You & My Destiny

You & My Destiny

Bab 1 Mimpi buruk

Keringat mulai bercucuran membasahi rambut Reyna. Entah apa yang terjadi di alam bawah sadar sana namun Reyna terus mengigau "Tidak, kumohon jangan lakukan itu" Reyna terus merancau mengatakan tidak sampai akhirnya ia terbangun.

Reyna mencoba mengatur nafas, di lihatnya jam diatas nakas tenyata masih jam 3 pagi. Sejenak ia sandarkan kepala yang masih terasa pusing, lalu bergegas ke kamar mandi membasuh wajahnya.

Dilihat pantulan wajahnya di cermin, apa ini hanya mimpi? tapi kenapa mimpi itu sama dan terjadi berulang kali? apa mungkin ini ada kaitannya dengan masa laluku? Reyna terus bertanya pada dirinya sendiri, mencoba mengingat sesuatu, namun semakin ia mengingatnya kepalanya semakin terasa berdenyut.

Reyna tidak bisa memejamkan matanya, dia takut jika mimpi itu datang lagi. Reyna teringat sesuatu lantas mengambil handphone nya untuk menelepon seseorang, namun ia urungkan.

"Ini masih terlalu pagi, mungkin dia masih tidur." Reyna meletakan handphone nya kembali dan keluar untuk mengambil minum.

Ketika hendak berjalan menuju dapur, Reyna merasa ada yang mengikutinya. Memutar kepalanya kesana-kemari mencari sesuatu yang mencurigakan, namun tak menemukan apapun.

"Mungkin ini hanya perasaanku saja." Reyna terus berjalan hinga sampai lah ia di dapur. Cahaya remang-remang pun terlihat membuat Reyna tidak berniat menyalakan lampu, karena ia pikir ia hanya ingin minum lalu kembali ke kamarnya.

Reyna menuangkan air ke dalam gelas lalu meneguknya. Ketika sedang asyik minum Reyna merasakan seperti ada yang meniup lehernya, Reyna merinding merasakan hawa dingin di sekitar lehernya. Mencoba untuk tenang dan perlahan memutar tubuhnya, berbalik dan

"Byuuurrr" air putih yang belum sempat ia telan menyembur begitu saja mengenai wajah seorang laki - laki yang tak lain adalah kakaknya, Reyhan.

"Reynaa!!" Reyhan dengan suara tertahan, ingin berteriak meluapkan kekesalannya namun ia tahan, ia tidak ingin membuat kehebohan mengingat ini masih dini hari.

Reyna yang masih kaget segera menyalakan lampu, ingin melihat dengan jelas siapa orang yang berada di belakangnya tadi.

"Kak Reyhan? ku kira tadi hantu."

"Mana ada hantu setampan diriku."

Reyna memutar bola mata nya malas, namun melihat wajah kakaknya yang basah Reyna malah tertawa geli "Kakak kenapa basah - basahan? abis kehujanan?"

"Iya, hujan lokal" Reyhan kesal niatnya ingin mengerjai sang adik, malah ia yang kena imbasnya. Senjata makan tuan, batinnya.

"Maaf aku tidak sengaja, salah sendiri telah membuatku ketakutan." Bagaimana tidak takut melihat wajah kakaknya yang terlihat menyeramkan dengan mata yang melotot, serta kepala yang ditutupi kain putih, dan jangan lupakan sorot lampu senter yang berada tepat di bawah dagunya. "Untung aku tidak punya riwayat penyakit jantung."

"Baiklah kakak juga minta maaf." Reyna hanya menganggukan kepala.

"Kamu tidak tidur?" Reyhan menarik kursi, duduk dan mengambil tisu didepannya, mengelap wajahnya yang masih basah.

Reyna yang ditanya ikut duduk di depan kakaknya, menghela napas berat.

"Kenapa? apa ada masalah?"

"Entahlah, akhir-akhir ini aku selalu mimpi buruk."

"Mimpi itu hanya bunga tidur, jangan terlalu di pikirkan." Ujar Reyhan tanpa menghentikan kegiatannya, "Makanya sebelum tidur itu berdoa, bukan main gadget."

Reyna mencebikan bibirnya mendengar penuturan dari sang kakak. "Jika ini hanya mimpi biasa mana mungkin mimpi nya sama dan terjadi berulang kali."

Reyhan yang mendengar itu mengernyitkan dahi "Memangnya mimpi seperti apa?"

"Aku juga tidak tahu, mimpi itu tidak begitu jelas, terlihat samar-samar, tapi aku selalu merasa ketakutan setiap kali aku bermimpi tentang hal itu. walau hanya mimpi tapi itu terasa seperti nyata." Reyna berhenti sejenak mencondongkan badannya kedepan, "Apa menurut kakak ini ada kaitannya dengan masa laluku?, bukankah kakak pernah mengatakan jika aku kehilangan sebagian ingatanku tentang masa lalu?, apa mungkin itu adalah bagian dari memoriku yang hilang?" Reyna bertanya bahkan tanpa jeda.

Reyhan menekan jari telunjuknya di kening sang adik, mendorongnya agar sedikit menjauh, "Jangan dekat-dekat, mulutmu bau."

"Benarkah?" Reyna mencoba meniupkan napas ke telapak tangannya, bau mulut orang bangun tidur memang seperti ini, batinnya.

Reyna merasa kakaknya sedang mengalihkan pembicaraan, kemudian bertanya lagi "Kak, kau belum menjawab pertanyaanku!"

"Pertanyaan yang mana?"Reyhan pura-pura tidak tahu

"Kak!"

"Pertanyaanmu terlalu banyak, aku sendiri bingung untuk menjawabnya." Reyhan kemudian beranjak, tidak mau berlama-lama berada disana, karena bisa jadi adik satu-satunya itu akan terus bertanya tentang masa lalunya yang ia rasa itu akan membuat traumanya kembali hadir.

Melihat kakaknya yang hendak pergi, Reyna menarik tangan kakaknya "Kak, kau mau kemana? Kakak belum menjawab pertanyaanku."

"Sudah kubilang mimpi itu hanya bunga tidur, jangan terlalu risau. Lebih baik kembali kekamar dan tidur, mungkin kau sedang lelah" Reyhan melepas tangannya dari genggaman sang adik lalu berjalan menuju kamarnya.

"Kak!" Reyna terus memanggil kakaknya, dan yang di panggil hanya melambaikan tangannya sambil terus berjalan tanpa menoleh lagi kebelakang.

Reyna menyandarkan kepalanya, mungkin benar apa yang di katakan kakaknya bahwa ia sedang kelelahan.

Beberapa saat kemudian~

"Bruk" Seseorang duduk tepat di depan Reyna yang saat itu sedang melamun.

"Kak, bisa tidak jangan mengagetkanku?" sentak Reyna

"Sorry," Reyhan hanya nyengir mendengar ocehan adiknya itu, "Aku lupa tujuanku datang kemari,"

"Apa?"

"Aku lapar."

"Kalau lapar ya makan" Reyna hanya menggelengkan kepalanya, melihat tingkah laku sang kakak.

Reyhan tersenyum lebar menatap adiknya sambil menaik turunkan alisnya. Reyna menangkap gelagat aneh kakaknya, hanya bisa menghela napas, pasti ada maunya.

"Apa lagi?" Ketusnya.

"Reyna si adik manis nan baik hati, bisa dong masakin kakak mie?" Rayu Reyhan

"Masak aja sendiri!" Reyna lalu pergi meninggalkan kakaknya yang mulai terlihat kesal.

"Rayuanku benar-benar tidak mempan." Reyhan melihat punggung adiknya yang mulai menjauh menghela napas berat. Wajah yang semula kesal berubah menjadi sendu, tatkala Reyna adiknya menanyakan tentang masa lalu.

"Akan lebih baik jika kau tidak pernah mengingatnya."

Flash back ON..

Hai!, Hallo!

Selamat datang di karyaku yang pertama

semoga kalian menikmatinya. Mohon maaf jika tulisan dan alurnya masih berantakan, maklum masih amatir. he~

Jangan lupa like, comment dan vote ya !

Terima kasih~

Terpopuler

Comments

Erni Fitriana

Erni Fitriana

mampir thor

2024-07-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!