Satu tahun berlalu, keadaan mulai sedikit membaik. Dengan kerja keras juga kecakapannya dalam bidang management, Reyhan akhirnya diangkat menjadi staf office dan dinyatakan sebagai karyawan tetap.
Sementara Andi, ayahnya Reyna mulai merintis usaha dengan modal hasil kerja kerasnya selama ini. Berkat ilmu dan pengalaman berbisnis yang ia miliki tentu tidak sulit baginya untuk mengembangkan usaha yang baru di rintisnya. Di samping itu Andi terus menulusuri penyebab perusahaannya gulung tikar. Dan betapa terkejutnya ia, mengetahui dalang di balik kehancurannya adalah Johan yang sekarang ini sudah menjadi suami Miranda.
Ya, Setelah pergi dari rumah waktu itu, Miranda menemui Johan dan mengatakan bahwa ia sudah bercerai dengan suaminya. Johan yang saat itu berstatus duda tentu saja menerimanya dengan tangan terbuka. Misinya untuk balas dendam satu persatu mulai terwujud.
Johan memang berniat untuk menghancurkan hidup Andi. Karena ia menganggap bahwa Andi telah merebut kebahagiannya dan membuatnya menderita.
Setelah mengambil alih Perusahaan dan juga istrinya, rupanya Johan masih belum merasa puas.
Dilihatnya sosok gadis remaja yang datang bersama Miranda, membuat johan tersenyum licik. Sudah di pastikan bahwa gadis itu adalah anak Miranda yang tentunya juga anak dari Andi, yang dia anggap sebagai musuhnya.
"Lihat lah Andi, apa yang akan aku perbuat pada putri cantik mu ini" tuturnya seraya menatap Reyna dan pura-pura tersenyum ramah.
...***...
Setelah mengurus semua dokumen perceraiannya, akhirnya Miranda menikah dengan Johan, dan Reyna ikut tinggal bersama mereka.
Semenjak saat itulah Reyna di perlakukan layaknya seperti seorang pelayan. Tanpa sepengetahuan Miranda, Johan memperlakukan Reyna dengan kasar bahkan tidak segan-segan untuk menyiksanya.
Reyna yang awalnya melawan dan memberontak, akhirnya hanya menerima perlakuan ayah tirinya itu. Sambil menjambak rambut Reyna, Johan mengancamnya dengan kata-kata yang membuat ia tidak bisa berkutik.
"Dengar baik-baik, jika kau melawan dan memberi tahu ibumu atau siapapun itu tentang hal ini, aku tidak akan segan-segan menyiksamu lebih dari ini. Bukan hanya itu, aku akan menghancurkan seluruh keluargamu. Jadi jangan macam-macam."
Seperti punya kepribadian ganda, ketika bersama Miranda Johan bersikap seperti suami yang perhatian dan ayah pengganti yang baik, Miranda yakin bahwa Johan akan menyayangi putrinya.
Miranda jarang sekali berada di rumah, suami barunya itu benar-benar memberinya kebebasan. Segala fasilitas dan juga kemewahan yang ia dapatkan membuat ia lupa diri bahkan lupa pada putrinya.
Sementara Johan lebih sering berada di rumah. Dia hanya pergi ke kantor di saat ada kepentingan atau ketika ada hal-hal yang mendesak saja, karena segala sesuatunya ia serahkan pada orang kepercayaannya.
Hingga pada suatu hari, ketika mereka sedang makan bersama. Miranda menangkap ada hal yang aneh dari anak gadisnya ini, sikap yang biasanya sering membantah, kini berubah menjadi seorang yang pendiam dan tidak banyak bicara.
"Reyna, Apa kamu baik-baik saja?"
Reyna terdiam sesaat, ia lalu melirik Johan yang sedang menatapnya dengan tajam.
"A..Aku baik-baik saja." ucapnya
Johan yang melihat kecurigaan istrinya itu langsung bertanya "Sayang, kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?"
"Tidak, aku hanya ingin bertanya saja" dalihnya.
"Aku tahu kamu sedang mengkhawatirkan sesuatu" Johan berkata sambil menggenggam tangan istrinya dan meyakinkannya agar tidak curiga "Kamu tidak perlu khawatir ada aku yang menjaga Reyna."
Reyna yang mendengar percakapan keduanya, ingin sekali berteriak mengatakan yang sebenarnya namun lagi-lagi ia melihat sorot mata tajam Johan yang mengarah kepadanya.
Sementara Miranda, ia hanya tersenyum mendengar penuturan Johan. Suaminya ini benar-benar memahami keresahannya.
"Baiklah kalau begitu aku percaya padamu."
Setelah menghabiskan makanannya Miranda beranjak dari duduknya
"Sayang sepertinya aku harus pergi, aku akan membeli beberapa keperluan untuk nanti malam karena temanku akan mengadakan acara ulang tahun pernikahannya." ujarnya.
"Pergilah, apa perlu aku antar?" Johan menawarkan
"Tidak usah, aku pergi sendiri saja, lagi pula aku akan menemui temanku terlebih dahulu." Kemudian ia mencium pipi suaminya.
Reyna yang melihat itu merasa jijik, terlebih lagi pada ibunya. Harta membuatnya lupa daratan, Ia benar-benar di sibukan dengan kepentingannnya sendiri sampai ia tidak tahu bahwa putrinya saat ini sedang dalam tekanan.
"Reyna ibu pergi dulu, jaga dirimu baik-baik." kemudian ia mengecup rambut Reyna dan berlalu pergi.
Johan melihat punggung istrinya mulai menjauh "Pergilah sayang, aku benar-benar sudah tidak sabar menghukum putri kesayangan mu ini." Batinnya. Kemudian ia beralih menatap Reyna yang terlihat sedang buru-buru.
"Mau kemana kau?" Johan menarik tangan Reyna dengan kencang menyeretnya ke sebuah gudang yang ada di belakang rumahnya.
"Lepaskan aku paman, aku hanya ingin pergi sekolah." Reyna mencoba menarik tangannya dari cengkraman Johan, namun sayang cengkraman Johan sangatlah kuat.
"Kau pikir aku akan membiarkanmu kabur lagi."
"Paman, aku tidak punya salah padamu, kenapa kau terus menyiksaku?" ucap Reyna sambil memegang tangannya yang kesakitan.
Johan menghempaskan tangan Reyna menutup pintu, kemudian menguncinya. Dan tidak lama kemudian Johan mencengkram dagu Reyna dengan kuat
"Kau memang tidak punya salah padaku, tapi ayahmu, ayahmu telah menghancurkan hidupku." Teriak Johan, rahangnya mengeras menahan amarah sambil melepaskan cengkramannya.
"Asal kau tahu, ayahmu yang angkuh itu telah merebut ibumu dari sisiku, dan bukan hanya itu dia membuatku di hina di depan banyak orang, dia juga telah menutup akses agar diriku tidak bisa di terima kerja di manapun."
Wajah yang tadinya di liputi amarah kini berubah sendu.
"Waktu itu ibuku sedang sakit dan aku yang seorang pengangguran tidak bisa membawanya untuk berobat, sampai pada akhirnya ibuku meninggal. satu-satunya orang yang aku miliki sudah meninggal."
Wajah Johan kembali memerah ketika ia melihat Reyna, "Dan itu semua karena ulah ayahmu yang brengsek." Sentaknya
Johan melangkah mendekati Reyna
"Sekarang giliran ayahmu yang merasakan kehilangan orang tercintanya."
Reyna berjalan mundur seiring dengan langkah Johan yang terus maju.
"Tidak, ayahku tidak akan melakukan hal itu. Walaupun iya, pasti kau yang berbuat ulah terlebih dahulu."
Johan yang mendengar itu, terlihat sangat marah. Bisa-bisanya Reyna mengatakan hal itu di saat genting seperti ini.
"Kau membelanya, karena kau adalah anaknya."
Kemudian Johan mengambil tongkat yang ada di sebelahnya, hendak memukulkannya ke arah Reyna. namun dengan sigap Reyna menghindar. Ia berlari dengan sekuat tenaga mencari tempat perlindungan.
Gudang itu memang cukup luas, sehingga Reyna bisa menghindar dan bersembunyi.
Kemudian ia teringat sesuatu, kakaknya Reyhan pernah memberikannya handphone waktu ia hendak kabur waktu itu, ketika akan bercerita tentang dirinya Johan ternyata sudah lebih dulu menemukannya kala itu.
Dengan tangan gemetar Reyna merogoh handphone nya di dalam tas, mencoba menghubungi kakaknya namun tidak tersambung. Reyna kemudian mengetik pesan singkat berisikan tempat di mana ia sekarang. Tidak menyerah sampai sana Reyna terus menghubungi kakaknya.
Reyna menggigit kuku-kuku jarinya, wajah nya pucat, seluruh tubuhnya gemetar. Ia benar-benar ketakutan saat ini, di tambah Johan yang terus memanggil namanya.
"Tuhan tolong selamatkan lah aku." Doanya dalam hati
"Rupanya kau disini? Sepertinya kau suka sekali main kucing-kucingan ya?" Ucap Johan dengan seringai mengerikan di wajahnya.
Reyna yang kaget setengah mati, tidak sengaja melemparkan handphone yang di pegangnya.
Johan melihat handphone yang di lempar Reyna, terlihat ada tulisan kak Rey di layar ponsel "Kau juga menelepon kakakmu?" kemudian ia mematikan handphone Reyna dan memasukannya kedalam saku celana.
" Jangan harap ia akan menemukan mu disini."
Johan kemudian mengarahkan tongkatnya lagi hendak memukul Reyna.
Reyna bangkit dan mencoba berlari sekuat tenaga, tapi sayang ia terjatuh dan terjerembab diatas lantai, sehingga membuat roknya sedikit terangkat ke atas
" Tidak, Ku mohon jangan bunuh aku."
...***...
Di lain tempat, Reyhan yang baru saja sampai mengantar ayahnya, menatap heran handphone nya, ada banyak panggilan masuk dari adiknya. namun ketika di telepon balik handphone Reyna sudah tidak aktif.
"Ada apa Rey?" Tanya sang ayah
"Ada banyak panggilan dari Nana tapi ketika di telepon balik hp nya sudah tidak aktif." Reyhan kembali mencoba menelepon Reyna namun hasilnya tetap sama.
Andi kemudian teringat sesuatu, ia teringat satu nama, nama yang baru-baru ini ia ketahui sebagai dalang di balik kehancuran perusahaan dan juga keluarganya.
"Kau tahu di mana Reyna sekarang?"
Reyhan menggelengkan kepala
"Tapi ia mengirim pesan ini?" Reyhan menunjukan pesan singkat yang di kirimkan Reyna
"Kita ke sana sekarang."
Tak banyak bicara sang ayah lalu menaiki motor anaknya mengambil alih kemudi. Reyhan yang bingung hanya menurut dan ikut menaiki motornya.
Bagaikan anak muda yang sedang balapan, Andi mengendarai motor dengan kecepatan tinggi, menyalip sana sini. Ia tidak peduli dengan keselamatannya yang ia tahu sekarang Reyna putrinya sedang dalam bahaya.
Andi bersyukur Jarak yang di tempuh tidak terlalu jauh, juga tidak terjadi kemacetan sehingga ia bisa cepat sampai.
Ketika sampai di tempat tujuan, Andi melihat penjagaan di sekitar rumah Johan sangatlah ketat, namun ia tidak kehilangan akal, berjalan seperti penyusup mencari celah agar ia bisa masuk, hingga ia menemukan jalan pintas menuju gudang, maklum saja sebelumnya ia pernah mendatangi tempat ini, sehingga dengan mudah melewati para penjaga.
Sementara Reyhan yang berada di belakang ayahnya, hanya mengikuti apa yang ayahnya lakukan walaupun banyak pertanyaan yang bersarang di benaknya.
Andi yang dibantu anaknya mendobrak pintu gudang yang terkunci.
Dengan sekuat tenaga Andi dan Reyhan terus mendobrak hingga pintu terbuka.
Alangkah terkejutnya mereka berdua melihat kejadian yang ada di depan mata mereka, bahkan Reyhan sampai memalingkan wajahnya tak kuat melihat pemandangan yang mengerikan itu.
Sementara Andi, ia berlari menghampiri Johan dan menghajarnya dengan membabi buta.
"Keparat, dasar B*j*ng*n apa yang kau lakukan pada putriku hah?" Andi terus menghajarnya tanpa ampun. bahkan tidak memberinya celah untuk melawan hingga akhirnya Johan tidak sadarkan diri.
Reyhan menghampiri adik tercintanya tanpa memperhatikan orang yang sedang berkelahi di sebelah sana. Ia menangis saat melihat Reyna duduk meringkuk menenggelamkan wajah diantara kedua lututnya. Hatinya benar-benar terluka melihat adik tercintanya di perlakukan seperti binatang, dan ia melihat dengan jelas ada banyak luka di tubuh Reyna.
sambil mendongak menahan air mata dan menghela napas beberapa kali. Reyhan melepas jaketnya dan memakaikan nya pada Reyna.
Reyna mendongak, sorot matanya kosong namun air mata tetap mengalir deras di kedua pipinya, tubuhnya bergetar hebat, ia benar-benar trauma saat ini.
Reyhan memeluk Rqeyna dan hendak membawa Reyna keluar, namun sebelum itu ia harus menghentikan ayahnya yang masih memukuli Johan yang sudah terkapar tidak berdaya.
"Ayah hentikan!" Reyhan menarik tangan ayahnya
"Menyingkir!! Orang ini harus mati." Emosi ayah nya masih belum reda.
"Ayah bisa saja membunuhnya, tapi aku tidak ingin ayah masuk penjara karena berandal tua ini. Lebih baik ayah laporkan saja dia pada polisi."
"Baiklah, kita laporkan dia pada polisi."
.
.
.
.
segitu dulu ya!
Q : kok flash back nya belum usai-usai?
A : biar paham aja ceritanya dari awal.
Q : Pemeran utama laki-lakinya mana? kok belum muncul-muncul
A : kan udah biasanya pemeran utama datangnya belakangan, hehe~
di ikutin terus ya ceritanya dan jangan lupa like, comment and vote !!
See you~~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments