Bab 5 Evan Mahendra

Pagi hari, Reyna yang sedang menelepon seseorang mendengar suara pintu kamarnya di ketuk oleh seseorang.

"Kak aku tutup dulu telepon nya, aku akan telepon lagi jika sudah sampai di kafe X, sampai jumpa"

Reyna menutup teleponnya, kemudian berjalan menuju pintu, lalu membukanya.

"ah bi Inah, iya bi?"

"Neng sarapannya sudah siap" kata Bi Inah seorang wanita paruh baya yang bekerja sebagai ART di rumahnya.

"baik bi nanti aku ke sana, terima kasih."

Reyna menutup pintu kemudian bersiap-siap untuk pergi ke suatu tempat menemui seseorang yang berada di balik telepon tadi. Setelah selesai Reyna pergi ke dapur untuk sarapan, di sana ia melihat ayahnya seorang diri sedang menyesap secangkir teh.

"Selamat pagi ayah" sapa Reyna lalu menarik kursi dan duduk di samping ayahnya.

"Pagi-pagi anak ayah sudah rapi, ada jadwal kuliah hari ini?"

"Tidak ada." Jawabnya singkat

"Lalu?"

"Aku ingin bertemu dengan kak Sena."

"Sena?" Andi menautkan kedua alisnya heran, ketika Reyna menyebut nama Sena yang ia ketahui sebagai anak kandung dokter wijaya yang saat ini menjadi dokter pribadi keluarganya, lebih tepatnya menjadi seorang psikiater untuk putrinya.

"Apa ada sesuatu yang kamu rasakan?" tanyanya khawatir

"Tidak ayah, Reyna tidak apa-apa. Ayah tidak perlu khawatir. Reyna hanya ingin bertemu kak Sena sekalian ingin membicarakan sesuatu."

Andi sedikit lega mendengar anaknya baik-baik saja, namun masih ada kekhawatiran yang ia rasakan jika sewaktu-waktu ingatan Reyna kembali ke masa lalu.

"Memangnya apa yang akan Nana bicarakan dengan dokter Sena?" tanya ayahnya penasaran

"Secret" Jawabnya dengan sedikit tertawa.

"Dasar" Andi mengacak-ngacak rambut Reyna sehingga membuatnya berantakan.

"Ayaah.." Reyna merapikan kembali rambutnya.

Saat hendak menyendok kan nasi ke piringnya Reyna merasa ada sesuatu yang kurang. Melihat ke sekelilingnya ternyata kakaknya tidak ada di sana.

"Eh kak Reyhan kemana Ayah?" tanyanya

"Kakak mu masih tidur."

"Tumben jam segini kakak masih tidur, bukannya dia harus bekerja" Reyna melihat jam di pergelangan tangannya.

"Mungkin dia begadang semalam, biar nanti bi inah yang membangunkan kakak mu."

Reyna hanya menganggukkan kepalanya dan melanjutkan sarapannya.

Ketika sedang asyik sarapan Reyna di kejutkan dengan kedatangan kakaknya serta penampilan yang membuatnya tersedak

"Uhuk..uhuk."

"Pelan-pelan makannya." ucap ayahnya sambil menyodorkan segelas air putih. Andi yang melihat kemana arah mata Reyna tertuju, sama kagetnya melihat penampilan anak sulungnya.

"Rey_"

"Jangan dulu bicara ayah, Rey sedang buru-buru." Ucap Reyhan yang sedang sibuk memasang dasi.

"Tapi Den itu_" Bi Inah yang ada di sana pun ingin memberi tahu sang majikan, namun Reyhan nampak tidak peduli, ia terus berjalan menuju pintu.

"Kak Rey, berhenti!" teriak Reyna

"Ck, apa kau tidak lihat kakakmu ini sedang terburu-buru?"

"Aku tahu, tapi apa kakak yakin akan pergi ke kantor menggunakan kolor butut itu?" Reyna menegaskan sambil menahan tawanya.

Reyhan melihat kearah kakinya dan benar saja saat ini ia hanya memakai celana pendek di atas lutut,"pantas saja dari tadi kakiku terasa dingin."

"Kenapa tidak bilang dari tadi?" Reyhan kemudian berbalik arah hendak mengambil celana yang tertinggal di kamarnya.

Setelah kakak nya menghilang di balik pintu, Reyna tertawa lepas bahkan sampai mengeluarkan cairan bening di ekor matanya. Pemandangan itu tak luput dari penglihatan sang ayah. Ia berharap agar bisa terus melihat Reyna yang sekarang, Reyna yang selalu ceria dan bahagia tidak seperti Reyna 5 tahun silam yang hanya bisa melamun sambil menangis bahkan tidak ingin di sentuh oleh siapapun.

