BAB 4. HARI INI

Setelah perdebatan semalam pagi ini, suasana rumah tampak sedikit aneh, berkumpul di meja makan tanpa ada saling bertegur, Hana juga memilih untuk diam, memilih sibuk dengan makannya, hingga suapan terakhir membuat Hana sedikit tersedak. "Suga, Hana tolong nanti pulang lebih awal Bapak ingin membicarakan sesuatu dengan kalian," ucap Bapak setelah itu Bapak berdiri meninggalkan meja makan begitu saja.

Hana yang masih terkejut dengan ucapan Bapak sedikit merengutkan keningnya, kemudian menoleh ke Ibu dan ke Kakaknya

dan masih dengan tatapan tanya Hana.

"Ayo, Kakak antar," ucap Suga sembari berdiri.

"Sebentar, Hana cuci dulu piringnya Kak."

"Sudah, untuk sekali ini biar," kembali Suga berucap.

Hana langsung berjalan menuju kamar, mengambil tas dan yang lainnya, setelah berpamitan tanpa banyak bicara Ibu menghantar Hana hingga teras, sembari menatap dua anaknya dengan gelisah.

Tak seperti biasanya Kak Suga melajukan motornya sedikit kencang, hingga suara berdecit kencang, mengejutkan Hana.

"Kakak ... ucap Hana sembari menepuk bahunya. Pelan, di depan banyak anak-anak."

Kini Hana memilih turun dan membuka helm, belum juga kaki Hana sampai di gerbang.

"Bu Guru ... teriak mereka seperti biasanya."

"Pagi, anak-anak, hayo kita masuk ke dalam," ucap Hana pelan.

"Sabar, sebentar," kembali Hana berucap.

"Kak Hana berangkat," ucap Hana sembari meraih tangan Kak Suga.

"Hati-hati jangan ngebut," ucapnya lagi.

Sembari melangkah masuk dan sudah melakukan kegiatan-kegiatan di pagi ini dan semua itu tak luput dari pandangan sang Kakak. Nampak senyum dari sang Kakak dan kembali melajukan motornya.

Tak terasa hari ini berjalan serasa begitu cepat, mengingat pesan Bapak, Hana hanya menghembuskan napas panjang. Masih pukul dua siang dengan malas Hana membereskan semua berkas miliknya. Menata rapi di meja. Sengaja tak membawa pulang ke rumah.

Setelah berpamitan pada beberapa Guru yang lainnya Hana segera pulang, bergegas berjalan menuju halte, hingga beberapa menit angkot yang di nanti-nanti akhirnya datang juga. Ada terbersit rasa enggan untuk pulang ke rumah saat mendapati tingkah aneh Bapak.

Menghembuskan napas, kemudian melangkah masuk ke halaman. Hampir ashar saat Hana sampai di rumah, melihat Ibu tengah sibuk menyiram bunga kaktus mini di teras. "Assalammualaikum," salam Hana dan itu membuat sang Ibu langsung berbalik.

Tersenyum saat melihat siapa yang datang. "Sudah pulang Nak," ucap Ibu sembari mengusap tangan basahnya ke apron.

"Hana mengambil tangan Ibu untuk salim dan duduk di kursi teras. "Bapak belum pulang Bu?" tanya Hana pelan.

Mendengar pertanyaan Hana, Ibu langsung menghentikan menyiram, meletakkan gayung yang di pegangnya kemudian duduk di kursi sebelah Hana.

"Maafkan ucapan Bapak kemarin Hana, dan untuk nanti, dengarkan dulu Bapak kamu bicara," ucap Ibu memberitahu.

Hana hanya menghela napas dalam-dalam dan menghembuskan dengan kasar. Tak menjawab ucapan Ibu, kini Hana hanya menatap ke arah halaman.

"Han, apapun yang nanti Bapakmu ucapkan tolong jangan menyela dulu," ucap Ibu sambil menatap ke arah halaman juga.

