A' Girl Who Live With Me
Rathaf sedang bekerja di sebuah kafe, Dia adalah seorang pelajar yang bekerja paruh waktu disana. Rathaf adalah orang yang bisa dibilang cukup pendiam, tak banyak berbicara namun dia tetap asik saat di ajak berbicara. berambut panjang yang menutupi keningnya, berkulit putih dan bermata coklat.
Jam 10 : 25 PM
Rathaf Selesai dengan pekerjaannya, dan beranjak pulang. Saat itu hari sudah malam, angin malam bertiup cukup halus. Tempat rathaf bekerja memang tidak terlalu jauh dari rumahnya, letak rumah Rathaf cukup strategis, karna dekat dengan tempat kerjanya dan sekolahnya. Rathaf pun akhirnya sampai didepan rumahnnya, namun saat dia membuka pagar rumah, khas dengan suara besi yang sudah tua. Seorang perempuan sedang duduk, merangkul kedua kakinya seperti orang yang kedinginan tepat di depan pintu rumahnya, disamping perempuan itu juga terdapat koper yang lumayan besar.
Rathaf memandangi perempuan itu lalu berkata. "Anu.. permisi, anda tidak apa-apa?" Ucapnya dengan nada sopan.
Perempuan itu mengangkat kepalanya dan melihat Rathaf, Rathaf juga terkejut, karna wajah dari perempuan itu yang masih muda dan cantik, mungkin dia seumuran dengan Rathaf. Sekali lagi dia bertanya dengan pertanyaan yang sama, dan kali ini perempuan itu meresponnya.
"Izinkan aku untuk tinggal dirumah mu sementara." Ucap perempuan itu.
"Hah?..."
10 : 50 PM….
Rathaf dan perempuan itu sudah berada didalam rumah, adik Rathaf yang bernama Afia terlihat kebingungan melihat kakaknya membawa seorang perempuan kerumah mereka.
"Ka-kak, dia siapa?" Tanya Afia.
"Afia... Untuk sementara waktu, dia akan tinggal disini bersama kita." Balas Rathaf sambil mengelus kepala adiknya.
"Ti-tinggal disini?" Afia terkejut. "Dia pacar kakak?"
"Hah? bukan kok." Balas Rathaf dengan santai.
| 15 menit yang lalu |
"Apa maksudmu tinggal disini?" Tanya Rathaf.
"Aku sudah tidak punya tempat untuk kembali." Balas perempuan itu.
Rathaf menatap perempuan itu dengan seksama. "Kau.. Sepertinya tidak asing ya." Ujarnya.
"Kamu sudah mengingat ku kah?.. Kalau belum biar aku ingatkan kembali." Perempuan itu berdiri dan mulai memperkenalkan diri.
"Namaku Alisha Agnia, dan sepertinya kamu sedikit lupa dengan ku, aku teman sekelasmu." Alisha agnia, berwajah cantik dan imut, sikapnya selalu ceria dan suka main-main, rambutnya berwana hitam arang, matanya berwarna coklat muda. Dan berkulit putih mulus.
"Ah.. Iya, teman sekelas." Rathaf masih kebingungan.
"Kamu ini ya.. Di kelas selalu saja membaca buku dan menyendiri, kamu tidak punya teman ya?" Ujar Alisha sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Hmm.. Kau tau keseharian ku dikelas, berarti benar. Kau adalah teman sekelas ku."
"JADI DARI TADI KAMU TIDAK PERCAYA?"
"Jadi, ada keperluan apa?"
"Sudah ku bilang, izinkan aku untuk tinggal disini sementara waktu."
"Permintaanmu kutolak." Rathaf menolaknya dengan cepat.
"Eh?! Kenapa?" Tanya Alisha kecewa.
"Ada tiga alasan, pertama. Aku itu sederhana, lebih ke arah miskin. Jadi kamu hanya akan menambahkan beban untuk ku."
"Blak-blakan banget."
Rathaf melanjutkan perkataannya. "Kedua, kau itu perempuan, dan aku laki-laki. Sungguh perbedaan yang signifikan."
"Oi, itukan sudah jelas."
"Dan yang terakhir..."
"Apa?"
"Kembali lagi ke nomor satu."
"Ih..."
"Jadi maaf, aku tidak bisa membiarkan mu tinggal disini, sana pulang." Rathaf berjalan menuju pintu.
"Aku akan membayar." Lanjut Alisha.
"Hah?"
Alisha tersenyum jahat. "Aku akan membayar biaya saat aku tinggal disini, bagaimana."
Hati Rathaf sedikit tergerak namun. "A-aku tidak tertarik."
Alisha mengeluarkan atm Black Cardnya.
Melihat itu, Akhirnya Rathaf......
| Kembali ke masa sekarang |
"Hmmmm... Kau ingat janji mu yakan?" Tanya Rathaf.
"Iya, iyaa."
Alisha melihat Afia yang bersembunyi di balik badan Rathaf, dia pun berinisiatif untuk mengakrabkan diri dengan Afia. "Halo.. Nama kamu Afia ya?" Ujarnya.
Afia yang malu hanya mengangguk kecil, "Afia.. Ayo kenalkan dirimu lebih baik lagi." Ujar Rathaf.
Mendengar permintaan dari kakaknya, Afia pun memberanikan diri. Walaupun badannya cukup bergetar.
"Na-namaku Afia Alinda, umurku sepuluh tahun." Ujarnya sambil malu-malu.
"Wah wah, kamu imut banget.. Kenalin juga, nama kakak Alisha agnia panggil saja aku kak agni atau Alisha." Alisha mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Afia.
Afia pun bersalaman dengan Alisha. "Untuk sekarang kita akan tinggal bersama, jadi mohon bantuannya ya.. Afia." Ujar Alisha dengan senyum diwajahnya.
"I-iya, selamat datang." Balas Afia.
11 : 05 PM
Afia sudah tertidur lelap dikamarnya. Rathaf sedang membereskan kamarnya dan Alisha, sedang duduk di tengah ruangan sambil melihat kesekeliling ruangan.
"(Rumahnya memang terbilang kecil, memiliki dua kamar satu kamar mandi, dapur dan ruang tengah yang tidak terlalu luas, namun rumah ini sangat bagus, memiliki kesan tersendiri, barang-barang yang terlihat antik, dinding rumah yang sebagian bawahnya terbuat dari kayu kokoh, barang-barang yang terlihat berantakan namun rapih, dan yang paling penting. Seisi rumah ini sangat harum)." Ujar Alisha dalam hati sambil melihat-lihat ke sekelilingnya.
Rathaf datang menghampirinya, "Kamarku sudah kubereskan, jadi kau tidur disana."
"Kau sendiri bagaimana?"
"Aku akan tidur di sofa."
"Oh... Yakin kau tidak ingin tidur bersamaku?" Alisha menyipitkan matanya sambil tersenyum.
"Tidak terimakasih, aku tidak tertarik dengan cewek murahan." Balas Rathaf dengan polosnya.
"AKU CUMAN MAIN-MAIN WOY!"
"Yasudah, kalau begitu aku tidur ya.. Oh iya, besok kan minggu. Kau bisa antar aku ke mall?" Tanya Alisha.
"Hah? Untuk apa?"
"Untuk apa? Hmmm.. Banyak yang harus kubeli sih, kau lihat koper ku itu? Itu isinya hanya baju. Alat-alat lainnya akan kubeli nanti."
“Alat-alat lainnya?”
“Iya, jadi besok antar aku ya.”
"Sore saja, pagi dan siangnya aku harus bekerja," Rathaf mulai menyiapkan tempat untuknya tidur.
"Baiklah, sekalian ajak Afia juga ya." Alisha masuk ke kamar dan menutupnya.
"Huh.." Rathaf membuang nafasnya, "(Apakah kehidupan ku akan baik-baik saja sekarang?)" Ujarnya dalam hati.
Dia duduk di sofa, dan akhirnya bersandar untuk tidur… Entah apa yang akan terjadi nanti, intinya. Dia sudah siap.
*
Perlahan-lahan, Rathaf mulai membuka matanya. Dan tak di sangka-sangka, dia langsung disambut oleh bau yang tak sedap dari arah dapur. Karna khawatir dia langsung pergi untuk memeriksanya, namun ternyata, itu hanya Alisha yang sedang memasak ditemani oleh Afia yang sedari tadi mencoba untuk membantu Alisha memasak.
"Anu... Ada apa ini?" Tanya Rathaf.
"Ah, kak. Aku mencoba untuk membantu kak Alisha memasak, tapi dia tidak mau." Balas Afia mendekat ke arah Rathaf.
"T-tapi kan aku sudah besar, masa di ajari masak sama anak kecil sih." Ucap Alisha cemberut.
"Alisha, setidaknya adikku lebih mahir dari pada dirimu."
"Oi."
"Lagian, kau dapat bahan-bahan makanan itu darimana?" Tanya Rathaf.
"Aku membelinya tadi kok." Alisha menunjuk ke arah bahan masakan yang dia beli.
Rathaf melirik, dan dia sangat terkejut, karna bahan makanannya sangat banyak, ada juga bahan-bahan makanan yang mahal. "Kau membeli semua ini?" Tanya nya.
"Iya lah." Balas Alisha dengan sombong.
Afia melirik kakaknya. "Kak, kak Alisha itu orang kaya ya?"
"Ya seperti itulah." Balas Rathaf sambil mengusap kepala adiknya.
Rathaf mengambil pisau dapur. "Sudah-sudah, kau bantu adikku mengerjakan pr nya saja." Ujarnya.
"Tapi aku pengen ikut masak juga, eh sebentar. Emangnya kamu bisa masak?"
Rathaf menyeringai. "Ohohoho.. Lihat saja nanti." Ujarnya.
"Hih... Yasudah, masak yang bener ya!" Alisha pun meninggalkan dapur dan membantu Afia mengerjakan pr nya diruang tengah.
setelah menunggu, masakan Rathaf akhirnya jadi juga. "Wow.." Ujar Alisha dan Afia, yang terkesan melihat masakan Rathaf yang disusun rapih dan terlihat enak.
"Ini, kamu kan yang membuatnya." Tanya Alisha yang masih tidak percaya kalau makanan yang di depannya itu buatan Rathaf.
"Iya tentu saja, kau juga mendengar di dapur kalau aku sedang masak yakan."
"Sudah-sudah, kita makan saja yuk." Ujar Afia mencoba meleraikan mereka berdua.
Mereka semua pun makan bersama, "Enak..." Ujar Afia. "Terimakasih." Balas Rathaf.
Meski masakannya enak, tetap saja. Alisha tidak ingin mengakui kekalahannya.
"(Mereka memang sudah dekat sejak dulu ya?)." Ujar Afia dalam hati sambil melihat Rathaf dan Alisha yang saling bertengkar.
Rathaf sudah bersiap-siap untuk bekerja, dihari libur, biasanya Rathaf akan mengambil waktu kerja di pagi hari sampai sore.
"Aku berangkat dulu ya. Jaga rumah." Dia pun pergi.
"Semangat kak." Ujar Afia.
Karna dirumah hanya ada Alisha dan Afia, dan untuk membuat Alisha semakin dekat dengan Afia, dia memulai percakapan. Agar tidak canggung.
"Kakakmu itu kerja dimana?" Tanyanya,
"Kakak ku kerja di café." Balas Afia.
"Wow..."
"Sebenarnya, aku ingin sekali membatu kakak mencari uang, semenjak kedua orang tua kami meninggal. Kakak harus menjadi tulang punggung keluarga," Afia terlihat sedih. "Ah, maaf jadi bercerita yang tidak-tidak."
"Tidak apa-apa kok, kalau Afia pengen curhat, curhat aja ke kakak." Ujar Alisha sambil mengusap kepala Alisha. "(Aku memang sudah dengar tentang Rathaf yang sudah tidak memiliki orang tua, kasihan sekali)."
"Oh iya Afia. Nanti kita bakal ke mall loh." Alisha mencoba membuat Afia tidak merasa sedih lagi.
"Eh? Ke mall? Ti-tidak ah."
"Hah? Kenapa?" Tanya Alisha.
"Aku tidak ingin membuang-buang uang."
"Eh...." Alisha terdiam. "Ti-tidak apa-apa kok, kamu ikut saja ya, Rathaf juga bilang kalau dia ingin bawa Afia ke mall kok."
"Kakak?" Afia keheranan…. Jelas dia keheranan.
"I-iya."
"Tumben sekali, dia jarang membawa ku ke tempat itu."
"Benarkah?"
"Iya, kata kakak, jika kita kesana terus nanti uang akan cepat habis." Ujar Afia.
Alisha tersenyum kaku. "(Wah, otaknya sudah dilatih oleh Rathaf)." Ujarnya dalam hati.
"Intinya, nanti malam kita akan pergi ke mall, jadi kamu harus ikut ya."
"Hmmm.. Ka-kalau begitu, baiklah." Afia pun menuruti perkataan Alisha, karna dia pun sudah lama sekali ingin pergi ke mall.
07 : 40 PM
Dan mereka semua sudah berada di dalam mall. Karna Rathaf terlalu Lelah untuk ke mall di sore hari, akhirnya mereka pun memutuskan untuk pergi dimalam hari.
"Oi Alisha, jangan membuatku repot ya." Ujar Rathaf yang menatap tajam ke arahnya.
"Iya aku tau." Balas Alisha cemberut.
"Wah.." Afia terlihat terpesona dengan suasana mall. Karna memang sudah lama Afia tidak ke mall, mungkin salah satu faktornya karna Rathaf jarang membawanya kesana, untuk menjadikan Afia perempuan yang tidak menghambur-hamburkan uang… Pintar sekali.
Melihat itu, Rathaf tersenyum. "Mumpung kita disini, kita main-main dulu yuk." Ujarnya.
Ah… Aku mengatakan hal aneh.
"Eh.. Boleh?" Tanya Afia yang ragu-ragu.
"I-iya boleh kok (Sudah lama juga sih, apa boleh buat)." Balas Rathaf sambil mengelus adiknya.
"Wah terimakasih kak." Afia tersenyum lebar dan memeluk kakaknya.
Mungkin hal kecil yang seperti ini, yang bisa membuat hatinya Bahagia. Alisha dengan cepat menggenggam tangan Afia dan mengajaknya untuk berkeliling.
*******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
ehouu
bagus😄
2022-06-30
1
eta princilla
Si rathaf juga cuek aja gitu ngeladenin nya
2022-06-26
3
eta princilla
Ahahaha si alisha keren juga
2022-06-26
2