KEKASIH BAYANGAN
Seperti sudah menjadi kebiasaan bagi Hana, berdiri di depan kaca nako kamarnya. Kamar yang cukup luas, hanya ada meja dan kursi dan satu ranjang serta TV LCD yang menempel di dinding kamarnya. Seperti sore ini. Hanya dengan menarik tirai jendelanya Hana sudah bisa melihat halaman dan jalan raya. Ada hal yang menarik untuk Hana saat ini nampak anak-anak kecil tengah bermain di halaman rumah, sembari sesekali bersenda gurau. Ini lah yang membuat Hana betah di kamarnya saat melihat beberapa anak berkumpul setiap sore di halaman.
Seperti sore ini, senyum Hana terlukis begitu saja saat melihat beberapa anak kecil sedang berkelahi memperebutkan bola plastik yang tak sengaja mereka temukan, masih dengan senyumnya. Hana sedikit berjingkit saat mendengar suara sang Ibu memanggil.
"Hana ... "panggil Ibu dari ruang tengah.
"Keluarlah Nak, jangan kau mengurung diri di kamar terus," kembali terdengar suara Ibu memanggilnya.
Tak ada jawaban yang terdengar dari sang pemilik nama. "Hana ... "ini untuk yang ke dua kali Bu Rima memanggil. Namun, masih belum juga terdengar sahutan dari sang pemilik nama. Hening hingga beberapa saat. Ternyata sang pemilik nama masih terdiam menatap ke halaman rumah melalui jendela kamar.
Nampak, tersenyum sendiri ketika melihat beberapa anak kecil sedang berkelahi berebut bola plastik yang mereka temukan dan saling beradu mulut.
Sudah dua kali Bu Rima memanggil tetapi tak ada sahutan dari anak gadisnya. "Hana sayang," kini Bu Rima memanggil di depan pintu kamar dan berjalan masuk dalam kamar. "Jangan biasakan melamun tak baik Hana! keluarlah dari kamar dan duduk bersama kami," ucap Ibu sembari memeluk Hana.
"Sudahlah, Bu. Hana merasa nyaman saja jika berada di kamar," ucap Hana menimpali. Mendengar jawaban Hana sesaat Bu Rima menatap Hana dengan heran. Kemudian hanya menggelengkan kepalanya. "Jangan biasakan seperti ini Nak, tak baik," ucap Bu Rima sembari berjalan keluar.
Melihat anaknya lebih menyukai mengurung diri di kamar sang Ibu sedikit merasa khawatir. Langkahnya terhenti saat anak laki-lakinya menegur sembari memeluk Bu Rima. "Ada apa Bu?" tanya Suga pelan.
Bu Rima diam tak menjawab pertanyaan sang anak lelakinya, tapi tatapannya tertuju pada kamar anak gadisnya. Kemudian Bu Rima hanya menghembuskan napasnya dengan berat.
"Adikmu," ucap Bu Rima lirih.
Seketika terdengar tawa dari sang anak laki-laki. "Ibu jangan berpikiran aneh-aneh dengan adik. Hana sudah terbiasa seperti itu!" ucap Suga membela adik perempuannya.
"Tapi, Suga! Ibu juga ingin melihat adikmu sekedar keluar dari kamar atau sekedar duduk dengan Ibu di ruang tengah, Ibu juga khawatir usianya juga sudah dewasa, sudah dua puluh tahun Suga!!"
Mendengar ucapan sang Ibu, kini Suga semakin tertawa terbahak. "Memang jika adik sudah dewasa terus ... "belum selesai Suga berucap kini sang ibu langsung menimpali.
"Setidaknya adikmu itu sudah memiliki pacar Suga," ucap Ibu.
Masih terdengar keributan di ruang tengah, antara Ibu dan anak laki-lakinya, tetapi Hana yang menjadi perdebatan mereka masih saja tenang dan berdiri di depan jendela kamarnya tanpa menghiraukan keributan di ruang tengah.
Sudah mendekati jam makan malam. Namun, Hana masih belum keluar juga dari kamar. Akhirnya dengan malas Suga memanggil.
"Hana. Keluar! Bantu ibu menyiapkan makan malam," ucap sang Kakak.
Hingga beberapa saat, akhirnya Suga berjalan mendekat hingga pintu kamar, mengetuknya sesaat.
"Han ... tok, tok, tok ... Han ... kembali sang Kakak memanggil."
Suga sedikit membuka pintu kamar, melongokkan kepalanya ke dalam, sesaat sang Kakak merengutkan dahinya dan langsung memburu masuk dalam kamar, berjalan sedikit mendekat.
"Han ... "panggil sang Kakak sembari menepuk bahu sang adik, "di panggil Ibu," ucap Suga lagi.
Akhirnya, dengan sedikit terkejut Hana berbalik dan tersenyum.
"Kakak ... "ucap Hana pelan.
"Di panggil Ibu," ulang Suga.
Benar tak lama kemudian terdengar suara Bu Rima berteriak dari ruang tengah. "Hana ... "panggil Bu Rima sedikit keras.
"Buruan Dik, jangan sampai Ibu memanggil untuk yang ke tiga kalinya," ucap Suga sembari ke luar dari kamar.
Mendengar ucapan sang Kakak akhirnya Hana ke luar dari kamar, menuju ruang tengah dan tanpa bicara Hana langsung membantu sang Ibu menyiapakan makan malam.
"Lihat Bu, toh akhirnya Hana keluar juga," ujar sang kakak sembari menoleh sesaat ke Hana, kemudian tersenyum.
"Ibu suka jika Hana mau keluar dari kamar seperti ini," ucap Bu Rima sembari menyerahkan lauk dan sayur.
Menatanya di meja begitu juga piring dan sendoknya, kemudian berganti mengambil sambal yang baru di buat Bu Rima.
Mereka duduk dengan tenang di meja makan hingga semua makanan siap, tak banyak yang di bicarakan. Hana dan yang lainnya makan dengan tenang yang terdengar ramai hanya suara sendok dan piring yang tengah beradu ramai.
Bu Rima langsung menoleh pada anak laki-lakinya, sesaat mereka saling menatap.
Hingga di suapan terakhir baru terdengar suara Hana berbicara.
"Bapak mana Bu?" tanya Hana tiba-tiba.
"Bapak baru besok pulang Hana," jawab Bu Rima sembari makan.
"Oh ... "hanya itu yang terdengar kemudian.
Hana beranjak berdiri menuju dapur, mencuci peralatan makan yang di gunakannya.
"Kak, kalau sudah selesai bawa kemari! sekalian Hana cuci, sekalian yang lainnya juga!" ucap Hana sembari mencuci piringnya.
Setelah semua beres, kini Hana duduk sebentar bersama Bu Rami di ruang tengah, namun tak ada percakapan yang mereka lakukan. Sementara sang Kakak sudah masuk dalam kamarnya.
"Bu, besok Hana ijin pulang terlambat karena di sekolah ada perpisahan," ucap Hana.
Bu Rima menatap Hana sejenak, Ibu senang jika Hana mau kumpul-kumpul atau pergi sama teman-teman Hana, cari teman yang banyak Nak, biar tak kuper," ucap Bu Rima.
Cukup lama terdiam. "Buat apa Bu, Hana nyaman begini? Lagian nggak ada untungnya jika Hana pergi-pergi tak jelas," jawab Hana lagi.
Kini Hana berdiri. "Hana, ke kamar Bu, jangan lupa, besok Hana pulangnya telambat, jadi jangan cemas kalau Hana belum pulang," ucap Hana lagi.
"Biar Kakakmu Suga besok yang jemput Hana," ucap Bu Rima.
"Nggak usah Bu, lagian Hana juga nggak tahu nanti jam berapa kelarnya acara di sekolah."
"Malam Bu," ucap Hana sembari masuk dalam kamarnya. Sementara Bu Rima hanya menatap punggung anak gadisnya sembari menggelengkan kepalanya.
Tidak bagi Hana, begitu masuk dalam kamar Hana tidak langsung tidur, malah kini membuka tirai jendela kamar lagi, memilih duduk termenung menatap langit malam, hanya Hana saja yang tahu apa yang ada di benaknya, cukup lama duduk menatap langit senyumnya sesekali tersimpul. Hingga beberapa kali Hana menguap, kemudian berdiri menutup tirai jendela kamar.
Hana berjalan menuju meja di kamarnya, memeriksa sesuatu sejenak di ponselnya beberapa kali mengulir ponselnya dan kemudian memilih mematikan ponselnya.
Hana melangkah menuju ranjang dan langsung merebahkan tubuhnya di ranjang. Sedikit menarik selimutnya hingga sebatas perut, masih dengan tatapannya yang lama-lama meredup dan hilang bersama mimpinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
MARI SALING LIKE DAN BERBAGI
mantap thorrr, lanjut
2022-11-01
2
SaNi
Baru mampir tor...ketinggalan notif😟
2022-09-12
1
Rini Antika
Aku mampir kak, smg berkenan mampir jg ke ceritaku..🙏
2022-08-05
1