The Ragen Book 2 : Rise Of The Legendary Warrior
Hujan deras yang turun menghapus debu, disambut dengan sorak-sorai oleh para penghuni daratan yang sudah lama mengalami kekeringan. Orang-orang yang tengah bekerja membangun dinding pembatas, menghentikan sejenak pekerjaannya dan beralih menari menyambut hujan. Kini hujan tidak lagi menjadi teror mengerikan bagi manusia di bumi setelah peperangan berakhir.
Sejak kematian Demon dalam perang besar, para Ragen menjadi lemah bahkan tidak sedikit yang mati tanpa sebab. Hal ini dimanfaatkan orang-orang untuk menyingkirkan para Ragen untuk kembali membangun peradaban baru yang sempat porak-poranda. Mereka membakar mayat-mayat Ragen untuk memastikan virus itu tidak menyebar lagi.
Kabar baik lainnya setelah perang, anti virus Ragen berhasil diciptakan. Meski pun Anti virus itu hanya bisa digunakan untuk orang-orang yang tergigit atau pun tertular virus Ragen saat gejala awal mulai muncul, setidaknya itu sangat membantu kelangsungan hidup umat manusia. Semua itu berkat Matthew yang merupakan tahanan perang, yang harus menjalani hukuman di laboratorium Venus untuk menebus kesalahannya selama ini.
Namun kemenangan dan kesuksesan menghadapi Ragen, ada rasa kehilangan besar sejak kematian Sang Guardian dalam medan pertempuran. Tidak hanya Sang Guardian yang mengorbankan diri demi keselamatan umat manusia, banyak juga Army yang gugur dalam medan pertempuran. Demi mengenang jasa mereka, Venus membangun sebuah monumen di depan markas besar yang kini penuh dengan bunga dan lilin sebagai simbol penghormatan.
Bunga-bunga di sana pun terus bertambah setiap harinya, seperti saat ini. Di bawah hujan seorang pria membawa setangkai bunga Magnolia dan meletakkan tepat di depan foto Sang Guardian. Pria itu mengusap foto itu pelan, jelas terlihat rasa pedih yang mendalam dari wajahnya. Pria itu adalah Leo, yang masih tidak bisa merelakan kepergian Selena untuk selamanya. Dadanya masih disesaki rasa penyesalan telah melimpahkan semua kesalahan pada Selena, tanpa mau mencari kebenarannya terlebih dahulu.
"Aku selalu berharap ini hanya mimpi buruk dan segera terbangun, agar aku bisa melihatmu kembali di sisiku," ucap Leo sendu.
Berkali-kali Leo mendatangi tempat di mana mereka bertempur terakhir, mencari keberadaan Selena. Namun usahanya sia-sia. Sejak awal pencarian di bekas tempat itu yang hancur rata, hanya ditemukan mayat Demon sedangkan tubuh Selena sampai sekarang tidak pernah ditemukan. Karena itulah Leo masih berharap ada keajaiban yang menyelamatkan Selena saat itu dan bertemu kembali dengannya suatu hari nanti.
Tepukan pelan di pundak, membuyarkan lamunan Leo. Teman-temannya sudah menghampiri Leo, semua tampak masih bersimpati dengan keadaan sahabatnya itu. Terutama Ignis yang tertua dari mereka, selalu setia mendampingi dan menguatkan Leo. Ia tahu apa yang dilalui Leo saat ini sangat tidak mudah. Pria itu pernah kehilangan orang tuanya secara bersamaan dan sekarang dia harus kehilangan orang yang dicintai lagi. Leo sangat membutuhkannya dan juga teman-temannya untuk terus menguatkan hati pria itu.
"Sebaiknya kita masuk. Selena pasti tidak senang melihatmu menyiksa diri seperti ini terus," ucap Ignis mengajak Leo untuk kembali ke asrama.
"Bukankah aku pantas mendapatkan ini," ujar Leo sendu.
"Ayo kawan."
Ignis merangkul Leo dan membawanya pergi dari tempat itu. Sedangkan teman-temannya yang lain mengikuti di belakang. Tak ada lagi percakapan di antara mereka, semua tampak tenggelam dalam pikiran masing-masing. Hanya air hujan yang menjadi pengiring setiap langkah yang membawa duka di hati.
***
Berhari-haripun berlalu tanpa ada banyak perubahan. Semua orang masih menjalankan aktifitas masing-masing. Para Army berpatroli untuk memastikan semuanya aman, sisanya dikirim ke tempat-tempat yang menjadi sarang Ragen untuk pembasmian. Saat ini mereka lebih memprioritaskan daerah pedesaan dan menghindari pusat kota serta hutan yang masih banyak dihuni Ragen.
Kelompok Leo termasuk pasukan yang dikirim untuk membasmi para Ragen. Leo memang sengaja memilih bagian itu untuk mengalihkan rasa sakitnya ditinggal Selena. Kesibukan membuatnya bisa melupakan sejenak, meski saat sendiri ia kembali terpuruk. Sayangnya hari ini tidak begitu banyak Ragen yang bisa dijadikan sasaran pelampiasan, sehingga hanya membutuhkan waktu sampai tengah hari mereka sudah membersihkan semua.
"Tempat ini sepertinya cocok kalau dijadikan daerah sumber pangan."
Sayup-sayup terdengar suara Ignis yang berjalan di depan bersama Bryan mengawasi sekitar. Walaupun tempat itu tidak begitu banyak ladang, tetapi tanah terbengkalai tak sedikit jumlahnya.
"Tapi di sini terlalu jauh dari Venus dan butuh banyak sumber daya untuk membangun dinding perlindungan," sahut Bryan ragu.
"Tidak perlu dinding pembatas. Tempat ini jauh dari kota dan juga hutan, aku rasa pagar perimeter sudah bisa mengatasi keamanan di sini," terang Ignis.
"Apa kau yakin soal itu?" Bryan mengedarkan padangan ke sekitar sembari menimbang apa yang diusulkan Ignis.
"Coba saja kau bicarakan pada para petinggi Venus," usul Ignis yang langsung diangguki Bryan.
Memang saat ini mereka membutuhkan tempat baru untuk keperluan pendukung, dan juga memindahkan para pengungsi yang semakin hari semakin banyak. Tempat-tempat yang mereka gunakan sejauh ini baru di dekat Venus, itu pun masih kurang mampu menampung pengungsi. Tempat ini seperti yang dikatakan Ignis, memiliki potensi bagus untuk menjadi sumber pangan. Bryan bisa membicarakan itu nanti dengan ayahnya dan juga pemimpin lainnya.
Belum jauh mereka menyusuri tempat itu, dari kejauhan terlihat beberapa mobil militer mendekat. Bryan yang merupakan pemimpin pasukan tampak menatap heran mobil-mobil itu, pasalnya pasukan yang ia bawa baru sampai tadi pagi dan bertugas di sana selama dua hari. Namun baru tengah hari sudah ada pasukan lain yang datang. Mobil-mobil itu berhenti tepat di depan pasukan Bryan.
"Apa ada masalah?" tanya Bryan begitu salah satu anggota pasukan yang berada di dalam mobil itu mendekat.
"Ada tamu untuk Pangeran, kalian harus pulang sekarang," kata Army itu memberitahu.
"Siapa?" tanya Leo bingung sekaligus penasaran.
"Dari UK."
Mendengar itu Leo tampak terkejut. Setelah sekian lama pergi dari negaranya, baru kali ini ada yang mencarinya. Apalagi sejak wabah Ragen muncul, negara UK langsung menutup semua akses keluar masuk dari negara itu sehingga negara itu menjadi satu-satunya yang selamat dari wabah Ragen sampai sekarang.
"Sebaiknya kita pulang dan menemuinya," kata Ignis melihat Leo tampak bingung.
"Bagaimana dengan tugas pembersihan di sini?" tanya Leo.
"Kami di sini dikirim untuk menggantikan tugas kalian."
Leo mengangguk mengerti. Akhirnya, mereka kembali ke Venus untuk menemui orang yang mencari Leo, meninggalkan tugas pembersihan di desa terpencil itu. Perjalanan mereka dipenuhi dengan kebisuan dan masing-masing dari mereka tenggelam dalam pikirannya sendiri. Leo bertanya-tanya siapa sebenarnya orang yang mencarinya dan apa yang diinginkan darinya. Sementara itu, bayangan desa yang porak-poranda masih terpatri dalam benaknya, mengingatkan mereka akan tugas yang belum sepenuhnya selesai. Namun, mereka tahu bahwa ada hal yang lebih mendesak menanti di Venus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Mega Kristina
up dong thor
2023-01-04
0
Kaka Raffiana
gas up author!!!!
2022-10-28
0
Ria Balerante
lah..cm bru 1 crta..kpn lnjutan y...penasaran ne gmn klnjutan crta y..semangatttttttttt
2022-10-10
1