Melihat wajah adiknya sembab dan matanya bengkak membuat Suga sedikit geram, merangkulnya sesaat.
"Jangan seperti ini Hana, Kakak yang akan menemui Nenek," ucap Suga setengah berbisik.
Kemudian menyusul Ibu ke luar kamar, tak lama terdengar suara motor melaju hingga hilang tak terdengar lagi. Setelah semua keluar dari kamar Hana memilih untuk menutupnya, tapi kini Hana tak menguncinya mengingat ancaman sang Kakak.
Sudah hampir tengah hari Hana baru membuka tirai kamar jendela, berdiri sejenak di depan jendela dan menatap ke luar halaman, kini tak ada suara anak-anak bermain, hanya lalu lalang mobil yang nampak lewat dengan suaranya yang keras dan menderu.
Cukup lama berdiri hingga kembali terdengar suara Ibu memanggil. Mendengar suara Ibu Hana tahu jika Ibu sudah ada di dalam kamar.
"Hana ... panggil Ibu pelan."
Hana menoleh sesaat.
"Jangan begini, makan lah barang sesuap Hana," ucap Ibu mengingatkan.
"Hana belum lapar Ibu! ucap Hana sembari duduk di sisi ranjang.
"Mau Ibu ... belum selesai Ibu bicara."
"Ah ... sudah Ibu, nanti pasti Hana makan," ucap Hana tak bersemangat.
Ibu melihat sesaat.
"Maafkan Bapak Nak, Ibu akan berusaha untuk membujuk Bapak agar mau berbicara dengan Nenek nanti."
Tanpa bicara lagi Ibu sudah, memelukku erat.
"Istirahatlah Hana," ucap Ibu sembari keluar dari kamar dan menutup lagi.
"Maafkan Hana Bu," ucap Hana sembari duduk di meja. Kemudian menarik nampan yang berisi nasi, lauk dan sayur. Menyuapnya sesendok demi sesendok hingga semua makanan itu habis. Tersimpul senyum di wajahnya.
Ternyata Hana juga lapar," ucap Hana sembari berbaring. Kini kantuk yang datang hingga beberapa kali menguap.
Mencoba menahan kantuk saat terdengar beberapa suara anak kecil ramai di halaman.
Nampak, beberapa dari mereka mulai bermain dan ada yang hanya duduk diam-diam saja.
Akhirnya benteng pertahanan kantuk Hana kalah juga, tanpa sadar Hana telah terlelap dengan wajah menghadap jendela. Hingga sore aku baru terbangun, tetapi ada tragedi baru dan sang pemicu masalah masih tetap Bapak.
Masih di atas kasur samar-samar terdengar suara cekcok beradu mulut antara Ibu dan Bapak. Hana masih terdiam.
"Kenapa Bapak jadi begini dan berubah?" ucap Hana pelan.
Berusaha menelaah setiap ucapan yang Hana dengar, hingga akhirnya Hana paham bahwa Bapak masih ingin melanjutkan perjodohan ini dan dua bulan mendatang Hana akan di perkenalkan dengan calon jodoh Hana.
Kini Hana semakin enggan untuk ke luar dari kamar dan mata Hana semakin bengkak karena kembali menangis. Hingga malam Hana masih duduk di depan jendela, memikirkan cara untuk menolak perjodohan ini.
Tetapi semua seakan menemui jalan buntu, kembali hati Hana risau, hanya satu pengharapan semoga Kak Suga bisa membujuk Nenek. Terbangun di tengah malam saat mendengar suara motor datang.
"Kakak! kenapa pulang selarut ini?" ucap Hana pelan.
Hana berdiri dan mengintip di balik tirai.
"Benar, Kakak," ucap Hana sembari menutup kembali tirai jendelanya.
Berdiri sejenak matut diri di kaca.
"Agh ... kenapa mata Hana semakin sembab," ucap Hana.
Melangkah menuju kamar mandi setelah itu mengambil mukena, melakukan shalat di pertiga malam dengan khusyuk dan mengadukan semua kepada Sang Maha Mencipta.
Masih dengan mukenannya saat ini Hana tengah duduk di meja kesayangan mengulir ponselnya yang dari kemarin belum tersentuh. Banyak notif pesan dari sesama Guru, hingga mata Hana tertuju pada pesan singkat dari nomor baru yang membuatnya bingung, membacanya sejenak dan itu membuat Hana tersenyum.
"Lolita," ucap Hana pelan.
Setelah shalat subuh, Hana kini sudah bersiap karena banyak tugas yang harus di selesaikan. Melihat Hana keluar membawa nampan kosong dan duduk di meja makan membuat Ibu tersenyum, kemudian meletakkan nampan kosong di wastafel.
"Sarapan Hana," ucap Ibu sembari melihat wajah Hana yang sembab.
Mendekat ke arah Hana.
"Maaf Nak ibu belum bisa membujuk Bapak," ucap Ibu pelan.
Karena melihat Bapak ke luar dari kamar.
Tanpa banyak bicara Bapak langsung duduk di depan Hana, menyesap kopi dan mengambil nasi dan lainnya. Menatap Hana sejenak.
"Apa yang membuatmu menangis Hana, Bapak akan berusaha membujuk Nenek."
Semalam Bapak telah berpikir dengan keras," ucap Bapak seakan memberi angin segar pada Hana.
Masih dengan takut Hana mengucapkan terima kasih, seakan tak percaya dengan apa yang di dengar Hana. Setelah menghabiskan sarapan Hana bergegas berangkat ke sekolah dengan senyum. Namun, belum juga kakinya sampai di teras.
"Hana," panggil Kak Suga.
"Libur dulu, lihat mata kamu masih sembab apa kata teman dan murid-murid kecil kamu itu."
Berhenti sejenak dan kembali masuk, berdiri di cermin tengah ruangan. "Benar kata Kak Suga," ucap Hana dalam hati.
Melangkah menuju kamar.
"Hana, nanti ikut Kakak," ujar sang Kakak. Tak menjawab Hana langsung menggeleng dan masuk begitu saja ke kamar.
" Lihat tingkah adik kamu," ucap Bapak.
"Apa yang salah dengan adik Pak, tak ada yang salah dengan sikap nya, Hana seperti itu juga sudah biasa," ucap Kak Suga kembali membela Hana. Sedetik setelah Kak Suga berbicara.
"Sudah!! teriak Ibu, jika Bapak terus memojokkan Hana. Apa Bapak tak kasihan membuat Hana bingung seperti itu," ucapan Ibu kini benar-benar membuat Bapak sedikit emosi.
"Bela saja anak gadismu itu Rima," ucap Bapak sembari keluar tak lama terdengar suara mobil yang keluar dari halaman.
Hana yang masih berdiri di balik pintu mendengarkan dengan sedih.
"Apa ada yang salah dengan sikap Hana selama ini? Kenapa Bapak seakan membenci aku," ucap Hana tertahan sembari menurunkan tubuhnya di lantai.
Duduk meringkuk, memilah setiap kata-kata yang ke luar dari bibir Bapak.
Cukup lama terdiam duduk meringkuk menatap nanar ke tirai yang tertutup. Seakan tak percaya dengan sikap Bapak beberapa hari ini.
Ponsel Hana sudah berdering berkali-kali, tetapi Hana masih saja duduk meringkuk di depan pintu. Hingga suara gaduh Kak Suga di depan pintu kamar. Berusaha mendorong dan menerobos masuk kamar.
"Hana", ucap sang Kakak sedikit keras.
"Kenapa kamu seperti ini, ayo berdiri," ucap Kak Suga sembari mengangkat tubuh Hana.
Kali ini hanya diam menatap dengan kosong.
Pertama kali mendapati anak gadisnya dan adiknya seperti ini membuat Suga dan Ibu langsung memeluk secara bersamaan.
"Sadar Hana," ucap Ibu pelan.
"Kenapa harus begini jadinya," ucap ibu lagi dan semua ucapan mereka seakan lewat begitu saja.
"Hana sadar Nak," ucap Ibu berulang kali.
"Aku baik-baik saja Bu," ucap Hana pelan dan itu membuat Ibu dan Kak Suga sedikit tersenyum sembari menatap Hana dalam.
"Istirahatlah dan jangan memikirkan apapun," ucap Ibu sembari mencium kening Hana.
"Kakak akan kembali menemui Nenek Hana dan akan berusaha, membujuk Nenek lebih keras lagi," ucap Kak Suga seakan memberi pengharapan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments