Malam itu, aku sedang membuat novel. Ya, selain membaca buku dan novel, aku juga membuatnya. Aku membuat novelku pada malam hari, judul dari novelnya adalah ‘Star in Sky’. Bercerita tentang seorang anak yang selalu membuat permohonan kepada bintang, walaupun dia tau kalau itu sia-sia.
Malam ini sangat tenang. Aku bisa mendengar suara angin malam, saat kulihat keluar melalui jendela, aku melihat bintang-bintang yang sangat indah. Jujur, aku baru pertama kali melihat hal yang seperti ini.
Alisha keluar dari kamarnya, lalu menyapaku. Aku juga ikut menyapanya, dia menghampiriku dengan keadaan yang masih mengantuk.
“Kenapa?” Tanya ku.
“Mi-minum.” Kalau begitu, kenapa kau kemari?
“Kalau kau ingin minum, pergi ke dapur. Bukan kesini.” Aku kembali mengetik, berharap kalau dia mengerti dan segera pergi ke dapur.
“Ambilin….” Ucapnya dengan nada yang lemas. Ambilin? Serius? Ni anak manja banget dah.
Karna aku tidak ingin mengambil jalan yang ribet, akhirnya aku menurutinya dan mengambilkannya minum. Setelah aku berikan minumnya kepada Alisha, aku kembali duduk dan mulai mengetik kembali.
‘Puk’.
Bagus…. Sekarang dia malah duduk dibelakangku. Kenapa dia tidak langsung kekamarnya dan tidur sih, ahh… Ini mengganggu konsentrasiku.
“Oi. Alisha…. Kenapa kau duduk disana?” Tanyaku.
Namun dia tidak menjawab apa-apa, karna aku sedikit penasaran, akupun membalikan badan untuk melihatnya, namun. Sebelum berhasil melakukan itu. Punggungku tiba-tiba terasa berat dan hangat, dari sana aku sudah sadar. Kalau dia sedang tidur di punggung ku….. Cobaan apa lagi ini.
Karna aku merasa terganggu dan tidak bisa konsen, aku menggengong Alisha kembali ke kamarnya. Anehnya, dia tidak terbangun sama sekali…. Dia memang aneh.
Pagi pun tiba, seperti biasa. Aku terbangun oleh suara bising yang berada didapur, aku juga bisa mendengar suara adik ku yang memanggil Alisha. Ya, aku sudah tau apa yang terjadi.
Aku bangun dan langsung pergi ke dapur untuk mengeceknya, dan benar saja. Suasana dapur sangat berantakan, asap hitam dimana-mana. Aku hanya terdiam melihat ini semua, adik ku mencoba untuk mematikan kompor, dan Alisha…. Dia mematung karna melihat masakannya sudah membuat pagi yang cerah ini, menjadi gelap.
Pada akhirnya, aku memasak ulang memakai bahan seadanya, aku memasak nasi goreng dengan ayam yang ku goreng terlebih dahulu, terimakasih kepada Alisha karna bahan-bahan ini semua dari dirinya. Yang membuat pengeluaranku sedikit terselamatkan….. Terimakasih orang kaya.
Kami sudah diruang tengah untuk makan bersama. Selagi Alisha melahap makanan, dia berkata.
“Aku juga kan ingin bisa membantu kalian… seperti urusan rumah.” Wajahnya sedikit murung, entah mengapa aku sedikit terpuaskan.
“Sudahlah, biar aku yang mengerjakannya. Kau diam saja dan bayar uang bulananmu.” Balasku.
Sebentar…. Aku tadi bilang uang bulanan, aku saja tidak tau dia akan berapa lama tinggal disini. Sebaiknya kutanyakan saja.
“Ngomong-ngomong, sampai kapan kau akan tinggal disini.”
“Hmmmmm,” Dia sedikit memiringkan kepalanya. “Aku sih maunya.. Selamanya.”
“UHUK!!” Sial, aku tersedak.. Apa? Apa yang dia bilang barusan?! Selamanya?? Adikku saja sampai melotot seperti itu.
“Kau ini… Kalau bercanda itu harus liat kondisi dulu dong.” Ucapku sambil mengelap air yang sedikit keluar dari mulutku.
“Benar juga ya, aku tidak bisa tinggal denganmu selamanya.” Baguslah kalau dia mengerti.
“Kecuali kalau aku menikah denganmu.”
……. Aku terdiam, Alisha melihat ku dengan mukannya yang menyebalkan. Adiku juga memperhatikan diriku dengan dirinya… Menikah katanya.
Aku menepuk kepalaku. “Baiklah, kalau kau ingin menikah denganku. Kau harus bisa masak mencuci baju menyapu dan kegiatan-kegiatan lainnya layaknya seorang istri.” Bagaimana, memangnya dia saja yang bisa bercanda.
