki"

Suara Ajis membangunkan pagi ku yang tidak secerah dulu. Dia adalah teman kosan yang baik, namun sedikit cerewet. Hari ini, dia baru kembali dari kampung halamannya di Bandung.

Aku jamin, jika kemarin dia ada disini, pasti seharian akan menghiburku dengan segala cara. Namun sayang, dia ada kepentingan yang tidak bisa ditinggalkan, jadilah semalaman suntuk aku bisa menangisi perpisahan dengan Sheila tanpa gangguannya.

"Iya, bukan jodoh Jis." sahutku dengan mata dan kepala yang masih berat akibat tangisan semalam.

"Gua yakin, lu pasti bakal dapet yang lebih baik lagi. Dan, lagian menurut gua, Sheila tuh nggak cocok deh sama lu, Ki" timpalnya sambil menepuk bahuku. Akupun menoleh dengan tatapan heran kepadanya.

"Kenapa emangnya? Karena gua miskin?" jawabku

"Bukan. Karena lu terlalu ganteng buat dia" ujarnya dengan menggerakkan kedua alis. Sontak aku pun tersenyum mendengar guyonannya. Aku tahu ini hanya salah satu cara Ajis menghiburku.

Bagaimana pun, faktanya kecantikan Sheila benar-benar tidak bisa di pungkiri. Seluruhnya yang ada dalam diri Sheila itu sempurna.

Jika saja ada agency yang melihat, aku yakin akan tertarik untuk merekrut Sheila sebagai artisnya.

Banyak lelaki yang bersaing untuk mendapatkan hati Sheila, dan aku salah satu yang beruntung pernah memilikinya. Entah waktu itu dia melihatku dari apa, yang jelas, aku pernah menjadi lelaki paling bahagia karena dicintai kembali oleh orang yang kucintai.

"Guyonan lu garing banget, Jis. Lupa lu dulu pernah naksir juga sama dia?" jawabku dengan senyum kecil.

"Hahaha, gua sampai mikir, lu pakai pelet apaan ya bisa bikin Sheila jatuh cinta? Tapi kayaknya sekarang pelet lu udah pudar, jadi ditinggal kawin deh sama dia wkwkwk" kali ini tawanya pecah, aku pun terkekeh mendengar celotehnya.

"Iya, pelet ikan" jawabku sambil berlalu ke kamar mandi. Tenagaku masih belum cukup untuk menanggapi celotehan Ajis. Aku hendak mandi dan kembali bekerja. Kebetulan Senin pagi ini, aku kebagian shift pagi.

Sheila dan suaminya masih dalam masa cuti, jadi sepertinya hari ini tidak akan terlalu berat untukku, karena aku tidak akan bertemu mereka di tempat kerja.

Untuk kedepannya, biarlah kupikirkan dulu. Seberapa inginnya meninggalkan tempat ini, aku masih membutuhkan pekerjaannya.

Tidak mungkin mencampur adukkan masalah pribadi dengan pekerjaan. Disinilah profesionalitas diuji.

Setelah selesai mandi, aku mengenakan seragam kerja dan menyiapkan segala keperluan. Ajis sudah tertidur pulas di kasur yang belum sempat dibereskan. Sepertinya dia kelelahan mengendarai motor sejak subuh tadi dari Bandung ke kota Jakarta ini.

Hari ini, aku memutuskan berangkat kerja lebih pagi. Menghindari banyak tatapan iba dari teman-teman di tempat kerja yang pasti sudah mengetahui tentang pernikahan Sheila kemarin.

Disini, kami pernah menjadi pasangan yang fenomenal. Kabar bahwa bidadari memutuskan berpacaran dengan pria pas-pasan macam aku ini dengan mudah menyebar menjadi gosip yang asik di perbincangkan di sela-sela waktu kerja.

Mungkin karena itulah, hubungan kami banyak diketahui orang. Dan sayangnya, mereka masih menjadi saksi bahwa cinta kami tidak sekuat yang aku harapkan.

Biarlah, aku yakin Tuhan sedang menyiapkan skenario lain yang lebih baik lagi.

Bersambung...

 

 

 

 

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

keren

2024-11-11

0

🏠⃟ᵐᵒᵐGENAP𝐀⃝🥀ˢ⍣⃟ₛ🍁❣️🥑🤎㊍㊍

🏠⃟ᵐᵒᵐGENAP𝐀⃝🥀ˢ⍣⃟ₛ🍁❣️🥑🤎㊍㊍

aku mampir Thor....awal cerita mu bagus Thor

2022-08-04

0

@§ïýąh~~

@§ïýąh~~

mampir baca thor

2022-08-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!