Aku selalu mengingat nasihat ibu, agar selalu tunduk pada suami selama suami tidak memukul atau berzinah. Tapi sekarang mas Angga sudah mengakui kalau dia berselingkuh dan selingkuhannya sedang hamil. Tadi dia juga sudah main tangan dengan menampar wajahku. Tidak hanya itu, ternyata Mas Angga sudah tidak mencintaiku lagi. Aku sudah tidak diinginkannya, jadi untuk apa aku bertahan disini.
Dengan harga diri yang masih tersisa, aku berjalan menuju lemari pakaian. Kuputuskan malam ini juga pulang ke rumah orang tuaku. Untuk apa aku bertahan di tempat ini.
Aku langsung mengambil tas baju yang kusimpan di atas lemari, aku masukkan pakaianku ku dan pakaian Ziva ke dalam tas.
Aku mengambil kantong kresek bekas bersih yang kusimpan, ku masukkan barang barang Ziva seperti susu formula, Botol dot dan beberapa mainan Ziva kedalamannya karena tas baju sudah tidak muat lagi.
Kubawa tas dan kantong kresek yang berisi pakaianku dan Ziva keluar kamar. Saat menuruni tangga hatiku terasa sakit lagi, teganya mas Angga padaku. Bahkan dia tidak menghalangi saat aku mengemasi pakaianku dan Ziva.
Aku langsung memesan taksi online. Sempat khawatir, karena kupikir sudah tidak ada lagi kendaraan jam segini. Kulihat jam di dinding ruang tamu menunjukkan jam 2 lebih 15 menit. Kulihat ada driver yang menerima pesananku. Syukurlah. Aku membuka pintu ruang tamu dan menaruh barang barang ku di teras depan.
Kunaiki tangga, dan masuk lagi ke kamar. Ku pakaikan sweater, celana panjang, dan topi kupluk pada Ziva. Kuangkat anakku kedalam pelukanku. Aku melirik mas Angga yang masih duduk diatas tempat tidur. Dia sedang memperhatikanku, tapi tidak ada kata yang keluar dari mulutnya. Entahlah, apa yang sedang dipikirkan lelaki yang masih berstatus suamiku ini.
Aku menatapnya "Kamu bisa menceraikan aku dan menikah dengan pelacur cilikmu itu Mas!" Suaraku pelan namun tegas.
"Tapi ingat mas, suatu saat kamu pasti menyesalinya! Aku pergi!" Aku langsung pergi keluar kamar dan menuruni tangga sambil menggendong anakku.
Sesampainya di teras depan rumah kulihat sudah ada mobil Honda Brio putih yang terparkir di depan pagar. Kubuka pagar dan mendekat ke tempat mobil berada.
"Taksi Online?" Tanyaku.
"Mba Reyna ya?" Jawab driver taksi online itu sambil bertanya balik, sesuai dengan data profilku di aplikasi taksi online yang aku pesan.
"Iya. Maaf sebelumnya Mas... Bisa tolong bantu aku mengangkat barang barangku di teras?" Tanyaku agak ragu. Tapi sepertinya driver ini orang yang baik.
"Oh iya mba, bisa. Ngga apa apa." Jawab driver taksi ini dengan tulus dan sedikit senyuman.
Aku berjalan masuk ke teras rumah, diikuti oleh driver taksi online di belakangku. Aku membawa kantong kresek, sedangkan Mas driver taksi online membawa tas pakaianku.
Kututup pintu ruang tamu, berjalan keluar pagar dan tak lupa juga menutup pagar.
Aku berjalan ke mobil sambil terus saja menggendong anakku, tidak ku biarkan dia ditinggal sendiri di dalam mobil.
Aku duduk di kursi belakang, di belakang driver.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang sekitar 20-30k km/jam. Ku lihat anakku yang tertidur dalam dekapanku. Tadi Ziva sempat terbangun saat memasukkan barang barang kami kedalam mobil, tapi hanya beberapa menit, lalu dia tertidur lagi.
Aku mengusap wajah anakku dengan lembut. Tak kuasa menahan sesak di dada, air mata ini jatuh membasahi pipiku. Terbayang masa depan apa yang menanti kalau aku dan Mas Angga benar benar bercerai.
Ada sedikit penyesalan membawa anakku keluar rumah selarut ini. Tapi perasaan itu segera ku tepis. Aku tidak boleh menyesal karena keluar dari rumah yang seperti neraka itu.
