Bab 4. Calon Permaisuri

Lakewell Palace sangat tenang dan damai hari itu. Hanya suara angin dan ombak kecil di danau Lakewell yang mengisi kekosongan tempat itu, sedangkan para penghuninya sibuk dalam keheningan masing-masing. Namun suasana tenang itu tidak menghalangi keceriaan seorang gadis yang baru saja turun dari mobil.

Gadis bersurai perak itu berjalan menyusuri lorong istana untuk mencari keberadaan Sang Pangeran. Gadis itulah yang direncanakan untuk menjadi istri Leo, karena dianggap sudah mengenal baik pria itu apalagi mereka berdua telah bersama sejak masih kecil.

Langkah Luna yang nyaris tidak terdengar itu terhenti di depan ruang yang biasa dijadikan tempat berkumpul Leo dan teman-temannya. Ia mengurungkan niatnya masuk saat mendengar namanya disebut-sebut dalam pembicaraan teman-teman Leo. Ia yang penasaran memutuskan untuk menguping di luar agar tidak ketahuan mereka.

“Tuan Abraham benar-benar mengatakan itu pada Leo?” ucap Tony dengan nada tidak percaya.

“Aku rasa dia hanya mau menyelamatkan jabatannya saat ini,” sahut Jimmy dengan nada ketus.

“Betul, apalagi Leo sudah kembali. Dia sudah tidak bisa mengeluarkan kebijakan sesuka hatinya lagi,” imbuh Tony.

Ignis yang mendengarkan perkataan Tony dan Jimmy hanya diam. Memang sulit untuk tidak berpikiran buruk mengenai rencana Mr. Abraham, apalagi sejak dulu memang pria paruh baya itu terkenal gila kekuasaan. Ia sendiri dulu sempat mengira pemberontakan yang terjadi di UK berada di bawah kendali pria itu, tetapi sungguh di luar dugaan. Mr. Abraham sama sekali tidak terkait dalam kasus pemberontakan itu, melainkan seorang gubernur dari bagian barat yang akhirnya ikut tewas di tangan Guardian.

“Apa Leo mau melakukannya?” tanya Sania.

“Ya, dia mau melakukannya,” jawab Ignis dengan nada berat.

“Itu konyol. Bukankah Leo sejak dulu hanya menganggap Luna sebagai adik saja, apa lagi kita tau saat ini Leo masih belum bisa melepas kematian Selena,” kata Sania tidak percaya.

“Aku rasa Leo hanya tidak ingin menyakiti hati Luna. Dia tau Luna mencintainya, gadis itu pasti sangat bahagia sekarang. Bisa kalian bayangkan bagaimana hati Luna kalau Leo menolak,” terang Ignis.

Tanpa terasa air mata Luna menetes membasahi pipi mendengar pembicaraan teman-teman Leo. Ia baru menyadarinya sekarang, bahwa perhatian yang Leo berikan hanyalah sebatas adik. Sedangkan ia sendiri sangat mencintai Leo, bahkan kepergian pria itu tidak sedikit pun menyurutkan rasa itu dari hatinya.

Dengan langkah lunglai, Luna menjauhi tempat itu. Rasanya ia ingin membatalkan saja rencana pernikahannya dengan Leo, tetapi ia juga takut tidak akan bisa mendapatkan kesempatan ini lagi dilain hari. Dalam sekejap mata ia sudah dilanda kebimbangan untuk menjalani masa depannya.

Tak ingin menambah buruk suasana hatinya, Luna berniat untuk pulang saja. Namun seorang pelayan yang berjalan menghampiri, menghentikan langkah Luna. Pelayan itu meminta Luna untuk menemui Leo di taman pinggir danau, tempat yang paling disukainya kalau datang ke Lakewell Palace ini. Dengan terpaksa Luna menyeretkan kakinya ke sana untuk menemui Leo, tak lupa menghapus air matanya agar pria itu tidak tau rasa sakit hatinya saat ini.

Setelah menyusuri koridor menuju taman, akhirnya Luna sampai di pintu masuk taman. Dari kejauhan ia bisa melihat wajah sendu Leo yang tengah memandangi danau. Hatinya yang semula mulai tenang, kini gembali bergejolak. Ia merasa iri pada perempuan yang sudah berhasil mendapatkan cinta pria itu, bahkan setelah mati pun Leo masih terlihat merindukannya.

Secepat kilat Luna mengusap air mata yang kembali mengalir, saat Leo menoleh ke arahnya. Sembari berjalan ke arah Leo, ia berusaha tersenyum semanis mungkin agar pria itu tidak tau keadaannya sekarang.

