Kerajaan United Kingdom bersinar dalam kemegahan hari ini. Jalanan ibu kota dipenuhi sorak sorai rakyat yang bersuka cita menyambut perayaan terbesar dalam sejarah negeri, pernikahan Pangeran Leo dan pelantikannya sebagai Raja yang baru. Istana kerajaan dihiasi dengan ribuan bunga putih dan emas, simbol kesucian dan kemakmuran yang diharapkan dari kepemimpinan yang baru. Bendera kerajaan berkibar di setiap sudut kota, dan para musisi kerajaan memainkan melodi yang merdu, menambah suasana khidmat dan megah di seantero negeri.
Di sepanjang jalan utama menuju istana, rakyat dari berbagai daerah berkumpul, melambaikan bendera kecil dan melemparkan kelopak bunga ke udara. Mereka telah menanti hari ini selama berbulan-bulan, berharap bahwa dengan naiknya Leo ke takhta, kerajaan akan memasuki era baru yang lebih stabil setelah peperangan besar yang sempat mengguncang peradaban mereka. Beberapa orang tua tampak berlinang air mata, mengingat tragedi yang pernah terjadi, tetapi mereka juga menaruh harapan besar pada pemimpin muda mereka.
Di dalam aula istana yang luas, deretan bangsawan, pemimpin dunia, dan rakyat terpilih telah berkumpul. Para pelayan berlalu-lalang dengan anggun, memastikan setiap tamu mendapat sambutan terbaik. Meja-meja perjamuan dipenuhi hidangan mewah dari berbagai belahan negeri, dari daging panggang istimewa hingga anggur terbaik yang hanya disajikan dalam acara kerajaan. Hari ini bukan sekadar hari bahagia bagi kerajaan, tetapi juga awal dari babak baru setelah masa-masa kelam yang menyelimuti negeri.
Leo berdiri tegak di depan cermin besar di ruang persiapannya. Jas kebesaran berwarna biru tua dengan hiasan emas yang ia kenakan terasa lebih berat dari yang seharusnya. Bukan karena bobot fisiknya, melainkan karena tanggung jawab besar yang kini ia emban. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. Di sudut hatinya, bayangan Selena masih hadir, menghantui pikirannya. Wajah lembutnya, senyumnya yang menenangkan, dan pengorbanannya dalam pertempuran melawan Demon dan pasukan zombi di Namrej. Semua itu tetap terpatri kuat dalam ingatannya. Momen terakhir saat ia melihat Selena lenyap bersama Demon di medan perang masih begitu jelas. Jika takdir berbaik hati, mungkin ia tidak akan berdiri di sini tanpa kehilangannya.
Namun, Leo sadar bahwa sebagai pewaris tahta, ia tidak bisa terus terjebak dalam kenangan. Pernikahan ini bukan sekadar tentang dirinya, bukan tentang kebahagiaannya semata. Ini tentang kerajaan, rakyatnya, dan masa depan yang harus ia jaga. Luna, teman masa kecilnya, telah setia menemaninya dalam suka dan duka. Ia tahu bahwa Luna mencintainya dengan tulus, bahkan saat ia sendiri masih belajar untuk membuka hatinya kembali. Kini, ia harus melangkah ke depan, menerima Luna sebagai istrinya, dan menjadi pemimpin yang diharapkan oleh semua orang.
Di ujung aula, Luna melangkah masuk dalam balutan gaun putih berkilauan. Gaun itu dijahit dengan sulaman emas yang menggambarkan lambang kerajaan, melambangkan harapan dan kemakmuran. Rambut peraknya yang panjang disanggul rapi, dihiasi mahkota kecil berlian yang memantulkan cahaya lilin di sekitar ruangan. Tatapannya penuh kelembutan, meski Leo bisa menangkap secercah kegugupan dalam mata cokelatnya. Mereka saling bertukar pandang, seolah berusaha meyakinkan diri bahwa ini adalah keputusan yang tepat.
Saat prosesi pernikahan berlangsung, suara imam kerajaan mengumumkan janji suci yang mengikat mereka berdua. Luna mengucapkan sumpahnya dengan suara mantap, sementara Leo merasakan detak jantungnya semakin cepat. Akhirnya, saat ciuman suci mereka berlangsung, sorak sorai dan tepuk tangan menggema di seluruh aula. Para tamu bertepuk tangan, beberapa wanita bangsawan menitikkan air mata haru, dan para penasihat kerajaan tersenyum puas melihat pewaris takhta kini telah sah memiliki pasangan.
Namun, perayaan belum berakhir. Beberapa jam setelahnya, Leo akan berdiri di hadapan seluruh rakyatnya untuk menerima mahkota sebagai Raja United Kingdom yang baru. Prosesi pelantikan akan berlangsung di ruang tahta, di mana seluruh rakyat akan menyaksikan momen bersejarah itu melalui siaran langsung ke seluruh penjuru negeri.
Di luar istana, kembang api mulai dinyalakan, menerangi langit malam yang megah. Sementara di dalam ruangan persiapan, Leo duduk sebentar di kursi, memejamkan mata sejenak sebelum memulai langkah barunya sebagai pemimpin. Hatinya dipenuhi berbagai perasaan, kehilangan, harapan, dan tanggung jawab besar yang harus ia emban. Ia tahu bahwa meskipun hari ini adalah awal dari masa pemerintahannya, ini juga awal dari perjuangan panjang yang harus ia jalani demi negeri yang ia cintai.
