BAB 3. DEBAT

Melihat rumah sepi, meskipun Hana dan Suga sudah mengucap salam, membuat ke duanya segera menuju ruang tengah. Tak nampak Ibu. Hana memilih langsung masuk dalam kamar, sementara Suga memilih menuju kamar Ibu.

"Bu ... panggil Suga sembari mengetuk pintu, tetapi tak ada jawaban dari dalam kamar dengan penasaran Suga mendorong sedikit pintu kamar, melongokkan sebentar ke dalam kamar.

"Kosong ... ucap Suga pelan."

Menutup kembali pintu kamar, kini menuju ruang makan, sesaat Suga melirik ke arah dapur.

"Sepi ... kemana ibu?" ucap Suga pelan.

Hingga tanganya menyentuh sepucuk kertas yang di tindih dengan gelas. Suga mengambil kertas itu dan membacanya.

"Hem ... kenapa nggak dari tadi aku duduk di sini," ucap Suga sembari meremas kertas itu. Kini memilih menuju ke kamar Hana. "Han, Hana ... tapi tak ada jawaban. Membuka pintunya tumben Hana sudah tertidur," ucap Suga lagi.

Suga memilih berjalan ke ruang tamu, mengunci pintu dan menuju ke kamarnya sendiri. Setelah mandi dan yang lainnya, akhirnya Suga memilih untuk tidur.

Hingga pagi menjelang, hingga suara Hana membangunkan Suga. "Kak, Hana berangkat," pamit Hana terlihat tergesa. Bukannya bangun, Suga malah memilih untuk tidur lagi.

Melihat sang Kakak tak kunjung ke luar dari kamar, akhirnya Hana berangkat dengan naik angkot, cukup lama menunggu angkot.

Namun Hana tetap semangat untuk berangkat, mungkin ini hal terindah untuk Hana, saat Hana mengajar.

"Pak, berhenti," ucap Hana pada Sopir.

Seperti pagi-pagi biasanya Hana melakukan kegiatan belajar mengajar, begitu juga dengan Lolita yang semakin manja dan tak mau lepas dari Hana dan itu membuat teman satu kelas meniru Lolita. Mereka ternyata juga iri saat melihat Lolita selalu menempel pada Hana.

Tak terasa jam pelajaran pun usai, anak-anak pun sudah pulang lebih awal karena persiapan untuk rapotan. Masih dengan kesibukan Hana saat beberapa guru masuk ke ruang kelas.

"Han ... jalan yuk," ajak beberapa Guru muda sepantaran.

Diam sejenak. "Hayo ... sebelum kita sibuk dengan rapotan." Hana langsung menghiyakan ajakan mereka.

"Sebentar, tunggu aku bereskan ini dulu," ucap Hana sembari memasukkan beberapa buku dalam tas nya.

Ini pertana kali Hana keluar dengan beberapa Guru di sekolah ini, setelah hampir setahun Hana bekerja. Jalan bersama mereka membuat Hana sedikit sadar, ada hal yang indah di luar rumah. Namun semua tak membuat Hana nyaman.

Berkali-kali Hana melihat jam tangan.

"Hampir sore," ucap Hana pelan.

Berhenti sejenak. "Maaf, saya pamit pulang duluan ya," ucap Hana pelan.

"Han ... ini kan masih sore," ucap mereka hampir bersamaan. Tak menjawab ucapan mereka, Hana hanya tersenyum.

"Maaf ya, saya duluan," kembali Hana berucap dan melangkah pergi.

Sudah pukul tiga sore, saat Hana ke luar dari Mall, memilih angkot yang sesuai dengan tujuan rumahnya.

"Kenapa aku tadi ikut mereka," ucap Hana menyesal. Hampir setengah jam perjalanan. Belum juga sampai di rumah, tiba-tiba angkot ini mogok.

"Ash ... lengkap sudah," kembali Hana berucap.

Badannya kini sudah letih, hampir satu jam, angkot ini masih mogok. Mengambil ponsel dan mengulirnya sejenak, tetapi kemudian Hana urungkan dan menyimpan kembali benda pipih itu.

Suasana angkot semakin panas, aroma parfum bercampur jadi satu membuat aroma tersendiri yang membuat kepala seketika pening, masih beruntung sore ini langit meredup. Masih di dalam angkot beberapa orang mulai mengomel dan menggerutu. Ada yang membuka kaca angkot dengan kasar dan masih banyak kelakuan yang tak nyaman saat ini.

Aku pun juga mulai menggerutu dalam hati. 'Kenapa aku enggan keluar, hal seperti ini yang tak aku suka,' ucap Hana dalam hati.

Genap satu jam setengah akhirnya angkot, mulai bisa menyala, banyak yang sudah berpindah angkot, tapi tidak dengan Hana, memilih tetap bertahan karena ini angkot yang bisa membawa Hana pulang.

Tiba di rumah selepas bagda magrib, melangkahkan kaki dengan malas, hingga hampir tiba di teras, langkah Hana terhenti sesaat, mendengar suara debat layaknya orang bertengkar. Memilih duduk di teras sembari mendengarkan apa yang mereka debatkan di dalam rumah, samar-samar Hana mendengar beberapa kali namanya di sebut dan itu membuat Hana sedikit heran.

Hingga suara Kak Suga kini yang paling dominan dan Hana dengar dengan jelas.

"Bapak ... ini bukannya zaman Siti Nurbaya Pak!! Ini zaman modern, bukan saatnya nikah muda dan di jodohkan, Hana sendiri masih berusia dua puluh tahun Bapak, biarkan Hana berkembang dan meraih mimpinya Bapak," ucap kak Suga terdengar jelas sekali.

"Bapak dan Ibu, pulang dari rumah Nenek jadi aneh, jangan ikut-ikutan kolot Bapak, kasihan Hana kini terdengar Kak Suga menendang kursi dan membuka pintu dengan kasar.

Hana masih terdiam dan tak percaya dengan apa yang Hana dengar hingga suara Kak Suga mengejutkan.

"Han ... sejak kapan kamu duduk di situ," ucap Kak Suga lirih. Aku hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Kak Suga.

Tanpa banyak bicara Hana langsung memeluk Kak Suga.

"Terima kasih kakak sudah membela Hana di depan Ibu dan Bapak, terima kasih," ucap Hana lagi. Kemudian melepas pelukannya dan melangkah masuk ke dalam.

"Assalammualaikum," ucap Hana dan itu membuat ke dua orang tuannya langsung menoleh.

"Tumben sampai malam Hana?" tanya Ibu sembari menatap.

"Maaf, Hana nggak minta ijin dulu, ini tadi di ajak teman-teman main dulu Bu," jawab Hana pelan.

"Oh ... nggak apa-apa, Ibu senang jika Hana sudah mau pergi dengan teman-teman Hana," ucap Ibu sembari tersenyum.

Mendengar percakapan Hana dengan Ibunya seketika Bapak berdehem tanda tak suka.

Dengan spontan Ibu langsung menyikut lengan Bapak.

"Sudah Hana lekas mandi dan istirahat," ucap Ibu sembari mendorong tubuh Hana masuk kamar.

Begitu masuk dalam kamar, Hana langsung melempar tas punggungnya begitu saja, tak langsung mandi dan mengerjakan shalat, kini Hana memilih membuka tirai jendelannya dan duduk di lantai, bersandar pada tepian ranjang. Menatap langit mendekat ke malam, hatinya sedikit risau dengan apa yang di dengarnya.

'Di jodohkan? timbul tanya di hatinya.'

"Akh ... kenapa Bapak seperti itu? ucap Hana pelan.

"Apa Hana salah jika seperti ini, menyukai tinggal di rumah dan senang berada di kamar ini. Kenapa Ibu dan Bapak menganggap Hana aneh."

Masih dengan termenung, kembali samar-samar terdengar percakapan Ibu dan Bapak. Masih membahas tentang Hana.

"Masa bodoh," ucap Hana sembari melangkah menuju kamar mandi membersihkan diri dan setelahnya mengerjakan shalat yang tertunda.

Setelah shalat, melipat sajadah dan mukena tak terdengar lagi percakapan ke dua orang tuaku, suasana terasa sepi. Melanjutkan apa yang terputus, menyelesaikan tugas sekolah yang sengaja Hana bawa pulang.

Hingga tengah malam, Hana baru menyelesaikan semuanya. Membereskan dan menata nya rapi di atas meja, tersenyum sejenak, akhirnya Hana memilih untuk tidur.

Belum juga Hana terlelap, kini terdengar suara motor yang kencang masuk halaman dan mematikannya.

"Hm ... pukul tiga pagi," ucap Hana pelan. Tak melanjutkan tidurnya kembali, kini memilih untuk berwudhu melakukan shalat malam, sembari menunggu shalat subuh.

Episodes
1 BAB 1. HANA
2 BAB 2. SEKOLAH
3 BAB 3. DEBAT
4 BAB 4. HARI INI
5 BAB 5. LIBUR
6 BAB 6. Amarah Bapak
7 Bab 7. Cerita Ibu
8 Bab 8. Pasrah dan menerima
9 BAB 9. Jangan tinggal Lolita
10 Bab 10. Kedatangan Nenek.
11 Bab 11. Kabar Buruk
12 Bab 12. Satu minggu sebelum hari H
13 Bab 13. Tiga hari menuju pernikahan.
14 Bab 14. Malam yang aneh
15 Bab 15. Terbangun
16 Bab 16. perjalanan pulang
17 Bab 17. Kembali ke rumah
18 Bab 18. Kedatangan Ziga
19 Bab 19. Hana yang aneh
20 Bab 20. Apa ini
21 Bab 21. Siapa Ziga
22 Bab 22. Guru
23 Bab 23. Kau akan tahu siapa ziga
24 Bab 24. Masih tentang ziga
25 Bab 25. Hana Cantik
26 Bab 26. Mencoba bunuh diri
27 Bab 27. Setelah kejadian malam itu
28 Bab 28. Penolakan Hana
29 Bab 29. Perlahan Berubah
30 Bab 30. Kemajuan pesat Hana
31 Bab 31. Perjalanan
32 Bab 32. Kenyataan
33 Bab 33. Cerita Bapak Tua
34 Bab 34. Satu Tahun Kemudian
35 Bab 35. Satu tahun berlalu.
36 Bsb 36. Keinginan Hana
37 Bab 37. Dilema
38 Bab 38. Usaha yang tak sia-sia
39 Bab 39. Berita bahagia untuk Hana
40 Bab 40. Bertemu dengan Lolita
41 Bab 41. Berikan saja pada yang lainnya
42 Bab 42. perjodohan yang tertunda
43 Bab 43. Buah dari kesabaran
44 Bab 44. Beri aku waktu
45 Bab 45. perbincangan Suga dan Hana
46 Bab 46. Keputusan Hana
47 Bab 47. Tak Percaya
48 Bab 48. Ini Jodoh tertunda Hana
49 Bab 49. Sah
50 Bab 50. Malam pertama.
51 Bab 51. Bangun kesiangan
52 Bab 52. Satu Tahun Pernikahan
53 Bab 53. Paket Misterius
54 Bab 54. Paket Berdarah.
55 Bab 55. Semakin Menjadi
56 Bab 56. Tekad Hana
57 Bab 57. Kenapa Hana
58 Bab 58. Tak baik-baik saja
59 Bab 59. Bukan suatu kebetulan
60 Bab 60. Debat
61 Bab 61. Kemarahan Andika
62 Bab 62. Cerita Andika
63 Bab 63. Pertemuan Andika dan Randy
64 Bab 64. Nggak Mungkin
65 Bab 65. Nggak Mungkin
66 Bab 66. Cerita Guru
67 Bab 67. Berubah
68 Bab 68. Maaf
69 Bab 69. Keluhan Lolita
70 Bab 70. Luluh Juga
71 Bab 71. Ternyata kau
72 Bab 72. Ke Dokter
73 Bab 73. Tak baik- baik saja
74 Bab 74. Hana dan Suga
75 Bab 75. Hana menghilang
76 Bab 76. Tentang Randy
77 Bab 77. Ini Dunia nyata Ziga
78 Bab 78. Ini semua aneh
79 Bab 79. Menanti
80 Bab 80. Kabar gembira dan menyedihkan
81 Bab 81. Bangkit
82 Bab 82. Mungkin ini yang terbaik
83 Bab 83. Pupus
84 Bab 84. Selamat jalan Hana
85 Bab 85. Merelakan
86 Bab 86. Diary Hana
87 Bab 87. Lembar kedua diary Hana
88 Bab 88. Lembar diary Hana
89 Bab 89. Lolita merajuk
90 Bab 90. Tentang Hati Hana
91 Bab 91. Tentang Hati Hana 2
92 Bab 92. Lolita
93 Bab 93. Adik Kecil
94 Bab 94. Kalut
95 Bab 95. Surat Hana
96 Bab 96. Lolita dan Keisya
97 Bab 97. Memberi pengertian untuk Keisya
98 Bab 98. Rindu Hana
99 Bab 99. Mencari tahu
100 Bab 100. Tak pernah bisa lari
101 Bab 101. percakapan Randy dan Andika
102 Bab 102. Ragu
103 Bab 103. Katakan sejujurnya Randy
104 Bab 104. Bogem mentah untuk Randy
105 Bab 105. Masih menunggu Randy
106 Bab 106. Lolita Tak Percaya
107 Bab 107. Berkenalan untuk kedua kalinya
108 Bab 108. Wajah yang familiar
109 Bab 109. Penasaran Hana
110 Bab 110. Tangis Hana tak percaya
111 Bab 111. Kesadaran Hana
112 Bab 112. Keputusan Andika
113 Bab 113. Jadi nikah juga
114 bab 114. Andika beraksi
115 Bab 115. Bulan madu
Episodes

