AKU YANG KAU SAKITI
Aneh, tidak biasanya ponsel Mas Angga dia biarkan diatas nakas seperti ini. Mas Angga selalu membawa ponsel nya kemanapun dia pergi walau ke kamar mandi sekalipun.
Jujur selama ini aku tak pernah curiga kepada mas Angga. Begitu banyak hal penting yang harus aku pikirkan dan lakukan dari pada berpikir negatif tentang suamiku.
Drrrrttt.. panggilan WA masuk. Aku melihat nama 'Rayhan' yang tertera di layar ponsel.
Aku memanggil Mas Angga yang sedang mandi.
"Mas... Ada telepon".
"Apa Na?" Jawab Mas Angga tidak mendengar apa yang aku katakan. Mungkin ribut dengan suara keran air.
Aku melihat ponselnya sudah tidak bergetar lagi. Kuputuskan memberitahunya setelah dia selesai mandi.
Saat ingin berdiri dari tempat tidur, tiba tiba ada pesan WA masuk. Lagi lagi dari kontak yang bernama 'Rayhan', ku raih ponselnya yang berada diatas nakas samping tempat tidur.
Pesan pertama isinya hanya [Mas].
Aku hanya melihatnya, tak perlu membuka ponsel mas Angga karena pemberitahuannya muncul. Aku mulai penasaran, dan membuka ponsel Mas Angga. Terlihat kontak yang bernama Rayhan sedang mengetik pesan. [Aku harus bagaimana?]. Pesan selanjutnya [Aku hamil mas!]
Deggh!
Seperti petir yang menyambar. Dadaku langsung sesak.
Tapi aku berusaha menguasai diriku, dan berpikir positif.
'Ah mungkin hanya teman yang iseng bercanda dengan mas Angga. Lagian namanya Rayhan'. Batinku, berusaha menenangkan diri sendiri.
Aku beranikan diri membalas pesan wa dari kontak yang bernama Rayhan ini, [Maksudnya?] Balasku mengetik dengan tangan yang bergetar, dan langsung mengirimkan balasan.
[Iya mas Angga... aku hamil anakmu. Anak kita!]
[Apa yang harus aku katakan kepada orang tuaku?]
[Bagaimana dengan sekolahku?]
Degghh!!
Otakku berusaha mencerna maksud pembicaraan ini. Hilang sudah pikiran positif yang berusaha aku bangun sejak tadi. Hatiku sakit.
'Siapa kontak yang bernama Rayhan ini? Dia hamil anak Mas Angga? Masih anak sekolahan juga? Arrgghh' batinku berkecamuk.
Tiba tiba Mas Angga keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggangnya. Tingginya 170cm, dengan berat badan yang proporsional dan ototnya yang seperti roti sobek.
Aku langsung terpana dibuatnya. Rasanya tidak pantas seorang mas Angga bersanding dengan dengan isteri sepertiku yang berwajah kusam dengan lemak yang menutupi beberapa bagian tubuhku.
Aku sangat minder pada suamiku sendiri. Kami memang jarang melakukan hubungan suami isteri.
Aku bahkan tidak berani untuk memulainya duluan. Kami melakukannya saat Mas Angga benar benar menginginkannya.
Bukan benar benar menginginkanku dalam arti sebenarnya, tapi seperti hanya sebagai sarana untuk menyalurkan hasrat kejantanannya.
Setelah itu hubungan kami menjadi dingin lagi. Tidak ada perbincangan yang romantis, apalagi kecupan atau pelukan mesra. Entah sejak kapan hubungan kami seperti ini.
Apakah karena aku sudah tidak menarik lagi.
Ya, semenjak hamil dan melahirkan aku memang lalai merawat diriku..
Semua pekerjaan di rumah mertua ini aku yang melakukannya. Dari mulai menyapu, mengepel, memasak, mencuci, menyetrika sampai merawat nenek mas Angga aku yang lakukan sendiri. Ditambah lagi sambil merawat anak, dan tentu saja mengurus segala keperluan suamiku.
Aku tidak punya waktu dan tenaga lagi untuk bersantai santai sekedar melakukan perawatan wajah dan memanjakan tubuh lainnya. Ditambah lagi aku juga tidak punya uang, untuk membeli semua produk kecantikan yang tentunya semuanya butuh uang.
Sesaat aku lupa akan inti permasalahan yang terjadi saat ini. Yaaa hanya sesaat karena Mas Angga tiba tiba keluar kamar mandi dan terkejut melihat aku sedang memegang ponsel nya saat ini.
"Reyna... Kenapa kau memegang ponselku?!!"
Kata Mas Angga, menyadarkanku dari lamunan ini.
"Ma... Mas" jawabku terbata bata.
"Reyna, siapa yang memberikanmu izin memegang ponselku" mas Angga menatapku dengan marah, sambil merampas ponsel dalam genggamanku.
"I, izin Mas? Aku... Aku.." tak bisa berkata kata lagi.
Aneh, harusnya dalam situasi ini aku yang harus marah dan menginterogasinya tentang pesan wa yang masuk ini.
"Jadi kamu sudah mulai periksa-periksa ponselku ya?! Kamu sudah mulai jadi isteri yang paranoid tau ngga!.." mas Angga berkata dengan suara menekan.
Aku belum selesai bicara, tapi mas Angga sudah menyudutkan aku. Dengan takut aku menjawab "ada pesan masuk mas, dari Rayhan" jawabku pelan.
Mas Angga langsung melihat ponselnya, tanpa menjawabku. Dengan cepat mas Angga langsung mengambil baju ganti yang sudah aku siapkan, dan memakai pakaian di kamar mandi.
"Mas, siapa Rayhan?" Kataku dengan pelan, berusaha sekuat tenaga untuk tetap tenang agar dapat mengontrol diriku.
"Jawab Mas... kenapa dia mengirim pesan seperti itu?"
Mas Angga keluar dari kamar mandi. Dia menatapku dengan kesal. "Kamu tidak usah ikut campur urusanku!"
"Apa kamu bilang mas?.. Tidak usah ikut campur?... Kamu suamiku mas!" Jawabku sambil menarik lengan baju Mas Angga, kerena Mas Angga bergegas untuk pergi.
"Kamu selingkuh Mas?!" Kataku dengan suara yang meninggi.
Plaakk!
Tamparan Mas Angga mendarat di pipi kiriku.
"Pelankan suaramu! Kamu bisa mempermalukan keluargaku dihadapan tentangga!"
"Apa kamu bilang? Di saat ini masih sempatnya kamu memikirkan tanggapan tetangga?! Kamu tidak memikirkan perasaanku Mas?"
Selama menjadi isteri Mas Angga, aku mengabdikan seluruh hidupku padanya.
Saat melahirkan aku memutuskan berhenti dari pekerjaanku di perusahaan Pembiayaan. Ku relakan karirku demi keluarga. Mengurus suami dan keluarganya, merawat nenek Mas Angga yang sudah mulai pikun serta merawat anakku Ziva menjadi pekerjaanku sehari hari. Aku tak pernah mengeluh walau tubuh ini letih. Belum lagi perlakuan kasar yang sering aku terima dari ibu mertua dan adik iparku, mereka sering merendahkanku karena sekarang aku tidak lagi bekerja seakan menjadi benalu untuk suamiku, ditambah wajah kusam dan bentuk tubuh yang membesar dan tidak seindah waktu gadis dulu.
Selama ini aku tidak menghiraukan perbuatan ibu mertua dan adik iparku, karena kurasa ini bentuk pengabdianku pada suami yang aku cintai. Kupikir semua keluarga pasti punya masalah dan cobaannya masing masing, dan inilah yang menjadi masalah keluargaku.
Besar harapanku suatu saat nanti kami akan punya rumah sendiri, yang di dalamnya hanya ada suami dan anak anakku. Pikirku, aku hanya perlu bersabar.
Aku tidak pernah mengatakan semuanya pada Mas Angga, karena setiap pulang kerja Dia terlihat capek. Aku tidak mau menambah beban pikiran Mas Angga. Jadi aku tidak pernah mengeluhkan dan mengadukan apapun.
'Bodoh' mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan diriku. Tak tahan lagi, air mataku jatuh. Bukan hanya karena sakit di pipi karena tamparan Mas Angga, Tapi sakit dihati ini karena sikap dan perbuatan Mas Angga.
Tanpa menghiraukan aku dia langsung keluar entah pergi kemana.
"Mas... Mas Angga, tunggu!" Aku berteriak berusaha menghentikannya dan meminta penjelesan tentang semua ini.
Tanpa menoleh lagi, Mas Angga langsung pergi dengan mobilnya, entah kemana. Meninggalkanku dengan perasaan sedih bercampur dengan bingung tanpa penjelasan apapun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Alea Wahyudi
itu suami gak tau diri bed istrinya sepenuh hati ngurus klrganya tp malah bertingkah Jan pengen di sunati neh koyone
2023-02-13
0
Puspa Trimulyani
menyimak dulu ya kak
2023-01-16
0
Rina
waw... terkejoot aku thor.
masih bab 1 langsung keluar konfliknya..... nyeseg aku thor😞
2023-01-15
0