Sudah menjadi kebiasaan bagi Hana, setelah shalat subuh Hana langsung bersiap. Seperti memiliki semangat baru saat bertemu dengan peri-peri kecil yang mampu membuat Hana tertawa dan tersenyum dengan bebas tanpa beban.
Setelah beberes dan menyiapkan semuannya
masih setengah jam lagi untuk berangkat. Hana memilih duduk di meja makan dan sarapan.
"Tumben sudah bersiap," sapaan sang Kakak sembari mengusik kepala Hana.
"Ih ... Kakak, lihat rambutku jadi kusut lagi," ucap Hana sembari cemberut.
Menghabiskan makannya dengan segera dan buru-buru berjalan kembali ke arah kamar, mematut diri kembali di depan cermin. Tak butuh waktu lama bagi Hana untuk menyisir rambutnya kembali, sembari melihat jam.
"Pas," ucapnya sembari tersenyum.
Mengambil tas dan satu tas lagi untuk acara nanti, berjalan sedikit ke belakang.
"Bu ... panggilnya tergesa."
Namun, Ibunya tak terlihat di belakang, kini beralih ke kamar sang Ibu. "Bu, Hana berangkat," pamit Hana tanpa membuka pintu saat berpamitan.
Berjalan bergegas menuju teras, nampak sang Kakak sedang mengontrol motornya.
Melihat Hana keluar. "Ayo, Kakak antar pasti sudah terlambat," ucap sang Kakak sembari tersenyum.
Melihat kembali jam tangannya, kini dengan diam Hana menurut.
"Buruan Kak," ucap Hana sembari naik di belakang motor sang Kakak.
Hanya butuh waktu sepuluh menit untuk sampai di Sekolah dengan di bantu sang Kakak untuk melepas helm yang di pakainya sejenak.
"Terima kasih Kak," ucap Hana sembari melangkah ke gerbang Sekolah. Belum sampai lima langkah berjalan.
"Bu guru .... teriak anak-anak berhambur berlari mendekat,
kemudian berlomba untuk meraih tangan Bu Guru.
Terlihat semangat di wajah-wajah kecil mereka, terlihat senyum lucu dan unik.
Seketika senyum Hana terkembang.
"Hayo ... jangan berebut, baris yang rapi baru beri sapaan salam terhangat kalian," ucap Hana lagi.
Tanpa di minta untuk kedua kalinya, mereka langsung berbaris rapi, dengan senyum mereka seakan tak sabar, ingin segera memulai. Senyum Hana langsung merekah.
"Baik, karena anak-anak sudah pintar dan bersikap baik, untuk itu Ibu memberi anak-anak jempol dua," ucap Hana sembari menatap satu persatu wajah.
"Aini, ayo ... beri salam terhangat nya," tutur Hana lagi. Merasa namanya di sebut Aini langsung maju dengan tersenyum.
"Pagi Bu Guru, hari ini Aini mau peluk saja," ucapnya sembari merangkul.
"Terima kasih Aini," jawab Hana pelan.
"Zahin, mau salam hangat?" tanya Hana karena terlihat Zahin sedang lesu.
"Pasti Bu Guru," ucapnya. Kini sudah mendekat.
"Zahin mau tos saja," ucapnya sembari tersenyum.
Satu persatu mereka sudah melakukan salam hangat di pagi hari, terlihat Lolita masih berdiri dan tak mau maju ke depan.
"Lolita, sayang tidak ingin mengucap salam hangat?" tanya Hana sembari mendekat, Hana kemudian mensejajarkan tubuh dengan Lolita.
Melihat Hana datang mendekat dengan senyum, Lolita langsung memeluk dan mencium seluruh wajah Hana.
"Ini senyum hangat Lolita, Lolita sayang Bu Guru," ucap Lolita sembari tersenyum.
"Ayo ... sebentar lagi bel berbunyi," ajak Hana pada Lolita. Benar baru saja Hana berdiri terdengar bel berbunyi. Tanpa di komando anak-anak sudah berbaris rapi, sesuai kelasnya masing-masing. Nampak di kelas B masih melakukan persiapan karena acara wisuda akan di laksanakan pukul sepuluh nanti.
Setelah anak-anak berbaris dan mulai masuk, kelas kini di mulai seperti aktifitas seperti biasanya, suara ramai anak-anak yang masih ingin di perhatikan satu persatu. Hana masih tersenyum menatap mereka hingga di menit ke sepuluh.
"Selamat pagi, anak-anak," sapa Hana pada mereka.
"Hayo siapa yang mau belajar untuk memimpin doa," tawar Hana pada mereka.
Mendengar ucapan Hana seketika mereka terdiam, mendengarkan Hana berbicara.
"Oke ... jika semua tidak ada yang bersedia, bisa kita mulai belajarnya?" tanya Hana penuh semangat.
"Oke ... sebelumnya kita berdoa dulu," kembali terdengar suara Hana menggema di ruangan kelas yang tiba-tiba sepi. Tak butuh waktu lama untuk mengajak mereka berdoa, kegiatan belajar pun segera di mulai, bernyanyi, bermain dan yang lainnya. Hingga pukul sepuluh pagi akhirnya berakhir juga kegiatan belajar mengajarnya, semua langsung berkumpul di aula sekolah.
Aku sedikit terkejut saat Lolita bergelayut manja.
"Eh ... cantik, kenapa nggak ikut gabung dengan yang lainnya?" tanya Hana pelan.
Hanya gelengan kepala yang Hana lihat.
"Ya, sudah. Lolita ikut duduk sama Bu Guru, mau? tawar Hana pada Lolita. Kembali Lolita mengangguk tanda setuju.
Lolita masih duduk dengan tenang di samping Hana hingga acara wisuda kelas B usai. Masih saja memegang tangan Hana dengan manja.
Tak berapa lama, terlihat ayah Lolita menjemput, terlihat saat keluar dari mobil.
"Lolita, itu ayah Lolita sudah datang, cepat hampiri," ujar Hana sembari memakaikan tas punggungnya. Masih saja enggan untuk melepas tangannya."
"Bu, Guru. Boleh Lolita cium Bu guru?" tanya Lolita pelan. Tanpa di minta dua kali Hana langsung membungkukkan tubuhnya.
"Cup, cup di cium pipi kanan dan kiri Hana."
Setelahnya Lolita pun langsung beranjak pergi menghampiri ayahnya.
Hana hanya tersenyum melihat tingkah muridnya ini, sembari menggelengkan kepala Hana melangkah masuk, guna membantu guru-guru yang lain beberes. Sampai toelan sesama Guru mengejutkannya.
"Tuh ... anaknya saja sudah lengket, bentar pasti ayahnya juga ikut lengket," ledek yang lainnya.
"Jangan asal ngomong dan ngaco," ucap Hana sembari tangannya mengerjakan ini dan itu dan selanjutnya memilih untuk diam.
Tak terasa waktu sudah hampir sore.
"Sudah pukul lima sore," ucap Hana sembari memasukkan barang terakhir yang di pegangnya.
Kemudian membereskan barang bawaanya. "Saya pamit duluan, selamat sore," ucapnya sembari melangkah keluar.
Sampai di pintu gerbang Hana berhenti sesaat melihat ke kanan dan ke kiri, kemudian memindai ke seluruh area pintu gerbang. Wajahnya nampak sedikit kecewa karena yang di carinya tak nampak berdecak dengan kesal.
"Cek, kenapa tadi berjanji untuk jemput," ucap Hana pelan.
Melangkahkan kaki, menuju halte. Sedikit lama menunggu hingga ada satu angkot yang mau membawa Hana juga. Duduk dengan pandangan kosong.
"Mbak mau turun di mana?" tanya sopir angkot. "Di jalan xx Pak," jawab Hana pelan.
Sedikit heran sopir angkot menatapku.
"Mbak, mbaknya sudah kelewat," ucap sopir angkot lagi. Seketika aku menoleh ke luar jendela.
"Nggak apa-apa Pak," ucap Hana sembari menyerahkan uang pada sopir angkot.
Turun dari angkot.
"Huuff ... terlewat tiga gang," ucap Hana pelan sembari berjalan menyusuri trotoar jalan.
Sudah hampir Isya saat Hana tiba di depan rumahnya.
"Masih harus menyeberang juga," kembali Hana berucap. Sedikit tersenyum saat menatap rumahnya, menunggu beberapa menit hingga jalanan benar-benar sepi.
Sedikit berlari untuk menyeberang, hingga tiba di depan halaman rumahnya.
"Ah ... kenapa ibu dan bapak punya halaman rumah yang luas begini," ucap Hana sembari membuka pagar. Cahaya yang sedikit redup karena lampu hanya di fokuskan pada teras rumah. Terlihat sepi, kembali Hana melihat jam tangannya.
"Masih pukul tujuh tiga puluh," ucap Hana pelan.
Kakinya melangkah juga, melewati halaman, belum juga naik di teras, terdengar suara motor masuk halaman.
"Pasti kak Suga," ucap Hana sembari naik ke teras. Hingga hampir depan pintu saat Ka Suga berdiri di belakang tubuh Hana.
"Han ... panggil Kak Suga."
"Pasti kakak pacaran sampai lupa menjemput Hana," ucap Hana lagi. Merasa jadi tersangka Kak Suga hanya tersenyum sembari menggaruk kepala.
"Biar Hana adukan pada Ibu," ucap Hana sembari membuka pintu.
Masuk dalam rumah, nampak rumah sepi.
"Assalammualaiku," ucap Hana sedikit keras.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
MARI SALING LIKE DAN BERBAGI
kerennn
2022-11-01
2