BAB 5. LIBUR

Melihat wajah adiknya sembab dan matanya bengkak membuat Suga sedikit geram, merangkulnya sesaat.

"Jangan seperti ini Hana, Kakak yang akan menemui Nenek," ucap Suga setengah berbisik.

Kemudian menyusul Ibu ke luar kamar, tak lama terdengar suara motor melaju hingga hilang tak terdengar lagi. Setelah semua keluar dari kamar Hana memilih untuk menutupnya, tapi kini Hana tak menguncinya mengingat ancaman sang Kakak.

Sudah hampir tengah hari Hana baru membuka tirai kamar jendela, berdiri sejenak di depan jendela dan menatap ke luar halaman, kini tak ada suara anak-anak bermain, hanya lalu lalang mobil yang nampak lewat dengan suaranya yang keras dan menderu.

Cukup lama berdiri hingga kembali terdengar suara Ibu memanggil. Mendengar suara Ibu Hana tahu jika Ibu sudah ada di dalam kamar.

"Hana ... panggil Ibu pelan."

Hana menoleh sesaat.

"Jangan begini, makan lah barang sesuap Hana," ucap Ibu mengingatkan.

"Hana belum lapar Ibu! ucap Hana sembari duduk di sisi ranjang.

"Mau Ibu ... belum selesai Ibu bicara."

"Ah ... sudah Ibu, nanti pasti Hana makan," ucap Hana tak bersemangat.

Ibu melihat sesaat.

"Maafkan Bapak Nak, Ibu akan berusaha untuk membujuk Bapak agar mau berbicara dengan Nenek nanti."

Tanpa bicara lagi Ibu sudah, memelukku erat.

"Istirahatlah Hana," ucap Ibu sembari keluar dari kamar dan menutup lagi.

"Maafkan Hana Bu," ucap Hana sembari duduk di meja. Kemudian menarik nampan yang berisi nasi, lauk dan sayur. Menyuapnya sesendok demi sesendok hingga semua makanan itu habis. Tersimpul senyum di wajahnya.

Ternyata Hana juga lapar," ucap Hana sembari berbaring. Kini kantuk yang datang hingga beberapa kali menguap.

Mencoba menahan kantuk saat terdengar beberapa suara anak kecil ramai di halaman.

Nampak, beberapa dari mereka mulai bermain dan ada yang hanya duduk diam-diam saja.

Akhirnya benteng pertahanan kantuk Hana kalah juga, tanpa sadar Hana telah terlelap dengan wajah menghadap jendela. Hingga sore aku baru terbangun, tetapi ada tragedi baru dan sang pemicu masalah masih tetap Bapak.

Masih di atas kasur samar-samar terdengar suara cekcok beradu mulut antara Ibu dan Bapak. Hana masih terdiam.

"Kenapa Bapak jadi begini dan berubah?" ucap Hana pelan.

Berusaha menelaah setiap ucapan yang Hana dengar, hingga akhirnya Hana paham bahwa Bapak masih ingin melanjutkan perjodohan ini dan dua bulan mendatang Hana akan di perkenalkan dengan calon jodoh Hana.

Kini Hana semakin enggan untuk ke luar dari kamar dan mata Hana semakin bengkak karena kembali menangis. Hingga malam Hana masih duduk di depan jendela, memikirkan cara untuk menolak perjodohan ini.

Tetapi semua seakan menemui jalan buntu, kembali hati Hana risau, hanya satu pengharapan semoga Kak Suga bisa membujuk Nenek. Terbangun di tengah malam saat mendengar suara motor datang.

"Kakak! kenapa pulang selarut ini?" ucap Hana pelan.

Hana berdiri dan mengintip di balik tirai.

"Benar, Kakak," ucap Hana sembari menutup kembali tirai jendelanya.

Berdiri sejenak matut diri di kaca.

"Agh ... kenapa mata Hana semakin sembab," ucap Hana.

Melangkah menuju kamar mandi setelah itu mengambil mukena, melakukan shalat di pertiga malam dengan khusyuk dan mengadukan semua kepada Sang Maha Mencipta.

Masih dengan mukenannya saat ini Hana tengah duduk di meja kesayangan mengulir ponselnya yang dari kemarin belum tersentuh. Banyak notif pesan dari sesama Guru, hingga mata Hana tertuju pada pesan singkat dari nomor baru yang membuatnya bingung, membacanya sejenak dan itu membuat Hana tersenyum.

"Lolita," ucap Hana pelan.

Setelah shalat subuh, Hana kini sudah bersiap karena banyak tugas yang harus di selesaikan. Melihat Hana keluar membawa nampan kosong dan duduk di meja makan membuat Ibu tersenyum, kemudian meletakkan nampan kosong di wastafel.

"Sarapan Hana," ucap Ibu sembari melihat wajah Hana yang sembab.

Mendekat ke arah Hana.

"Maaf Nak ibu belum bisa membujuk Bapak," ucap Ibu pelan.

Karena melihat Bapak ke luar dari kamar.

Tanpa banyak bicara Bapak langsung duduk di depan Hana, menyesap kopi dan mengambil nasi dan lainnya. Menatap Hana sejenak.

"Apa yang membuatmu menangis Hana, Bapak akan berusaha membujuk Nenek."

Semalam Bapak telah berpikir dengan keras," ucap Bapak seakan memberi angin segar pada Hana.

Masih dengan takut Hana mengucapkan terima kasih, seakan tak percaya dengan apa yang di dengar Hana. Setelah menghabiskan sarapan Hana bergegas berangkat ke sekolah dengan senyum. Namun, belum juga kakinya sampai di teras.

"Hana," panggil Kak Suga.

"Libur dulu, lihat mata kamu masih sembab apa kata teman dan murid-murid kecil kamu itu."

Berhenti sejenak dan kembali masuk, berdiri di cermin tengah ruangan. "Benar kata Kak Suga," ucap Hana dalam hati.

Melangkah menuju kamar.

"Hana, nanti ikut Kakak," ujar sang Kakak. Tak menjawab Hana langsung menggeleng dan masuk begitu saja ke kamar.

" Lihat tingkah adik kamu," ucap Bapak.

"Apa yang salah dengan adik Pak, tak ada yang salah dengan sikap nya, Hana seperti itu juga sudah biasa," ucap Kak Suga kembali membela Hana. Sedetik setelah Kak Suga berbicara.

"Sudah!! teriak Ibu, jika Bapak terus memojokkan Hana. Apa Bapak tak kasihan membuat Hana bingung seperti itu," ucapan Ibu kini benar-benar membuat Bapak sedikit emosi.

"Bela saja anak gadismu itu Rima," ucap Bapak sembari keluar tak lama terdengar suara mobil yang keluar dari halaman.

Hana yang masih berdiri di balik pintu mendengarkan dengan sedih.

"Apa ada yang salah dengan sikap Hana selama ini? Kenapa Bapak seakan membenci aku," ucap Hana tertahan sembari menurunkan tubuhnya di lantai.

Duduk meringkuk, memilah setiap kata-kata yang ke luar dari bibir Bapak.

Cukup lama terdiam duduk meringkuk menatap nanar ke tirai yang tertutup. Seakan tak percaya dengan sikap Bapak beberapa hari ini.

Ponsel Hana sudah berdering berkali-kali, tetapi Hana masih saja duduk meringkuk di depan pintu. Hingga suara gaduh Kak Suga di depan pintu kamar. Berusaha mendorong dan menerobos masuk kamar.

"Hana", ucap sang Kakak sedikit keras.

"Kenapa kamu seperti ini, ayo berdiri," ucap Kak Suga sembari mengangkat tubuh Hana.

Kali ini hanya diam menatap dengan kosong.

Pertama kali mendapati anak gadisnya dan adiknya seperti ini membuat Suga dan Ibu langsung memeluk secara bersamaan.

"Sadar Hana," ucap Ibu pelan.

"Kenapa harus begini jadinya," ucap ibu lagi dan semua ucapan mereka seakan lewat begitu saja.

"Hana sadar Nak," ucap Ibu berulang kali.

"Aku baik-baik saja Bu," ucap Hana pelan dan itu membuat Ibu dan Kak Suga sedikit tersenyum sembari menatap Hana dalam.

"Istirahatlah dan jangan memikirkan apapun," ucap Ibu sembari mencium kening Hana.

"Kakak akan kembali menemui Nenek Hana dan akan berusaha, membujuk Nenek lebih keras lagi," ucap Kak Suga seakan memberi pengharapan.

Episodes
1 BAB 1. HANA
2 BAB 2. SEKOLAH
3 BAB 3. DEBAT
4 BAB 4. HARI INI
5 BAB 5. LIBUR
6 BAB 6. Amarah Bapak
7 Bab 7. Cerita Ibu
8 Bab 8. Pasrah dan menerima
9 BAB 9. Jangan tinggal Lolita
10 Bab 10. Kedatangan Nenek.
11 Bab 11. Kabar Buruk
12 Bab 12. Satu minggu sebelum hari H
13 Bab 13. Tiga hari menuju pernikahan.
14 Bab 14. Malam yang aneh
15 Bab 15. Terbangun
16 Bab 16. perjalanan pulang
17 Bab 17. Kembali ke rumah
18 Bab 18. Kedatangan Ziga
19 Bab 19. Hana yang aneh
20 Bab 20. Apa ini
21 Bab 21. Siapa Ziga
22 Bab 22. Guru
23 Bab 23. Kau akan tahu siapa ziga
24 Bab 24. Masih tentang ziga
25 Bab 25. Hana Cantik
26 Bab 26. Mencoba bunuh diri
27 Bab 27. Setelah kejadian malam itu
28 Bab 28. Penolakan Hana
29 Bab 29. Perlahan Berubah
30 Bab 30. Kemajuan pesat Hana
31 Bab 31. Perjalanan
32 Bab 32. Kenyataan
33 Bab 33. Cerita Bapak Tua
34 Bab 34. Satu Tahun Kemudian
35 Bab 35. Satu tahun berlalu.
36 Bsb 36. Keinginan Hana
37 Bab 37. Dilema
38 Bab 38. Usaha yang tak sia-sia
39 Bab 39. Berita bahagia untuk Hana
40 Bab 40. Bertemu dengan Lolita
41 Bab 41. Berikan saja pada yang lainnya
42 Bab 42. perjodohan yang tertunda
43 Bab 43. Buah dari kesabaran
44 Bab 44. Beri aku waktu
45 Bab 45. perbincangan Suga dan Hana
46 Bab 46. Keputusan Hana
47 Bab 47. Tak Percaya
48 Bab 48. Ini Jodoh tertunda Hana
49 Bab 49. Sah
50 Bab 50. Malam pertama.
51 Bab 51. Bangun kesiangan
52 Bab 52. Satu Tahun Pernikahan
53 Bab 53. Paket Misterius
54 Bab 54. Paket Berdarah.
55 Bab 55. Semakin Menjadi
56 Bab 56. Tekad Hana
57 Bab 57. Kenapa Hana
58 Bab 58. Tak baik-baik saja
59 Bab 59. Bukan suatu kebetulan
60 Bab 60. Debat
61 Bab 61. Kemarahan Andika
62 Bab 62. Cerita Andika
63 Bab 63. Pertemuan Andika dan Randy
64 Bab 64. Nggak Mungkin
65 Bab 65. Nggak Mungkin
66 Bab 66. Cerita Guru
67 Bab 67. Berubah
68 Bab 68. Maaf
69 Bab 69. Keluhan Lolita
70 Bab 70. Luluh Juga
71 Bab 71. Ternyata kau
72 Bab 72. Ke Dokter
73 Bab 73. Tak baik- baik saja
74 Bab 74. Hana dan Suga
75 Bab 75. Hana menghilang
76 Bab 76. Tentang Randy
77 Bab 77. Ini Dunia nyata Ziga
78 Bab 78. Ini semua aneh
79 Bab 79. Menanti
80 Bab 80. Kabar gembira dan menyedihkan
81 Bab 81. Bangkit
82 Bab 82. Mungkin ini yang terbaik
83 Bab 83. Pupus
84 Bab 84. Selamat jalan Hana
85 Bab 85. Merelakan
86 Bab 86. Diary Hana
87 Bab 87. Lembar kedua diary Hana
88 Bab 88. Lembar diary Hana
89 Bab 89. Lolita merajuk
90 Bab 90. Tentang Hati Hana
91 Bab 91. Tentang Hati Hana 2
92 Bab 92. Lolita
93 Bab 93. Adik Kecil
94 Bab 94. Kalut
95 Bab 95. Surat Hana
96 Bab 96. Lolita dan Keisya
97 Bab 97. Memberi pengertian untuk Keisya
98 Bab 98. Rindu Hana
99 Bab 99. Mencari tahu
100 Bab 100. Tak pernah bisa lari
101 Bab 101. percakapan Randy dan Andika
102 Bab 102. Ragu
103 Bab 103. Katakan sejujurnya Randy
104 Bab 104. Bogem mentah untuk Randy
105 Bab 105. Masih menunggu Randy
106 Bab 106. Lolita Tak Percaya
107 Bab 107. Berkenalan untuk kedua kalinya
108 Bab 108. Wajah yang familiar
109 Bab 109. Penasaran Hana
110 Bab 110. Tangis Hana tak percaya
111 Bab 111. Kesadaran Hana
112 Bab 112. Keputusan Andika
113 Bab 113. Jadi nikah juga
114 bab 114. Andika beraksi
115 Bab 115. Bulan madu
Episodes

Updated 115 Episodes

1
BAB 1. HANA
2
BAB 2. SEKOLAH
3
BAB 3. DEBAT
4
BAB 4. HARI INI
5
BAB 5. LIBUR
6
BAB 6. Amarah Bapak
7
Bab 7. Cerita Ibu
8
Bab 8. Pasrah dan menerima
9
BAB 9. Jangan tinggal Lolita
10
Bab 10. Kedatangan Nenek.
11
Bab 11. Kabar Buruk
12
Bab 12. Satu minggu sebelum hari H
13
Bab 13. Tiga hari menuju pernikahan.
14
Bab 14. Malam yang aneh
15
Bab 15. Terbangun
16
Bab 16. perjalanan pulang
17
Bab 17. Kembali ke rumah
18
Bab 18. Kedatangan Ziga
19
Bab 19. Hana yang aneh
20
Bab 20. Apa ini
21
Bab 21. Siapa Ziga
22
Bab 22. Guru
23
Bab 23. Kau akan tahu siapa ziga
24
Bab 24. Masih tentang ziga
25
Bab 25. Hana Cantik
26
Bab 26. Mencoba bunuh diri
27
Bab 27. Setelah kejadian malam itu
28
Bab 28. Penolakan Hana
29
Bab 29. Perlahan Berubah
30
Bab 30. Kemajuan pesat Hana
31
Bab 31. Perjalanan
32
Bab 32. Kenyataan
33
Bab 33. Cerita Bapak Tua
34
Bab 34. Satu Tahun Kemudian
35
Bab 35. Satu tahun berlalu.
36
Bsb 36. Keinginan Hana
37
Bab 37. Dilema
38
Bab 38. Usaha yang tak sia-sia
39
Bab 39. Berita bahagia untuk Hana
40
Bab 40. Bertemu dengan Lolita
41
Bab 41. Berikan saja pada yang lainnya
42
Bab 42. perjodohan yang tertunda
43
Bab 43. Buah dari kesabaran
44
Bab 44. Beri aku waktu
45
Bab 45. perbincangan Suga dan Hana
46
Bab 46. Keputusan Hana
47
Bab 47. Tak Percaya
48
Bab 48. Ini Jodoh tertunda Hana
49
Bab 49. Sah
50
Bab 50. Malam pertama.
51
Bab 51. Bangun kesiangan
52
Bab 52. Satu Tahun Pernikahan
53
Bab 53. Paket Misterius
54
Bab 54. Paket Berdarah.
55
Bab 55. Semakin Menjadi
56
Bab 56. Tekad Hana
57
Bab 57. Kenapa Hana
58
Bab 58. Tak baik-baik saja
59
Bab 59. Bukan suatu kebetulan
60
Bab 60. Debat
61
Bab 61. Kemarahan Andika
62
Bab 62. Cerita Andika
63
Bab 63. Pertemuan Andika dan Randy
64
Bab 64. Nggak Mungkin
65
Bab 65. Nggak Mungkin
66
Bab 66. Cerita Guru
67
Bab 67. Berubah
68
Bab 68. Maaf
69
Bab 69. Keluhan Lolita
70
Bab 70. Luluh Juga
71
Bab 71. Ternyata kau
72
Bab 72. Ke Dokter
73
Bab 73. Tak baik- baik saja
74
Bab 74. Hana dan Suga
75
Bab 75. Hana menghilang
76
Bab 76. Tentang Randy
77
Bab 77. Ini Dunia nyata Ziga
78
Bab 78. Ini semua aneh
79
Bab 79. Menanti
80
Bab 80. Kabar gembira dan menyedihkan
81
Bab 81. Bangkit
82
Bab 82. Mungkin ini yang terbaik
83
Bab 83. Pupus
84
Bab 84. Selamat jalan Hana
85
Bab 85. Merelakan
86
Bab 86. Diary Hana
87
Bab 87. Lembar kedua diary Hana
88
Bab 88. Lembar diary Hana
89
Bab 89. Lolita merajuk
90
Bab 90. Tentang Hati Hana
91
Bab 91. Tentang Hati Hana 2
92
Bab 92. Lolita
93
Bab 93. Adik Kecil
94
Bab 94. Kalut
95
Bab 95. Surat Hana
96
Bab 96. Lolita dan Keisya
97
Bab 97. Memberi pengertian untuk Keisya
98
Bab 98. Rindu Hana
99
Bab 99. Mencari tahu
100
Bab 100. Tak pernah bisa lari
101
Bab 101. percakapan Randy dan Andika
102
Bab 102. Ragu
103
Bab 103. Katakan sejujurnya Randy
104
Bab 104. Bogem mentah untuk Randy
105
Bab 105. Masih menunggu Randy
106
Bab 106. Lolita Tak Percaya
107
Bab 107. Berkenalan untuk kedua kalinya
108
Bab 108. Wajah yang familiar
109
Bab 109. Penasaran Hana
110
Bab 110. Tangis Hana tak percaya
111
Bab 111. Kesadaran Hana
112
Bab 112. Keputusan Andika
113
Bab 113. Jadi nikah juga
114
bab 114. Andika beraksi
115
Bab 115. Bulan madu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!