Namun tak lama aku mengatakan itu, Alisha terdiam melihatku. Mukannya memerah, aku yang melihatnya sedikit malu. Kenapa… Kenapa dia melihat ku seperti itu.
Dia tersenyum. “Kalau begitu, jika aku bisa melakukan itu semua, aku akan resmi menjadi istrimu yaaa..” Ucapnya.
“Eh…” Aku juga ikut terdiam kembali. Kali ini, bercandaannya cukup membuatku malu.
“Kak Alisha mau jadi istri kakak ya?” Ucap Afia.
“Hmmmmm, mau gak yaaa….” Dia melirikku, kenapa dia melirikku???
“Kalau begitu, Rathaf. Ajarkan aku memasak dong.” Hah?
“Hah?”
“Ajari aku cara memasak.” Ya aku dengar itu, tapi…
“Memangnya kamu bisa?” Lalu. Muka Alisha memerah, dia sedikit cemberut dan akhirnya, melemparku dengan sendok.
*****
Pada akhirnya, aku terpaksa harus mengajarinya masak. Pertama-tama, aku harus pergi ke toko buku terlebih dahulu, untuk membeli buku resep masakan. Jujur saja, aku juga tidak jago-jago amat dalam memasak. Hanya lebih baik dari dirinya.
“Aku berangkat ya.” Ucap ku.
“Eh? Mau kemana? Bukannya kamu mau mengajariku memasak?” Tanya Alisha.
“Ya, tapi sebelum itu, aku ingin membeli buku resep dan bahan-bahan untuk memasak dulu.”
“Kalau begitu aku ikut.”
Hmmmm, benar juga. Kalau dia ikut, bahan-bahan makanan akan dibayar oleh Alisha semua. “Baiklah kalau begitu, cepat siap-siap.”
Dia pun langsung pergi ke kamar dan mengganti bajunya.
“Afia tunggu disini sebentar ya.”
“Iya kak, tidak usah kawatir. Afia udah gede kok.” Balasnya dengan senyum dimukanya.
Aku mengelus kepalanya, “Bagus deh kalau gitu.” Balas ku.
15 Menit kemudian.
Alisha keluar dari kamarnya, dengan baju yang sudah di ganti, 15 menit. Selama itukah perempuan mengganti pakaiannya? Aku tidak mengerti. Dan lagi, dia terus menatapku, kenapa? Dia ingin aku apa?
“Ayo kita berangkat.” Ucapku.
“Ehhh….” Kenapa? Kenapa dia terlihat kecewa seperti itu?
Kami pun berangkat menggunakan motor ku, masalah pertama adalah. Aku tidak mempunyai 2 helm, namun. Dengan kekuatan uangnya, Alisha menyarankan diriku ini, untuk pergi ke toko helm untuk membeli helmnya. Untungnya, tempatnya tidak terlalu jauh dari sini.
Sesampainya disana, Alisha langsung mengambil sebuah helm berwarna pink tanpa melihat harga dan kualitasnya terlebih dahulu. Aku ingin menegurnya, tapi dia sudah berada di kasir, cepat sekali.
Dia datang kepadaku dengan helm barunya, “Yuk jalan.” Katanya.
“Oi, kalau beli helm itu, lihat kualitasnya terlebih dahulu.”
“Tenang saja, kata om kasir itu, helmku bagus kok.”
“Yasudahlah… Ngomong-ngomong berapa harganya?” Aku tidak akan terkejut.
“Oh… Sekitar 900 an.” Aku terkejut.
Tidak ingin membuang-buang waktu, kami langsung pergi ke toko buku terdekat. Sekitar 10 menit perjalan, akhinya kami sampai disana. Ac didalam toko buku memang terasa nyaman ya, kalau aku beli ac untuk dirumah bagaimana ya? Ah kesampingkan dulu itu.
Aku langsung mencari buku tentang resep-resep masakan, tapi aku malah menemukan novel yang sangat menarik perhatianku. Ketika aku sedang melihat novel itu, Alisha langsung menarik tanganku dan membawaku menuju buku resep makanan. Aku sampai lupa kalau aku pergi ke toko buku ini dengan Alisha.
“Jadi kita beli yang mana?” Tanya Alisha.
“Hmm… Mungkin yang ini saja, ‘resep makanan jawa’.” Aku mengambil bukunya.
“Eh… Tapi aku pingin yang ini, ‘resep buku makanan timur.” Serius? Mau langsung kesana?
“Lebih baik yang ini dlu sa-“
“Rathaf?”
Ada seseorang yang memanggilku, dan suaranya terdengar familiar. Saat aku membalikan badanku… Ternyata… Itu Agung…. Dan sial, aku sedang bersama dengan Alisha sekarang.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
An Xi
ceritanya makin seru aja, jd pengen tepak TG author
2022-08-06
1
nee_ 11
Makin kesini makin penasaran sama masa lalu si rathaf
2022-06-28
2