"Oh ya ampun, Kakak itu terlalu semangat bekerja sampai melupakan sesuatu." ucap Reyna sambil mengelap air matanya akibat mentertawakan kakaknya yang menurutnya sangat lucu.

"Tapi kenapa ayah tidak langsung mengangkat kakak jadi CEO, bukan kah suatu saat kakak akan menggantikan ayah mengurus perusahaan?" pertanyaan Reyna menyadarkan pikirannya yang sedang mengingatkan ia pada masa lalu.

"Kakak mu itu harus bekerja keras, agar kelak ia menjadi pemimpin yang bisa di andalkan." pungkasnya

Ya, semenjak perusahaannya kembali ke tangannya. Andi yang memegang kendali perusahaan, bahkan Reyhan anaknya tidak langsung di berikan jabatan yang tinggi olehnya, bukan karena tidak percaya tapi ia ingin agar Reyhan putra sulungnya itu belajar dan berjuang keras untuk mendapatkan sesuatu. agar kelak ia menjadi pemimpin yang bertanggung jawab.

Reyna hanya mengangguk mengiyakan, lalu melanjutkan sarapannya yang tertunda.

"Oh ya, kamu ada acara malam ini?" tanyanya pada sang putri.

"Tidak ayah, memangnya kenapa?"

"Ayah akan mengajakmu makan malam di rumah Pak Hendra?"

"Pak Hendra? Pak Mahendra maksud ayah?"

"Iya, Pak Mahendra teman ayah__"

"Yang selalu membantu ayah sampai sekarang ayah bisa seperti ini." Sela Reyna.

Ia tahu ayahnya sering menyebut nama temannya itu, walaupun tidak pernah bertemu tapi menurut dari ceritanya orang yang di kenal dengan nama Mahendra itu adalah orang baik.

"Kakak tidak ikut?"

"Kakakmu sedang ada kencan buta."

"Ayah__" bukan Reyna yang menjawab melainkan kakaknya Reyhan yang saat ini sudah rapi dengan pakaian kantornya tanpa melupakan sesuatu seperti tadi.

Ia ingin menyangkal, apa yang di katakan ayahnya itu tidaklah benar. Bagaimana ia akan berkencan sedangkan teman wanita saja dia tidak punya.

"Wah, akhirnya kakak laku juga."

"Ah sudahlah, aku sudah terlambat. Ayah aku pergi dulu." Reyhan hanya mengiyakan perkataan ayahnya itu, percuma menyangkalnya hal itu akan membuatnya semakin terlambat.

"Rey, kau tidak sarapan dulu."

"Tidak, nanti saja kalau sudah sampai di kantor." Reyhan berjalan cepat, ia tidak ingin terlambat pasalnya pagi ini ia akan melakukan presentasi yang semalam sudah ia persiapkan.

"Kak tunggu aku ikut" Reyna menghabiskan makanannya dengan terburu-buru lalu berlari menyusul kakaknya.

"ayah aku pergi dulu."

Andi hanya menggelengkan kepala melihat tingkah kedua anaknya kemudian ia beranjak dari tempat duduknya setelah menghabiskan sarapannya.

...***...

Sementara itu ditempat yang berbeda, tampak seorang laki-laki sedang duduk di kursi kebesarannya. Penampilan nya sangat berkharisma, bentuk tubuhnya sangat atletis ditambah wajahnya yang tampan membuat setiap orang yang melihatnya terpana. Laki laki itu bernama Evan Mahendra seorang CEO ternama yang sudah menguasai beberapa bidang industri.

Evan saat itu tengah fokus memeriksa beberapa berkas yang ada di atas meja, dan tanpa sengaja pandangan matanya mengarah pada sebuah figura yang selalu terpajang di sana.

Figura yang berisikan foto dirinya bersama seorang wanita berambut hitam panjang dengan penampilan yang sederhana namun masih terlihat cantik. Mereka seperti pasangan yang bahagia dan saling mencinta, terlihat jelas senyuman yang tulus terpancar dari keduanya.

"Kenapa sampai sekarang aku tidak bisa melupakanmu? kau tahu aku sangat merindukanmu."

Tok..tok..tok

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya.

"Masuk!"

"Maaf tuan, Saya hanya ingin memberi tahu bahwa satu jam lagi Anda ada jadwal pertemuan dengan Tuan David. Beliau ingin bertemu kita di kafe X." Jelas Roy sang asisten.

"Baiklah."

"Tapi sebelum itu ada seseorang yang ingin bertemu dengan Anda."

"Siapa?"

.

.

.

.

.

Mohon maaf untuk beberapa minggu terakhir sempat hiatus, ada beberapa hal yang tak terduga terjadi di dunia nyata, sehingga tidak fokus untuk menulis di dunia perhaluan. semoga kleyan memahaminya.

tetap berikan dukungannya ya, agar othor semangat untuk terus up. Terima kasih

See You ~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!