***
Malam telah larut ketika Leo akhirnya melangkahkan kakinya ke dalam kamar pengantin. Ruangan itu diterangi cahaya lembut dari lilin-lilin beraroma mawar, menciptakan suasana hangat yang seharusnya romantis. Namun, di balik kehangatan itu, ada ketegangan halus yang menggantung di udara.
Luna duduk di tepi ranjang dengan gaun pengantinnya yang masih sempurna. Tangan mungilnya menggenggam erat kain putih yang menyelimuti tempat tidur, mencoba menenangkan kegugupan yang berputar dalam dadanya. Pipinya merona, bukan hanya karena rasa malu, tetapi juga ketidak tahuan akan apa yang akan terjadi malam ini. Dalam benaknya, ia membayangkan seperti apa kehidupan pernikahan mereka ke depan, apakah Leo akan benar-benar menerimanya sepenuh hati atau masih terperangkap dalam bayangan masa lalunya?
Pintu kamar akhirnya terbuka perlahan, mengungkap sosok Leo yang melangkah masuk dengan langkah pelan. Tatapannya langsung tertuju pada Luna, yang tetap diam dalam posisi duduknya. Ia menutup pintu dengan lembut, lalu melepaskan napas panjang, seolah baru saja menyingkirkan beban berat dari pundaknya. Wajahnya jelas menunjukkan kelelahan. Seharian penuh ia telah berdiri, tersenyum, menerima ucapan selamat, dan melalui serangkaian upacara yang melelahkan. Matanya melirik jam di dinding, hampir tengah malam. Bahkan setelah hari yang panjang, tanggung jawabnya belum selesai.
Ia mengalihkan pandangannya ke arah Luna yang masih duduk diam di tepi ranjang. Gaun putihnya berkilauan di bawah cahaya lilin, dan matanya yang besar menatapnya dengan sedikit kebimbangan.
Senyum tipis muncul di wajah Leo saat ia mendekati istrinya, lalu dengan suara lembut, ia berkata, "Luna, kau pasti lelah. Bersihkan dirimu dan beristirahatlah. Besok masih banyak hal yang harus kita lalui."
Luna menggigit bibir bawahnya, menundukkan kepala sejenak sebelum akhirnya memberanikan diri untuk bertanya dengan suara lirih, "Bagaimana dengan... malam pertama kita?"
Leo menatapnya sejenak, menangkap kebimbangan dalam sorot matanya. Ia memahami apa yang Luna pikirkan, dan ia tidak ingin membuatnya merasa ragu atau salah paham.
Dengan hati-hati, ia meraih tangan Luna, menggenggamnya dengan lembut sebelum menjawab, "Acara kerajaan masih panjang Luna. Tujuh hari ke depan kita masih harus menghadiri berbagai upacara dan perayaan. Aku tidak ingin kau kelelahan atau jatuh sakit. Istirahatlah dulu, hm?"
Luna menatapnya dalam diam, mencoba mencari kejujuran di matanya. Leo mengatakannya dengan begitu lembut, tanpa sedikit pun nada penolakan atau keterpaksaan. Meskipun hatinya masih dipenuhi rasa malu dan kebimbangan, ada kehangatan dalam cara Leo berbicara padanya. Ia bisa merasakan bahwa suaminya ingin menjaganya, bukan mengabaikannya.
"Aku mengerti..." ucap Luna akhirnya, suaranya masih dipenuhi kebimbangan.
Leo tersenyum kecil, kemudian melepaskan genggaman tangannya. "Pergilah bersiap. Aku akan menunggumu."
Luna mengangguk pelan sebelum bangkit dari tempat tidur. Saat ia berjalan menuju kamar mandi, langkahnya terasa ragu-ragu. Ia sempat melirik ke arah Leo yang kini duduk di tepi ranjang, memijat pelipisnya yang terasa berat. Ada sesuatu dalam sorot matanya yang Luna tak bisa pahami. Apakah itu kelelahan semata atau ada sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang ia sembunyikan dari semua orang, termasuk dirinya.
Luna menutup pintu kamar mandi dan bersandar sejenak di baliknya, menarik napas panjang untuk menenangkan diri. Malam ini mungkin bukan awal yang ia bayangkan, tetapi ia tahu satu hal pasti. Ia ingin menjadi bagian dari kehidupan Leo, meski harus menunggu lebih lama untuk benar-benar memahami hatinya.
Sementara itu, Leo menatap cahaya lilin yang berkedip-kedip di sekeliling kamar. Dalam keheningan, pikirannya kembali melayang pada sosok yang telah pergi, Selena. Seandainya ia bisa membagi hatinya menjadi dua, mungkin segalanya akan lebih mudah. Namun, ia tahu bahwa Luna tidak pantas untuk dibandingkan. Ia adalah wanita yang lembut, setia, dan penuh kasih sayang. Ia berhak mendapatkan lebih dari sekadar bayang-bayang masa lalu.
Dengan helaan napas berat, Leo berbaring di ranjang, menatap langit-langit dengan tatapan kosong. Malam ini mungkin bukan awal seperti yang diharapkan banyak orang, tapi ia tahu satu hal pasti. Ia ingin menjaga istrinya dengan sebaik mungkin. Bahkan jika itu berarti harus menyembunyikan perasaan yang masih bergulat dalam dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments