Alexavier Archie
"sangat senang berbisnis dengan anda tuan Ibra, tak salah orang berkata diluaran sana bahwa seorang Ibrahim Ankawijaya adalah jenius bisnis" sapa seorang yang baru saja melangsungkan pertemuan dengan Ibra.
"ah anda berlebihan tuan Andreas, saya masihlah banyak belajar mengembangkan bisnis tinggalan ini" Ibra selalu merendah terhadap rekan bisnisnya yang lebih tua, murah senyum.
Setelah beberapa basa basi Ibra keluar dari ruang pertemuan di ikuti Raka asisten pribadi juga orang kepercayaan Ibrahim.
Raka Juwandi adalah teman Ibra sewaktu sekolah, dia mengenal betul silsilah juga sifat asli Raka. Raka yang juga ditinggal kedua orang tuanya kemudian hidup dipanti asuhan jelas memiliki garis nasib yang mirip dengan Ibra, jadilah mereka berteman sangat dekat, hingga Ibra menjadikannya orang kepercayaannya.
"Raka apakah setelah makan siang masih ada jadwal pertemuan?" tanya Ibra yang berjalan beriringan dengan Raka.
"sore pak Ibra, jam 2 nanti kita harus sudah berangkat menuju lokasi baru bertemu dengan pengembang" jawab Raka yang tak kalah tampan dari Ibra.
Sampai didepan ruangan Ibra, Raka membuka kan pintu untuk bosnya.
ceklek
Ibra melangkah masuk begitu juga Raka. Ibra melepas jasnya dan duduk di kursi kebesarannya.
"yang benar saja I, tuan Andreas tak bisa seenaknya menetapkan harga tanah diatas rata-rata begitu saja" keluh Raka yang memang merubah gaya biacaranya saat berdua saja dengan Ibra atau bahkan diluar kantor.
"kita lihat jejak tuan Andreas, dari cara biacaranya dia memang suka bermain kotor" jawab Ibra pendek.
"minta Jody memanggil Louis kemari" imbuh Ibra.
Raka menuju meja depan ruangan Ibra dimana sekertarisnya berada.
"Jody," sapa Raka mendekat.
"iya pak Raka, apakah tuan Ibra butuh sesuatu?" jawabnya sigap dengan membenarkan pakainya.
"ah tidak, tolong panggilkan Louis saja" jawab Raka kemudian dan minggalkan meja Jody setelah mendapat anggukan.
"dasar hanya perintah tak berguna yang diberikan padaku, tidakah dia lihat aku siap melakukan apapun untuknya, bukan hanya urusan sepele macam ini" gumam Jody.
Jody adalah sekertaris Ibra sejak 2tahun lalu, dia bagitu jatuh hati pada atasannya, sama dengan parawanita yang melihat Ibra. Pesona Ibra memang sangat mampu menggaet banyak wanita yang berebut mendapatkan hatinya, atau bahkan sekedar mendapat belanjaan gratis darinya. Jody malah dengan nekatnya sering menggoda Ibra saat dia sendirian diruangannya.
tok tok tok
"masuk" perintah Ibra pada orang dibalik pintu.
Jody terlihat masuk mendekati Ibra yang duduk dimejanya bahkan mengabaikan Raka yang duduk di sofa.
"Tuan, pak Louis akan segera menuju kemari" dengan sedikit membungkuk mencoba memperlihatkan belahan dada yang cukup menonjol.
"kamu tidak perlu menyampaikannya Louis tidak mungkin mengabaikan panggilan dari tuan Ibra" ketus Raka yang kesal dengan sifat murahan Jody.
"kembalilah bekerja Jody" ujar Ibra yang melihat muka kesal Jody.
"baik tuan saya kembali" Jody lagi-lagi menundukkan tubuhnya berharap Ibra akan tergoga padanya.
Jody melangkah keluar ruangan Ibra.
"dasar murahan, beraninya dia selalu menggodamu, kenapa engga lu pecat aja sih" Raka kembali kesal mengingat berapa banyak Jody merayu Ibra dengan murahan seperti itu.
"kerjanya bagus, anggap saja apa yang disajikannya sekedar merefresh mata" Ibra terkekeh.
"jangan bilang lu mulai tergoda" sahut Raka kemudian.
"Ibrahim Ankawijaya tidak menaruh wanita murahan dikategorinya" Ibrahim beranjak dari kursi kebesarannya dan duduk disebelah Raka.
Sebelum tubuhnya sempurna mendarat disofa empuk itu Louis masuk keruangan Ibra.
"apa tugasku kali ini?" sapa Louis mendekat kearah Raka dan Ibrahim.
Louis adalah seorang cyber yang dikerjakan oleh Ibra. Menebusnya dari penjara karena cyber crime. Dengan bayaran tinggi Louis mau menjadi bagian dari Ibra menjadi benteng tak kasat mata dari ancaman peretasan data, juga menyelidiki berbagai urusan yang diminta oleh Ibra.
"beri informasi apapun mengenai tuan Andreas seorang makelar tanah yang sedang bekerjasama dengan kita" jawab Ibra setelah Louis duduk tepat dihadapannya.
"sepele gue kira bakal ada kasus besar yang akan dibongkar" ucap Louis kemudian.
"siapa tau memang akan ada teka-teki disana Louis" imbuh Raka.
"ya paling-paling hanya seorang tua yang menekan orang kecil membeli tanah dengan murah dan menjualnya dengan harga tinggi, suka main wanita dan lain sebagainya" louis memang selalu apa adanya to the point tak pernah bertele-tele.
"sudahlah, siapapun dia cari dan usut jejaknya, besok kau harus sudah harus memberitahuku hasilnya" ucap Ibra memotong perdebatan yang sering Raka juga Louis lakukan.
Mereka bertiga juga berteman dekat, namun memang Louis dan Raka suka berdebat masalah ini itu. Namun sebenarnya mereka memiliki satu tujuan yang sama yaitu selalu mendukung Ibra yang memang telah berjasa pada hidup mereka.
Beberapa saat mereka membicarakan urusan perusahaan, Louis selain bertugas dibagian cyber dia juga sebagai kepala programer dikantor Ibra. Semua berkas dan laporan dengan mudah dia akses, ini akan sulit memunculkan penyelewengan dana misalkan.
"gue udah lapar banget nih Oma Riri tumben belum juga datang? ini hampir jam makan siang" ucap Raka yang sangat senang mendapat makan siang dari oma Ibra.
"dasar makanan aja lu pikirin" seru Louis mengambil minuman kaleng didepannya.
"kalian kembalilah keruangan masing-masing, akan kuberitahu jika oma membawakan makan siang untuk kalian" ujar Ibra memberi perintah pada dua teman sekaligus anakbuahnya.
Tanpa menolak Louis juga Raka keluar ruangan Ibra berjalan menuju ruangan mereka masing-masing.
Menunggu lift terbuka Raka juga Louis sesekali mengobrol ringan.
tring
Pintu lift yang mereka tunggu sudah terbuka dan seorang wanita dengan dres hitam diatas lutut, bahkan hanya sepaha terlihat didalam sana.
"hai Louis hai Raka" sapa wanita berambut pirang itu pada mereka berdua.
"ehm hai Sarah" sapa Louis juga Raka berbarengan.
"apa kalian baru bertemu Ibra? apa dia sedang sibuk?" sambung Sarah.
"iya dia diruanganya, mungkin pekerjaan ringan sebelum makan siang" jawab Raka.
"bagus, aku duluan" sahut Sarah meninggalkan dua pria yang akan memasuki lift tersebut.
Tanpa menyapa Jody, Sarah melenggang masuk begitu saja keruangan Ibra.
"dasar nenek lampir! kau datang untuk menggoda tuan Ibra pasti!" kesal Jody melihat saingannya.
ceklek
"hai sayang" ucap Sarah begitu memenuhi ruangan Ibra, tentu berharap Jody mendengarnya.
"Sarah berapa kali aku katakan temui Jody sebelum menemuiku, atau paling tidak ketuklah pintu terlebih dulu" Ibra cuek saja tak melihat Sarah yang sudah duduk dihadapannya.
"ayolah sayang jangan terlalu kaku, atau kau butuh aku untuk melenturkan otor-otot kekarmu?" kini Sarah menuju belakang Ibra mencoba menyentuh tubuhnya.
"Hentikan Sarah aku sedang bekerja, jika tak ada yang perlu tolong tinggalkan ruangan ini" Ibra terus fokus pada laptop dihadapannya.
"jangan menolakku Ibra, apa aku yang sangat sempurna ini memiliki kekurangan untukmu?" Sarah dengan nekat menaikan sedikit dres yang sudah separuh paha itu.
"cukup! sekali lagi wanita Ibrahim Ankawijaya bukan wanita murahan sepertimu!" Ibrahim membentak Sarah, berdiri dan meninggalkan ruanganya begitu saja.
"Jody! lain kali jangan biarkan sembarang orang masuk ruanganku!" Ibra sangat kesal dengan sikap wanita-wanita yang dengan mudahnya melempar tubuhnya untuk dinikmati Ibra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments