NovelToon NovelToon

Alexavier Archie

Ibrahim Ankawijaya

"sangat senang berbisnis dengan anda tuan Ibra, tak salah orang berkata diluaran sana bahwa seorang Ibrahim Ankawijaya adalah jenius bisnis" sapa seorang yang baru saja melangsungkan pertemuan dengan Ibra.

"ah anda berlebihan tuan Andreas, saya masihlah banyak belajar mengembangkan bisnis tinggalan ini" Ibra selalu merendah terhadap rekan bisnisnya yang lebih tua, murah senyum.

Setelah beberapa basa basi Ibra keluar dari ruang pertemuan di ikuti Raka asisten pribadi juga orang kepercayaan Ibrahim.

Raka Juwandi adalah teman Ibra sewaktu sekolah, dia mengenal betul silsilah juga sifat asli Raka. Raka yang juga ditinggal kedua orang tuanya kemudian hidup dipanti asuhan jelas memiliki garis nasib yang mirip dengan Ibra, jadilah mereka berteman sangat dekat, hingga Ibra menjadikannya orang kepercayaannya.

"Raka apakah setelah makan siang masih ada jadwal pertemuan?" tanya Ibra yang berjalan beriringan dengan Raka.

"sore pak Ibra, jam 2 nanti kita harus sudah berangkat menuju lokasi baru bertemu dengan pengembang" jawab Raka yang tak kalah tampan dari Ibra.

Sampai didepan ruangan Ibra, Raka membuka kan pintu untuk bosnya.

ceklek

Ibra melangkah masuk begitu juga Raka. Ibra melepas jasnya dan duduk di kursi kebesarannya.

"yang benar saja I, tuan Andreas tak bisa seenaknya menetapkan harga tanah diatas rata-rata begitu saja" keluh Raka yang memang merubah gaya biacaranya saat berdua saja dengan Ibra atau bahkan diluar kantor.

"kita lihat jejak tuan Andreas, dari cara biacaranya dia memang suka bermain kotor" jawab Ibra pendek.

"minta Jody memanggil Louis kemari" imbuh Ibra.

Raka menuju meja depan ruangan Ibra dimana sekertarisnya berada.

"Jody," sapa Raka mendekat.

"iya pak Raka, apakah tuan Ibra butuh sesuatu?" jawabnya sigap dengan membenarkan pakainya.

"ah tidak, tolong panggilkan Louis saja" jawab Raka kemudian dan minggalkan meja Jody setelah mendapat anggukan.

"dasar hanya perintah tak berguna yang diberikan padaku, tidakah dia lihat aku siap melakukan apapun untuknya, bukan hanya urusan sepele macam ini" gumam Jody.

Jody adalah sekertaris Ibra sejak 2tahun lalu, dia bagitu jatuh hati pada atasannya, sama dengan parawanita yang melihat Ibra. Pesona Ibra memang sangat mampu menggaet banyak wanita yang berebut mendapatkan hatinya, atau bahkan sekedar mendapat belanjaan gratis darinya. Jody malah dengan nekatnya sering menggoda Ibra saat dia sendirian diruangannya.

tok tok tok

"masuk" perintah Ibra pada orang dibalik pintu.

Jody terlihat masuk mendekati Ibra yang duduk dimejanya bahkan mengabaikan Raka yang duduk di sofa.

"Tuan, pak Louis akan segera menuju kemari" dengan sedikit membungkuk mencoba memperlihatkan belahan dada yang cukup menonjol.

"kamu tidak perlu menyampaikannya Louis tidak mungkin mengabaikan panggilan dari tuan Ibra" ketus Raka yang kesal dengan sifat murahan Jody.

"kembalilah bekerja Jody" ujar Ibra yang melihat muka kesal Jody.

"baik tuan saya kembali" Jody lagi-lagi menundukkan tubuhnya berharap Ibra akan tergoga padanya.

Jody melangkah keluar ruangan Ibra.

"dasar murahan, beraninya dia selalu menggodamu, kenapa engga lu pecat aja sih" Raka kembali kesal mengingat berapa banyak Jody merayu Ibra dengan murahan seperti itu.

"kerjanya bagus, anggap saja apa yang disajikannya sekedar merefresh mata" Ibra terkekeh.

"jangan bilang lu mulai tergoda" sahut Raka kemudian.

"Ibrahim Ankawijaya tidak menaruh wanita murahan dikategorinya" Ibrahim beranjak dari kursi kebesarannya dan duduk disebelah Raka.

Sebelum tubuhnya sempurna mendarat disofa empuk itu Louis masuk keruangan Ibra.

"apa tugasku kali ini?" sapa Louis mendekat kearah Raka dan Ibrahim.

Louis adalah seorang cyber yang dikerjakan oleh Ibra. Menebusnya dari penjara karena cyber crime. Dengan bayaran tinggi Louis mau menjadi bagian dari Ibra menjadi benteng tak kasat mata dari ancaman peretasan data, juga menyelidiki berbagai urusan yang diminta oleh Ibra.

"beri informasi apapun mengenai tuan Andreas seorang makelar tanah yang sedang bekerjasama dengan kita" jawab Ibra setelah Louis duduk tepat dihadapannya.

"sepele gue kira bakal ada kasus besar yang akan dibongkar" ucap Louis kemudian.

"siapa tau memang akan ada teka-teki disana Louis" imbuh Raka.

"ya paling-paling hanya seorang tua yang menekan orang kecil membeli tanah dengan murah dan menjualnya dengan harga tinggi, suka main wanita dan lain sebagainya" louis memang selalu apa adanya to the point tak pernah bertele-tele.

"sudahlah, siapapun dia cari dan usut jejaknya, besok kau harus sudah harus memberitahuku hasilnya" ucap Ibra memotong perdebatan yang sering Raka juga Louis lakukan.

Mereka bertiga juga berteman dekat, namun memang Louis dan Raka suka berdebat masalah ini itu. Namun sebenarnya mereka memiliki satu tujuan yang sama yaitu selalu mendukung Ibra yang memang telah berjasa pada hidup mereka.

Beberapa saat mereka membicarakan urusan perusahaan, Louis selain bertugas dibagian cyber dia juga sebagai kepala programer dikantor Ibra. Semua berkas dan laporan dengan mudah dia akses, ini akan sulit memunculkan penyelewengan dana misalkan.

"gue udah lapar banget nih Oma Riri tumben belum juga datang? ini hampir jam makan siang" ucap Raka yang sangat senang mendapat makan siang dari oma Ibra.

"dasar makanan aja lu pikirin" seru Louis mengambil minuman kaleng didepannya.

"kalian kembalilah keruangan masing-masing, akan kuberitahu jika oma membawakan makan siang untuk kalian" ujar Ibra memberi perintah pada dua teman sekaligus anakbuahnya.

Tanpa menolak Louis juga Raka keluar ruangan Ibra berjalan menuju ruangan mereka masing-masing.

Menunggu lift terbuka Raka juga Louis sesekali mengobrol ringan.

tring

Pintu lift yang mereka tunggu sudah terbuka dan seorang wanita dengan dres hitam diatas lutut, bahkan hanya sepaha terlihat didalam sana.

"hai Louis hai Raka" sapa wanita berambut pirang itu pada mereka berdua.

"ehm hai Sarah" sapa Louis juga Raka berbarengan.

"apa kalian baru bertemu Ibra? apa dia sedang sibuk?" sambung Sarah.

"iya dia diruanganya, mungkin pekerjaan ringan sebelum makan siang" jawab Raka.

"bagus, aku duluan" sahut Sarah meninggalkan dua pria yang akan memasuki lift tersebut.

Tanpa menyapa Jody, Sarah melenggang masuk begitu saja keruangan Ibra.

"dasar nenek lampir! kau datang untuk menggoda tuan Ibra pasti!" kesal Jody melihat saingannya.

ceklek

"hai sayang" ucap Sarah begitu memenuhi ruangan Ibra, tentu berharap Jody mendengarnya.

"Sarah berapa kali aku katakan temui Jody sebelum menemuiku, atau paling tidak ketuklah pintu terlebih dulu" Ibra cuek saja tak melihat Sarah yang sudah duduk dihadapannya.

"ayolah sayang jangan terlalu kaku, atau kau butuh aku untuk melenturkan otor-otot kekarmu?" kini Sarah menuju belakang Ibra mencoba menyentuh tubuhnya.

"Hentikan Sarah aku sedang bekerja, jika tak ada yang perlu tolong tinggalkan ruangan ini" Ibra terus fokus pada laptop dihadapannya.

"jangan menolakku Ibra, apa aku yang sangat sempurna ini memiliki kekurangan untukmu?" Sarah dengan nekat menaikan sedikit dres yang sudah separuh paha itu.

"cukup! sekali lagi wanita Ibrahim Ankawijaya bukan wanita murahan sepertimu!" Ibrahim membentak Sarah, berdiri dan meninggalkan ruanganya begitu saja.

"Jody! lain kali jangan biarkan sembarang orang masuk ruanganku!" Ibra sangat kesal dengan sikap wanita-wanita yang dengan mudahnya melempar tubuhnya untuk dinikmati Ibra.

Brownies coklat kesukaan Oma

Jam 11 siang selalulah Nyonya Riyanti Ankawijaya mengunjungi toko roti yang berada satu lokasi dengan gedung kantor milik keluarga Ankawijaya. Tak bosan dia selalu memilih menikmati kue kue lezat toko kue Matahari untuk jadi dessert makan siangnya juga cucu cucu kesayangannya.

tring

Bunyi bel dibalik pintu kaca toko kue Matahari lengganan Oma Riri terdengar memenuhi toko kue yang tak terlalu besar itu.

"selamat siang Oma Riri" sapa seorang pelayan di toko kue.

"ah iya siang Sella" ucapnya ramah membalas sapaan gadis dengan celemek merah muda.

"Oma mau cari kue apa hari ini?" tawar Sella melayani pelanggan setia di toko itu.

"ehm nampaknya semua sudah oma cicipi, oma mau bertemu Belen saja" ucap Oma Riri dengan senyum khas orangtua yang mengembang dimukanya yang mulai keriput.

"baik, Oma tunggulah dulu" tak lama kemudian Sella menuju pintu dibelakang meja kasir.

Seorang gadis dengan celana jeans kulot putih, mengenakan kemeja kotak-kotak biru melangkah mendekati Oma Riri.

"selamat siang Oma" sapanya riang, meraih tangan Oma Riri dan menciumnya.

"hai sayang, tolong bantu oma kali ini, oma bingung mau kue apa" kekeh Oma Riri menggandeng Belen.

"Oma sudah mencicipi semua kue yang ada disini, tapi sepertinya brownies coklat ini tak akan membuat lidah Oma bosan" Belen mengambil sepotong brownies yang didisplay.

"tepat sekali Belen, brownie coklat ini memang kesukaan oma, lembut dan manis sepertimu" ucap Oma Riri sambil mencubit pipi Belen.

Ya begitulah Oma Riri memperlalukan Belen, seperti cucunya sendiri. Sangat menyeyangi Belen dengan sifat-sifat polosnya. Apalagi perlakuan Belen terhadap Divya cicitnya satu-satunya.

"Omaaaa!" teriakan Divya memenuhi toko roti Belen yang tak begitu luas itu.

"hai sayang, kamu mau apa hari ini?" ucap Oma Riri yang sudah merengkuh tubuh kecil Divya yang dibalut seragam sekolah TK.

"Divya yang manis mau puding coklat?" tanya Belen dengan tangan menyubit gemas pipi bocah 5th yang bulat itu.

"tante Belen!" kini Divya beralih kepelukan Belen dan dengan senang berada digendongan gadis dengan rambut hitam sepunggung itu.

Oma Riri selalu senang melihat kedekatan Divya dengan Belen. Divya ditinggal kedua orang tuanya saat usianya 2tahun, penyerangan mengerikan dimalam itu masih teringat jelas dibenak Nyonya Riyanti. Anak laki-laki serta menantunya menaruhkan nyawa demi menyelamatkannya dan juga Divya.

Setelah beberapa kue dikemas dalam paperbag ukuran tanggung Belen kembali merengkuh tubuh Divya.

"habiskan makan siangmu kemudian baru pudingnya oke anak manis? Besok tante akan buatkan puding yang lebih enak lagi" ucap Belen merayu gadis kecil yang sedang susah makan itu.

"kau dengar sayang? tante Belen tidak akan membuatkan Divya puding jika makananmu tak habis" sambung Oma Riri menggandeng Divya.

Setelah satu dua kata Oma Riri juga Divya menuju pintu keluar toko kue Matahari.

Saat pintu hendak dibuka ia berpapasan dengan seorang lelaki dengan pakaian kemeja rapi, ya dia salah satu orang bawahan Ibra, lelali itu pun menunduk menyapa.

Oma Riri menghentikan langkahnya didepan pintu kaca, mengetahui bahwa orang tersebut bertugas menagih uang pembayaran.

"selamat siang pak Johan" sapa Belen kemudian.

"siang, bagaimana sisanya nona Belen ini sudah tempo yang ditentukan, jika ini kau telat lagi kau harus mencari kontrakan toko lainnya!" tanpa basa basi Johan mengancam Belen.

"ah iya pak Johan, saya sangat paham, bolehkah saya membayar separo terlebih dahulu untuk kontrak setahun kedepan?" tanya Belen sopan.

"Mana ada seperti itu, jika tak cukup carilah pertokoan yang murah diluar sana, apa yang harus kulaporkan pada bosku bila begini" ucap Johan dengan nada tinggi.

"saya mohon pak Johan memberi waktu satu minggu lagi" pinta Belen.

"Lebih baik kau mulai berkemas!" Johan berjalan menuju pintu keluar namun terhadang seorang disana.

"ah Nyonya Riyanti, anda belum pergi?" sapanya halus mengenali seorang yang berada diambang pintu keluar.

"apa yang terjadi?" tanya Oma Riri pada Johan.

"penyewa toko ini telat memperpanjang kontrak nyonya, sudah 2minggu keterlambatannya, tuan Ibra bisa marah karna ini" jelas Johan menunduk.

"jangan pernah ganggu gadis ini!" seru Oma Riri pada Johan.

"ta tapi Nyonya dia.."

"aku yang akan urus, masalah Ibra itu gampang saja" ucap Oma Riri memotong perkataan Johan.

Belen yang mendengar soal itu ternganga, bagaimana Oma Riri bisa membuat Johan takut. Apa hubungannya Oma Riri dengan pertokoan yang dia tempati.

Dengan ragu Belen menghampiri Oma Riri yang telah ditinggal Johan.

"Oma Riri, maaf anda harus mendengar permasalahan disini" ucap Belen dengan menunduk.

"katakan padaku jika kau punya masalah, tenanglah pria tadi tidak akan mendatangimu lagi, bayarlah sesuai kemampuanmu" Oma Riri menepuk pelan pundak Belen.

"Ma maksud Oma apa? Belen kurang paham" Belen masih ternganga mendengar perkataan wanita paruhbayah itu.

"bukan masalah Belen, pertokoan ini milik cucu oma, oma akan bilang padanya untuk memberimu kelonggaran waktu" lagi-lagi Oma Riri memberi senyum hangat.

Belen yang tak tau harus berkata apa ia hanya mampu memeluk tubuh Oma Riri. Berterimakasih hanya itu yang bisa dia lakukan.

"tak usah berlebihan Belen, suatu saat oma pasti akan ganti minta bantuan padamu" ucap wanita yang rambutnya mulai memutih itu pada Belen.

"apapun oma, apapun" Belen melepas pelukannya dan tersenyum.

"oma tak mau jauh-jauh dari brownies coklat kesukaan oma" imbuh Oma Riri sebelum masuk kemobilnya.

Belen tak tau selama ini pelanggannya adalah pemilik toko yang ia tempati bahkan area ruko tersebut. Dari tampilan juga mobil mewahnya memanglah Oma Riri terlihat dari keluarga kayaraya, namun tak mengira adalah pemilih tempat ia berdiri sekarang.

...

Tepat jam 12 Oma Riri memasuki lantai tempat ruangan Ibrahim berada. Dengan menggandeng Divya ditangan kanannya dan paperbag berisi kue-kue ditangan kiri. Dan dibelakangnya berjalan seorang security membawakan dua rantang makan siang.

Jody yang melihat Nyonya besar mengarah kearahnya dengan sigap membenarkan pakaiannya, berdiri dan memberi sapaan.

"Jody apakah Adam sudah didalam?" tanya Oma Riri dengan suara berwibawa.

"sudah Nyonya, 5menit lalu" jawab Jody cepat.

Tak lama menjawab Jody membukakan pintu ruangan Ibrahim untuk Nyonya Riyanti, Divya juga security yang membawakan rantang makanan.

"Dady!" seru Divya berlari kearah Ibra.

"hai anak manis" Ibra langsung menggendong gadis kecil dengan rambut di ikat dua.

"Oma tumben lama sih" keluh Raka membuka susunan rantang.

"gue yang cucunya aja engga seberharap lu!" seru Adam melihat Raka yang sangat bersemangat.

Adam adalah adik sepupu Ibra, nasib mereka tak jauh berbeda, namun sikap Adam lebih lembut terutama pada wanita.

Ibra memangku tubuh Divya disofa single, memperhatian bocah kecil itu dengam kasih sayang.

"Dady Yaya punya puding coklat" ucap gadis TK itu.

"oya? setelah makan siang Divya baru boleh makan pudingnya ya" jawab Ibra sambil mencubit pipi bulat Divya.

"om Adam dikasih ya Divya?" goda Adam yang tak tahan dengan kegemasan keponakannya itu.

"engga boleh pudingnya satu punya Yaya aja!" bocah itu cemberut lucu.

Alexavier Archie

Setiap akhir pekan Ibra juga Adam selalu pulang awal, sebenarnya bagi mereka tak ada yang namanya weekend. Diakhir pekan profesi merekapun berubah, bukan dengan setelan jas rapi namun hanya mengenaka celana jeans yang berpadu dengan kemeja biasa atau bahkan kaos saja.

Terkadang tidak menunggu weekend datang, bila ada hal mendesak mereka harus rela kehilangan istirahat malam mereka. Seperti petang ini. Baru satujam lalu Ibrahim memasuki kamarnya setelah makan malam bersama Oma Riri, Adam juga Divya.

drrtt drrrtt

Ponsel Ibra berbunyi, namun bukan ponsel yang biasa dia pakai, ponsel khusus untuk pekerjaan khususnya.

"katakan" jawab singkat Ibra menerima telepon.

"Ketua ada penyerangan diwilayah A! Mereka datang bertubi-tubi kami kewalahan" seru orang disebrang sana.

"hubungi markas datangkan anggota yang tersisa disana! aku segera datang!" geram Ibra yang memang tak jarang mendapat serangan.

Ia meraih rompi anti pelurunya dan mengambil kemeja kotak merah yang tergantung dilemarinya.

Melangkah cepat menuju kamar Adam.

"Kenric hubungi anggotamu, perketat wilayah dan ikut aku wilayah A diserang!" ucapnya tegas.

Tak lama bersiap Adam yang tak lain adalah Kenric Archie sudah berlari dibelakang kakak sepupunya itu.

"kurang ajar, beraninya menyerang wilayah inti, siapa mereka!" gumam Kenric menaiki mobil berbeda dengan Ibra.

Melajukan mobilnya dan menelpon seorang.

"Grey! beri tambahan anggota diwilayah lain dan kirim 100 lainnya menuju wilayah inti. Aku dan Alexavier menuju medan tempur" serunya kemudian mematikan telponnya.

15 menit menyibak jalanan kota yang mulai sepi akhirnya mobil Ibra atau Alexavier Archie sampai dilokasi pertokoan besar miliknya yang sedang mendapat serangan.

Menyiapkan dua senjata api ditangannya, kemudian melangkah keluar dan mulai menembak musuk didepannya.

dorr doorr dor dorr

Beberapa penyerang misterius itu langsung mati karena peluru Alexavier menembus jantung mereka.

Dari sisi lain Kenric melompat kesebuah atap mobil dan menghujani pihak lawan dengan senjata favoritnya, yang mampu memuntahkan peluru sebanyak 10peluru terdetik.

Tak ada yang meleset juga salah sasaran, itulah kehebatan Archie bersaudara yang memang turun dari sang kakek.

Namun pihak musuh tak gentar melakukan perlawanan, terus melangsungkan baku tembak dengan anggota Galaxy.

Dilihat Alexavier sebuah toko kue langganan Omanya masih terbuka separuh bagian rollingdoornya. Tak mau ada warga yang terkena imbas pertempuran Alexavier berlari menuju toko kue tersebut.

Tring

bunyi bel dibelakang pintu kaca mengagetkan Belen yang sedang bersembunyi dibalik ruangan dibelakang meja kasir. Dengan sigap Belen keluar dengan menodongan pistol kecil kearah Alexavier.

"jangan mendekat atau kutembak!" seru Belen.

"hei tenanglah aku akan menolongmu! lagian apa yang kau lakukan tengah malam begini belum menutup tokomu" jawab Alexavier santai dengan mengangkat kedua tangannya.

Belen yang pernah bertemu dengan Ibra satu kali saat menjemput Oma Riri tentu tak mengenalinya karena sebagai Alexavier Ibra selalu menutup mukanya dengan slayer juga mengenakan topi.

tak tak tak

Suara gerombolan mendekat kearah toko Belen. Dengan cepat Ibra merengkuh tubuh Belen dan menyuruhnya bersembunyi dibalik meja kasir.

"diamlah mereka menuju kemari" ucap Alexavier pelan.

"jelas mereka datang, mereka mencarimu!" seru Belen kesal juga takut.

"baik terserah, sekarang apa kau benar bisa menggunakan benda itu?" Alexavier menunjuk pistol yang dipegang Belen.

"tentu aku bisa menggunakannya" jawab Belen dengan cepat.

"Bagus, kita bekerja sama, aku ambil arah atas kau lewat samping meja kasir bantu aku mengalahkan mereka, ingat jangan serang yang menggunakan pin seperti milikku" jelas Alexavier pada Belen yang berada disampingnya.

"apa untungnya aku bekerja sama denganmu, kau bagian dari mereka!" protes Belen pada Pria dengan slayer menutup separuh mukanya.

"astaga bukan waktunya berdebat, bahkan kujelaskanpun kau tidak akan paham" Kini Alexavier merasa wanita ini benar-benar keras kepala.

"tembak atau kau akan dalam masalah!" imbuhnya kemudian.

Begitu bunyi bel pintu terdengar Alexavier langsung berdiri dan menembak habis musuh yang mencoba masuk.

dorr dorr dorr

Tujuh pria tewas ditempat sebelum sempurna masuk kedalam toko. Alexavier sedikit kewalahan karena tujuh orang itu menyerang hampir bersamaan.

"hei kenapa kau tidak membantuku!" seru Alexavier.

"aa aku tidak bisa membunuh orang" jawab Belen ketakutan melihat banyak darah didepan tokonya.

"dasar tak berguna, apa gunanya kau memiliki pistol itu!" kesal Alexavier mencoba meninggalkan toko Belen.

"tunggu!" seru Belen.

"kau merusak pintuku, dan bagaimana dengan mereka?? aku akan diburu polisi" seru Belen kebingungan.

"tenang saja anggotaku akan membereskannya, dan besok pagi pintu kacamu akan kembali seperti semula" jawab Alexavier ringan.

"lekas pulang tinggalkan tempat ini, serangan lanjutan bisa saja terjadi" imbuhnya.

"dan satu lagi anggap ini hanya mimpi buruk"

Tak berselang lama bantuan dari markas datang dan dengan cepat situasi berbalik, pihak Galaxy yang diketuai Alexavier Archie berhasil menumbangkan lawan.

"ketua dia yang memimpin penyerangan" lapor Ivan yang merupakan pimpinan wilayah A.

Brukk!

Dihempasnya tubuh pria penuh luka tembak itu dihadapan Alexavier.

Kenric menggunakan ujung senapannya menyentuh dagu pria tersebut.

"siapa yang nyuruh lo!" seru Kenric.

"lebih baik lo lepasin peluru lo dikepala gue!" jawab pria itu dengan suara menahan sakit.

"tak berguna!" Kenric menarik pelatuknya dan mengarahkan peluru ke kepalanya.

dorr

"Kenric perintahkan Dominic mengganti pintu kaca toko kue disana, dan Grey perintahkan anggota untuk membereskan mayat tak berguna ini" ujar Alexavier.

Kenric berjalan dibelakang Alexavier menuju mobilnya. Alexavier sedikit menoleh kearah toko kue Matahari dan masih melihat Belen disana.

"Ken kau pergilah dulu aku ada perlu" ucap Alexavier menuju toko kue Matahari.

Disana ada tiga anggotanya yang hendak membereskan kekacauan yang terjadi barusan.

"ketua" seru tiga anggota Galaxy pada Alexavier.

"bersihkan dan bereskan kekacauan disini" ucapnya kemudian masuk dan melihat Belen masih berdiri dibelakang meja kasirnya.

"kenapa kau belum juga pulang? dasar keras kepala tak usah kawatir aku akan menjadikan tempat ini seperti semula lagi saat kau kembali esok pagi" Alexavier mendekat pada Belen.

"Ka kau ketua mafia? apa yang sebenarnya terjadi?" ucap Belen sesikit cemas.

"ini wilayahku dan ada sekumpulan orang tak berguna mencoba menyerangnya, ini biasa terjadi, serahkan kunci toko ini pada anggotaku diluar akan kubereskan dan segeralah pulang" Alexavier kembali keluar dan menuju mobilnya.

Saat didalam mobil dilihatnya wanita yang kini mengenakan hodie putih itu menaiki motor maticnya dan berlalu sebelumnya telah menyerahkan kunci tokonya pada Dominic.

Sebelum melajukan mobilnya Alexavier menghubungi seorang disebrang sana.

"Louis retas semua cctv, cari tau siapa dalang penyerangan wilayah A sekarang juga" ucapnya singkat memberi perintah pada Louis yang juga terlibat dalam Galaxy.

Setelah melihat Belen meninggalkan lokasi alexavier atau Ibrahim ini ikut meninggalkan lokasi dan menuju rumah Omanya.

Tengah malam jalanan sudah sangat lengang, begitu cepat mobilnya melesat melintasi jalan raya. Sampai dirumahnya yang juga mendapat pengawasan ketat terlihat mobil Adam sudah terparkir di garasinya.

Dengan cepat Ibrahim melangkah menuju kamarnya karena ini sudah pukul 1 dini hari.

Membaringkan tubuhnya diranjang setelah membasuhnya dengan air hangat.

Lagi lagi penyerangan tiba-tiba bahkan aku tak merasa menyinggung kumpulan lainnya. Dan sialnya aku harus mengeluarkan uang lebih untuk reparasi toko kue itu. Apa yang gadis itu lakukan malam-malam begini ditoko kue, dan kenapa juga dia memiliki pistol ditangannya, apa dia salah satu anggota mafia juga atau hanya kebetulan?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!