"Sebenarnya Ibu juga kurang setuju dengan rencana Bapakmu Hana, tetapi kau tahu sendiri bagaimana watak keras Bapakmu itu."

Kemudian Ibu terdiam saat melihat mobil Bapak masuk halaman dan tak lama Kak Suga menyusul di belakangnya.

Melihat Bapak datang Hana dan Ibu bergegas masuk rumah, Hana memilih melangkah ke kamar, sementara Ibu ke dapur. Hana langsung merebahkan diri di kasur, menyetel TV yang jarang Hana lihat. Menyalakan asal saja, tanpa memilih chanel yang pasti.

Tanpa Hana sadari, Hana tertidur hingga hampir magrib. Terbangun saat terdengar suara ketukan di pintu dan beradu dengan suara dari TV yang samar-samar Hana dengar. Mematikan TV yang sedari tadi menyala.

"Hana ... panggil Ibu sembari membuka pintu."

"Selepas shalat magrib di tunggu Bapak, ingat itu," ucap Ibu memberi tahu.

Segera Hana menjalankan ibadah wajib yang hampir tertinggal. Setelah shalat Hana bergegas menuju ruang tengah, terlihat Kak Suga dan Ibu sudah duduk di depan Bapak. Melihat Hana keluar, terlihat wajah kaku Bapak tanpa senyum.

Hana memilih duduk dekat Kak Suga. Bapak langsung melihat dengan aneh. Hingga beberapa menit kemudian.

"Menyambung percakapan yang kemarin," ucap Bapak dengan suaranya yang besar.

"Suga, Bapak tak ingin kau menyela seperti kemarin," ucap Bapak lagi.

Menatap kami satu persatu.

"Bapak di sini hanya sebagai penyambung lidah Nenek Hana, saat ini Nenek sudah sering sakit-sakitan dan hanya satu keinginannya melihatmu menikah dan Bapak rasa usiamu juga sudah cukup matang," ucap Bapak tanpa jeda.

"Han, saat ini Nenek sudah menemukan jodoh yang tepat untukmu," ucap Bapak sembari menghela napasnya dalam dan berat. "Sebenarnya Bapak sudah menolak, perjodohan ini dan itu menyebabkan Nenek mu kembali masuk rumah sakit," kembali Bapak bercerita.

"Han, tolong terima perjodohan ini, jangan buat Nenek mu kembali sakit," ucap Bapak pasrah.

"Pikirkan baik-baik," ucap Bapak sembari berdiri.

"Pak ... teriak Hana dan itu membuat Kak Suga dan Ibu langsung menoleh, sementara Bapak masih diam berdiri."

"Kenapa Bapak Jahat, Bapak langsung menyetujui perjodohan ini, aku menolak dan tidak mau Pak," ucap Hana kini sudah menangis.

"Hana masih ingin mengajar Pak, Hana menyukai anak-anak. Hana sangat, sangat menolak perjodohan ini Pak, Hana menolak," ucap Hana di sela-sela tangisnya.

Tanpa menghiraukan tatapan Bapaknya Hana langsung berlari masuk kamar, membanting pintu dan menguncinya. Tangisnya pun makin menjadi, serasa tak memiliki harapan untuk esok, ketakutan akan dunia kecilnya menghilang dan senyum wajah-wajah kecil yang selalu menghiburnya. Masih terus menangis hingga kini hanya terdengar isakan- isakan kecil yang menyesakkan hatinya.

Akhirnya Hana terlelap dengan sendirinya tanpa Hana sadari, hingga pagi menjelang, saat sinar matahari dengan nakal menerobos tirai jendela kamarnya. Sedikit mengerjapkan mata, seakan mata Hana menebal dan pedih.

Kemudian bangun dan langsung menuju cermin melihat sejenak matanya.

"Bengkak," ucapnya pelan. Berjalan dengam lesu dan duduk di ranjang, sesaat melirik jam di nakas, tak berkata apa-apa Hana langsung kembali merebahkan diri di kasur, menatap langit-langit kamar dengan nanar, mengingat percakapan semalam, membuat air mata Hana kembali keluar, menangis dalam diam.

Hanya rasa sesak di hatinya saja yang semakin penuh, setelah puas menangis Hana langsung menuju kamar mandi.

"Sudah siang dan tak mungkin aku datang ke sekolah dengan wajah sembab ini.

Memilih untuk tak keluar kamar, Hana tak membuka tirai jendela atau menyalakan TV, berkutat di mejanya sesaat dan kemudian kembali menghabiskan waktu di atas kasur.

Berkali-kali pintu di ketuk, tetapi sedikit pun Hana tak punya keinginan untuk membuka, hingga suara Kak Suga memanggil dengan sedikit mengancam membuat Hana tergerak hati untuk membuka pintu.

Terlihat raut wajah lega dari Kak Suga dan Ibu saat melihat aku membuka pintu.

Ibu langsung membawa makanan dalam nampan dan menaruh di kamar, karena berkali-kali aku menolak untuk makan di meja makan, Ibu merangkul sesaat.

"Jangan seperti ini, lihat wajah Hana, cantiknya jadi hilang, kasihan anak didikmu jika melihat wajah Gurunya bengkak seperti ini," mendengar ucapan Ibu hati Hana sedikit menghangat.

"Makanlah, Hana. Semua pasti ada jalan keluarnya, Nak," ucap Ibu sembari ke luar kamar. Kak Suga kemudian merangkul dengan erat.

"Jangan kunci pintunya, Kakak akan betul-betul mendobraknya nanti," ucap Kak Suga mengingatkan.

Episodes
1 BAB 1. HANA
2 BAB 2. SEKOLAH
3 BAB 3. DEBAT
4 BAB 4. HARI INI
5 BAB 5. LIBUR
6 BAB 6. Amarah Bapak
7 Bab 7. Cerita Ibu
8 Bab 8. Pasrah dan menerima
9 BAB 9. Jangan tinggal Lolita
10 Bab 10. Kedatangan Nenek.
11 Bab 11. Kabar Buruk
12 Bab 12. Satu minggu sebelum hari H
13 Bab 13. Tiga hari menuju pernikahan.
14 Bab 14. Malam yang aneh
15 Bab 15. Terbangun
16 Bab 16. perjalanan pulang
17 Bab 17. Kembali ke rumah
18 Bab 18. Kedatangan Ziga
19 Bab 19. Hana yang aneh
20 Bab 20. Apa ini
21 Bab 21. Siapa Ziga
22 Bab 22. Guru
23 Bab 23. Kau akan tahu siapa ziga
24 Bab 24. Masih tentang ziga
25 Bab 25. Hana Cantik
26 Bab 26. Mencoba bunuh diri
27 Bab 27. Setelah kejadian malam itu
28 Bab 28. Penolakan Hana
29 Bab 29. Perlahan Berubah
30 Bab 30. Kemajuan pesat Hana
31 Bab 31. Perjalanan
32 Bab 32. Kenyataan
33 Bab 33. Cerita Bapak Tua
34 Bab 34. Satu Tahun Kemudian
35 Bab 35. Satu tahun berlalu.
36 Bsb 36. Keinginan Hana
37 Bab 37. Dilema
38 Bab 38. Usaha yang tak sia-sia
39 Bab 39. Berita bahagia untuk Hana
40 Bab 40. Bertemu dengan Lolita
41 Bab 41. Berikan saja pada yang lainnya
42 Bab 42. perjodohan yang tertunda
43 Bab 43. Buah dari kesabaran
44 Bab 44. Beri aku waktu
45 Bab 45. perbincangan Suga dan Hana
46 Bab 46. Keputusan Hana
47 Bab 47. Tak Percaya
48 Bab 48. Ini Jodoh tertunda Hana
49 Bab 49. Sah
50 Bab 50. Malam pertama.
51 Bab 51. Bangun kesiangan
52 Bab 52. Satu Tahun Pernikahan
53 Bab 53. Paket Misterius
54 Bab 54. Paket Berdarah.
55 Bab 55. Semakin Menjadi
56 Bab 56. Tekad Hana
57 Bab 57. Kenapa Hana
58 Bab 58. Tak baik-baik saja
59 Bab 59. Bukan suatu kebetulan
60 Bab 60. Debat
61 Bab 61. Kemarahan Andika
62 Bab 62. Cerita Andika
63 Bab 63. Pertemuan Andika dan Randy
64 Bab 64. Nggak Mungkin
65 Bab 65. Nggak Mungkin
66 Bab 66. Cerita Guru
67 Bab 67. Berubah
68 Bab 68. Maaf
69 Bab 69. Keluhan Lolita
70 Bab 70. Luluh Juga
71 Bab 71. Ternyata kau
72 Bab 72. Ke Dokter
73 Bab 73. Tak baik- baik saja
74 Bab 74. Hana dan Suga
75 Bab 75. Hana menghilang
76 Bab 76. Tentang Randy
77 Bab 77. Ini Dunia nyata Ziga
78 Bab 78. Ini semua aneh
79 Bab 79. Menanti
80 Bab 80. Kabar gembira dan menyedihkan
81 Bab 81. Bangkit
82 Bab 82. Mungkin ini yang terbaik
83 Bab 83. Pupus
84 Bab 84. Selamat jalan Hana
85 Bab 85. Merelakan
86 Bab 86. Diary Hana
87 Bab 87. Lembar kedua diary Hana
88 Bab 88. Lembar diary Hana
89 Bab 89. Lolita merajuk
90 Bab 90. Tentang Hati Hana
91 Bab 91. Tentang Hati Hana 2
92 Bab 92. Lolita
93 Bab 93. Adik Kecil
94 Bab 94. Kalut
95 Bab 95. Surat Hana
96 Bab 96. Lolita dan Keisya
97 Bab 97. Memberi pengertian untuk Keisya
98 Bab 98. Rindu Hana
99 Bab 99. Mencari tahu
100 Bab 100. Tak pernah bisa lari
101 Bab 101. percakapan Randy dan Andika
102 Bab 102. Ragu
103 Bab 103. Katakan sejujurnya Randy
104 Bab 104. Bogem mentah untuk Randy
105 Bab 105. Masih menunggu Randy
106 Bab 106. Lolita Tak Percaya
107 Bab 107. Berkenalan untuk kedua kalinya
108 Bab 108. Wajah yang familiar
109 Bab 109. Penasaran Hana
110 Bab 110. Tangis Hana tak percaya
111 Bab 111. Kesadaran Hana
112 Bab 112. Keputusan Andika
113 Bab 113. Jadi nikah juga
114 bab 114. Andika beraksi
115 Bab 115. Bulan madu
Episodes

Updated 115 Episodes

1
BAB 1. HANA
2
BAB 2. SEKOLAH
3
BAB 3. DEBAT
4
BAB 4. HARI INI
5
BAB 5. LIBUR
6
BAB 6. Amarah Bapak
7
Bab 7. Cerita Ibu
8
Bab 8. Pasrah dan menerima
9
BAB 9. Jangan tinggal Lolita
10
Bab 10. Kedatangan Nenek.
11
Bab 11. Kabar Buruk
12
Bab 12. Satu minggu sebelum hari H
13
Bab 13. Tiga hari menuju pernikahan.
14
Bab 14. Malam yang aneh
15
Bab 15. Terbangun
16
Bab 16. perjalanan pulang
17
Bab 17. Kembali ke rumah
18
Bab 18. Kedatangan Ziga
19
Bab 19. Hana yang aneh
20
Bab 20. Apa ini
21
Bab 21. Siapa Ziga
22
Bab 22. Guru
23
Bab 23. Kau akan tahu siapa ziga
24
Bab 24. Masih tentang ziga
25
Bab 25. Hana Cantik
26
Bab 26. Mencoba bunuh diri
27
Bab 27. Setelah kejadian malam itu
28
Bab 28. Penolakan Hana
29
Bab 29. Perlahan Berubah
30
Bab 30. Kemajuan pesat Hana
31
Bab 31. Perjalanan
32
Bab 32. Kenyataan
33
Bab 33. Cerita Bapak Tua
34
Bab 34. Satu Tahun Kemudian
35
Bab 35. Satu tahun berlalu.
36
Bsb 36. Keinginan Hana
37
Bab 37. Dilema
38
Bab 38. Usaha yang tak sia-sia
39
Bab 39. Berita bahagia untuk Hana
40
Bab 40. Bertemu dengan Lolita
41
Bab 41. Berikan saja pada yang lainnya
42
Bab 42. perjodohan yang tertunda
43
Bab 43. Buah dari kesabaran
44
Bab 44. Beri aku waktu
45
Bab 45. perbincangan Suga dan Hana
46
Bab 46. Keputusan Hana
47
Bab 47. Tak Percaya
48
Bab 48. Ini Jodoh tertunda Hana
49
Bab 49. Sah
50
Bab 50. Malam pertama.
51
Bab 51. Bangun kesiangan
52
Bab 52. Satu Tahun Pernikahan
53
Bab 53. Paket Misterius
54
Bab 54. Paket Berdarah.
55
Bab 55. Semakin Menjadi
56
Bab 56. Tekad Hana
57
Bab 57. Kenapa Hana
58
Bab 58. Tak baik-baik saja
59
Bab 59. Bukan suatu kebetulan
60
Bab 60. Debat
61
Bab 61. Kemarahan Andika
62
Bab 62. Cerita Andika
63
Bab 63. Pertemuan Andika dan Randy
64
Bab 64. Nggak Mungkin
65
Bab 65. Nggak Mungkin
66
Bab 66. Cerita Guru
67
Bab 67. Berubah
68
Bab 68. Maaf
69
Bab 69. Keluhan Lolita
70
Bab 70. Luluh Juga
71
Bab 71. Ternyata kau
72
Bab 72. Ke Dokter
73
Bab 73. Tak baik- baik saja
74
Bab 74. Hana dan Suga
75
Bab 75. Hana menghilang
76
Bab 76. Tentang Randy
77
Bab 77. Ini Dunia nyata Ziga
78
Bab 78. Ini semua aneh
79
Bab 79. Menanti
80
Bab 80. Kabar gembira dan menyedihkan
81
Bab 81. Bangkit
82
Bab 82. Mungkin ini yang terbaik
83
Bab 83. Pupus
84
Bab 84. Selamat jalan Hana
85
Bab 85. Merelakan
86
Bab 86. Diary Hana
87
Bab 87. Lembar kedua diary Hana
88
Bab 88. Lembar diary Hana
89
Bab 89. Lolita merajuk
90
Bab 90. Tentang Hati Hana
91
Bab 91. Tentang Hati Hana 2
92
Bab 92. Lolita
93
Bab 93. Adik Kecil
94
Bab 94. Kalut
95
Bab 95. Surat Hana
96
Bab 96. Lolita dan Keisya
97
Bab 97. Memberi pengertian untuk Keisya
98
Bab 98. Rindu Hana
99
Bab 99. Mencari tahu
100
Bab 100. Tak pernah bisa lari
101
Bab 101. percakapan Randy dan Andika
102
Bab 102. Ragu
103
Bab 103. Katakan sejujurnya Randy
104
Bab 104. Bogem mentah untuk Randy
105
Bab 105. Masih menunggu Randy
106
Bab 106. Lolita Tak Percaya
107
Bab 107. Berkenalan untuk kedua kalinya
108
Bab 108. Wajah yang familiar
109
Bab 109. Penasaran Hana
110
Bab 110. Tangis Hana tak percaya
111
Bab 111. Kesadaran Hana
112
Bab 112. Keputusan Andika
113
Bab 113. Jadi nikah juga
114
bab 114. Andika beraksi
115
Bab 115. Bulan madu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!