"Maaf aku baru datang," ucap Luna mengembangkan senyum palsu. Pertemuan ini ia yang menginginkannya untuk membahas rencana pernikahan mereka, tetapi tak disangka justru membuatnya mengetahui secuil kisah cinta Leo dengan perempuan lain.

"Its okay." Leo menatap Luna penuh selidik saat melihat mata gadis itu yang sedikit memerah. "Apa kau baik-baik saja?" tanyanya.

"Tentu saja," jawab Luna langsung menghindari tatapan mata Leo. Ia memilih berjalan ke tepi danau untuk menikmati hembusan angin sepoi-sepoi.

"Ada apa?" kejar Leo sedikit cemas.

"Tidak ada." Luna menghembuskan napas panjang.

"Apa ada seseorang yang menyakitimu?" desak Leo yang kini berdiri di depan Luna. Ia mengulurkan tangan ke pipi Luna dan mengusap air mata gadis itu perlahan. Luna yang menangis dalam diam seperti itu membuatnya khawatir setengah mati.

Luna meraih tangan hangat Leo dan menggenggamnya. Ia merutuki dirinya sendiri yang lemah, bahkan tak sadar kalau sudah menangis lagi.

"Aku hanya sedang berpikir... Mungkin sebaiknya kita batalkan saja rencana pernikahan ini," kata Luna dengan suara nyaris tercekat.

"Apa? Ada apa?" tanya Leo bingung.

Kemarin saat Mr. Abraham memberitahu perihal rencana pernikahan itu, Luna tampak bahagia. Bahkan pagi tadi ia masih mendengar nada keceriaan saat meneleponnya mengabarkan akan ke Palace. Namun kenapa Luna sekarang menjadi murung dan berniat membatalkan rencana pernikahan mereka?

"Aku hanya tidak mau melihatmu terpaksa melakukannya."

"Aku tidak merasa terpaksa menikah denganmu, semua sudah kupikirkan," terang Leo.

"Walaupun kau tak mencintaiku?" tanya Luna.

Bukan jawaban yang didapatkan Luna, tetapi pelukan hangat Leo. Pria itu memeluknya seakan ingin menghibur hatinya, meski begitu Luna justru semakin menangis.

 "Maaf aku melukaimu seperti ini. Mungkin saat ini aku tidak mencintaimu, tetapi aku akan tetap menjalankan tanggung jawabku sebagai suamimu nanti."

Mendengar itu hati Luna seakan tercabik-cabik. Meski ia tau Leo akan memegang kata-katanya, tetapi mendengar pria itu mengakui perasaannya membuat hati Luna sakit.

“Kalau pernikahan ini akan memberatkanmu, aku tidak akan memaksamu, Luna,” lanjut Leo lirih.

“Apa kau akan mencintaiku nanti?” tanya Luna sembari memandangi kedua mata kelam Leo, penuh harap.

Sejenak Leo terdiam, ia tidak berani memberikan janji yang belum tentu bisa ditepatinya nanti. Hanya saja melihat Luna menangis terluka seperti ini, juga membuatnya merasa sangat bersalah.

“Aku akan berusaha sebaik mungkin untukmu, Luna. Aku berjanji akan menjaga dan melindungi selalu,” jawab Leo.

“Berjanjilah tidak akan meninggalkanku apapun yang terjadi,” tuntut Luna.

“Aku berjanji tidak akan meninggalkanmu selamanya,” tegas Leo.

Luna menyurukkan kembali wajahnya di dada Leo, menangis sejadi-jadinya. Melampiaskan semua rasa sakit di hati, sekaligus lega Leo tidak akan meninggalkannya meski saat ini dan sampai entah kapan pria itu tidak mencintainya. Namun Luna akan berusaha untuk bisa meluluhkan hati pria itu dan mendapatkan cinta Leo seutuhnya.

Ia akan menunggu hingga saat itu tiba. Luna percaya waktu akan mengubah segalanya. Saat ini mungkin Leo memang tidak mencintainya, tetapi dengan kebersamaan yang terus terjalin antara mereka bukan tidak mungkin akan menumbuhkan rasa cinta itu. Luna memutuskan untuk tetap menjalani pernikahan ini dengan orang yang dicintainya.

Terpopuler

Comments

NauraNazifaNauzan

NauraNazifaNauzan

msh hiatus k.?

2024-10-07

0

NauraNazifaNauzan

NauraNazifaNauzan

1th neh blm.up jg../CoolGuy/

2024-09-23

0

Mega Kristina

Mega Kristina

ayo dong thor up

2023-09-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!