Updated 115 Episodes

1
BAB 1. HANA
2
BAB 2. SEKOLAH
3
BAB 3. DEBAT
4
BAB 4. HARI INI
5
BAB 5. LIBUR
6
BAB 6. Amarah Bapak
7
Bab 7. Cerita Ibu
8
Bab 8. Pasrah dan menerima
9
BAB 9. Jangan tinggal Lolita
10
Bab 10. Kedatangan Nenek.
11
Bab 11. Kabar Buruk
12
Bab 12. Satu minggu sebelum hari H
13
Bab 13. Tiga hari menuju pernikahan.
14
Bab 14. Malam yang aneh
15
Bab 15. Terbangun
16
Bab 16. perjalanan pulang
17
Bab 17. Kembali ke rumah
18
Bab 18. Kedatangan Ziga
19
Bab 19. Hana yang aneh
20
Bab 20. Apa ini
21
Bab 21. Siapa Ziga
22
Bab 22. Guru
23
Bab 23. Kau akan tahu siapa ziga
24
Bab 24. Masih tentang ziga
25
Bab 25. Hana Cantik
26
Bab 26. Mencoba bunuh diri
27
Bab 27. Setelah kejadian malam itu
28
Bab 28. Penolakan Hana
29
Bab 29. Perlahan Berubah
30
Bab 30. Kemajuan pesat Hana
31
Bab 31. Perjalanan
32
Bab 32. Kenyataan
33
Bab 33. Cerita Bapak Tua
34
Bab 34. Satu Tahun Kemudian
35
Bab 35. Satu tahun berlalu.
36
Bsb 36. Keinginan Hana
37
Bab 37. Dilema
38
Bab 38. Usaha yang tak sia-sia
39
Bab 39. Berita bahagia untuk Hana
40
Bab 40. Bertemu dengan Lolita
41
Bab 41. Berikan saja pada yang lainnya
42
Bab 42. perjodohan yang tertunda
43
Bab 43. Buah dari kesabaran
44
Bab 44. Beri aku waktu
45
Bab 45. perbincangan Suga dan Hana
46
Bab 46. Keputusan Hana
47
Bab 47. Tak Percaya
48
Bab 48. Ini Jodoh tertunda Hana
49
Bab 49. Sah
50
Bab 50. Malam pertama.
51
Bab 51. Bangun kesiangan
52
Bab 52. Satu Tahun Pernikahan
53
Bab 53. Paket Misterius
54
Bab 54. Paket Berdarah.
55
Bab 55. Semakin Menjadi
56
Bab 56. Tekad Hana
57
Bab 57. Kenapa Hana
58
Bab 58. Tak baik-baik saja
59
Bab 59. Bukan suatu kebetulan
60
Bab 60. Debat
61
Bab 61. Kemarahan Andika
62
Bab 62. Cerita Andika
63
Bab 63. Pertemuan Andika dan Randy
64
Bab 64. Nggak Mungkin
65
Bab 65. Nggak Mungkin
66
Bab 66. Cerita Guru
67
Bab 67. Berubah
68
Bab 68. Maaf
69
Bab 69. Keluhan Lolita
70
Bab 70. Luluh Juga
71
Bab 71. Ternyata kau
72
Bab 72. Ke Dokter
73
Bab 73. Tak baik- baik saja
74
Bab 74. Hana dan Suga
75
Bab 75. Hana menghilang
76
Bab 76. Tentang Randy
77
Bab 77. Ini Dunia nyata Ziga
78
Bab 78. Ini semua aneh
79
Bab 79. Menanti
80
Bab 80. Kabar gembira dan menyedihkan
81
Bab 81. Bangkit
82
Bab 82. Mungkin ini yang terbaik
83
Bab 83. Pupus
84
Bab 84. Selamat jalan Hana
85
Bab 85. Merelakan
86
Bab 86. Diary Hana
87
Bab 87. Lembar kedua diary Hana
88
Bab 88. Lembar diary Hana
89
Bab 89. Lolita merajuk
90
Bab 90. Tentang Hati Hana
91
Bab 91. Tentang Hati Hana 2
92
Bab 92. Lolita
93
Bab 93. Adik Kecil
94
Bab 94. Kalut
95
Bab 95. Surat Hana
96
Bab 96. Lolita dan Keisya
97
Bab 97. Memberi pengertian untuk Keisya
98
Bab 98. Rindu Hana
99
Bab 99. Mencari tahu
100
Bab 100. Tak pernah bisa lari
101
Bab 101. percakapan Randy dan Andika
102
Bab 102. Ragu
103
Bab 103. Katakan sejujurnya Randy
104
Bab 104. Bogem mentah untuk Randy
105
Bab 105. Masih menunggu Randy
106
Bab 106. Lolita Tak Percaya
107
Bab 107. Berkenalan untuk kedua kalinya
108
Bab 108. Wajah yang familiar
109
Bab 109. Penasaran Hana
110
Bab 110. Tangis Hana tak percaya
111
Bab 111. Kesadaran Hana
112
Bab 112. Keputusan Andika
113
Bab 113. Jadi nikah juga
114
bab 114. Andika beraksi
115
Bab 115. Bulan madu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!