'Lagian mas Angga sudah tidak menginginkan ku lagi, jadi untuk apa aku bertahan disana!' Tak henti hentinya aku mengingatkan diriku tentang Mas Angga, agar aku tidak terlalu naif dan menjadi wanita bodoh yang akan membuat diriku selalu menderita.
Aku mengangkat kepalaku, melihat keluar jendela mobil yang ada di sebelah kananku dengan tatapan menerawang. 'Ah, Aku kasian kalau mengingat nenek Mina.' Dia sudah tua, umurnya sudah 78 tahun dan sudah mulai pikun. Selama ini hanya aku temannya dirumah itu. Aku akan akan mendengarkan semua ocehannya dengan sabar sambil mengerjakan pekerjaan rumah. Aku juga dengan sabar selalu menjawab pertanyaannya yang sering kali ditanyakan berulang-ulang.
Setiap hari aku akan memandikannya, sambil membujuk dan bercanda dengannya untuk membujuknya mandi karena Nenek takut air. Tidak jarang nenek Mina akan ngompol dan membuang kotoran di celana karena sudah tidak sempat sampai di toilet.
Saat itu Nenek akan menangis karena merasa jorok dan kotor. Akulah yang akan membujuk dan menenangkannya, agar tidak lagi menangis.
Aku sudah beberapa kali mencoba membujuk nenek untuk memakai popok orang dewasa, agar Nenek tidak pipis di celana kalau tidak sempat sampai di toilet, tapi Nenek tidak mau dipakaikan popok karena merasa tidak nyaman.
Terkadang dia akan keluar rumah dan berjalan tanpa arah dengan tidak memakai alas kaki. Kalau sudah begitu, ibu mertua akan sangat murka karena katanya Nenek Mina membuat keluarga kami malu. Dan kalau tidak ada ayah mertua, Mas Angga, atau Fani, ibu mertua ku akan memukul nenek karena kekesalannya.
Aku tidak bisa melakukan apa apa saat ibu mertua melakukan itu. Tentu saja ibu mertua tidak mengaggapku dan tidak menghiraukan perkataanku. Aku hanya bisa sedih dan menangis melihat Nenek Mina dipukul oleh menantunya sendiri.
Ayah mertua juga sangat baik padaku.
Walaupun pembawaannya yang cuek, tapi dia selalu membelaku jika ibu mertua dan Fani menghina atau merendahkanku. Bahkan ayah mertua tidak segan segan akan menghardik dan memarahi mereka, kalau mereka menghina aku didepan matanya. Ayah juga selalu memberikanku uang setiap bulan sebesar lima ratus ribu kalau Beliau baru gajian. Katanya uang jajan untuk aku dan Ziva cucunya, dan tidak perlu mengatakan kepada ibu mertua karena Beliau mengetahui sifat isterinya itu.
Uang itu aku pakai sedikit untuk membeli mainan untuk Ziva, atau membeli sepatu anak yang lucu, atau baju atau aksesoris rambut yang lucu lucu untuk anakku di aplikasi belanja online. Tentunya dengan harga yang murah murah. Sisanya aku simpan untuk keperluan yang tidak terduga seperti saat ini. Untung saja aku memegang sedikit uang yang bisa aku pakai untuk ongkos taksi online dan peganganku nanti walau tak seberapa.
Lama aku melamun, tiba tiba mobil berhenti. "Sudah sampai di titik Mba. Alamatnya benar disini kan?" Tanya Mas driver taksi online.
Aku tersadar, tenyata aku sudah sampai di depan rumah orang tuaku. Aku membayar sejumlah uang kepada driver taksi online sesuai dengan tarif yang tertera di aplikasi dan melebihkannya lima belas ribu.
"Mba, ini sudah kelebihan bayarnya." Sambil menyerahkan uang sejumlah lima belas ribu padaku.
"Itu sengaja mas, saya lebihkan sebagai ucapan terima kasih karena sudah menerima orderan saya selarut ini." Jawabku dengan sopan agar tak menyinggung perasaannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Rina
ga dapat pengganti angga gpp thor...
toh masih banyak single mother hebat yg bisa mengantar anaknya sampai sukses, berhasil dan berjaya....
itulah balas dendam terbaik.
2023-01-15
1
Tri Soen
Yang sabar ya Reyna ....
2022-10-12
0
Masmini Ketut
Semoga nti kau dpt karma berlipat angga. Menelantarkn istri sahmu
2022-08-01
1