Alana

Alana

Foto Box

" aku di depan " ucap Raka langsung menutup telepon sebelum Alana menjawab sepatah katapun.

Alana menatap layar handphonenya yang berubah gelap setelah menghembuskan napas kasar. Semenjak malam perjodohan tiga bulan lalu, sikap Raka berubah ketus dan dingin. Awalnya Alana bersikap acuh karna menganggap seiring waktu berlalu Raka akan kembali bersikap seperti biasa. Namun perkiraannya ternyata meleset, bukannya membaik justru lelaki itu semakin dingin padanya.

" pulang nanti aku ada janji, aku pulang sama temenku " ucap Alana, sebelum turun dari mobil lelaki itu tanpa menunggu jawabannya.

Memang, sejak malam perjodohan mereka, mami Rima yang tak lain adalah maminya Raka menyuruh putra sulungnya itu untuk mengantar jemput Alana, meskipun kampus Alana dan perusahaan Raka tidak berada diarah yang sama.

Tujuannya agar mereka semakin akrab, namun Alana yakin mami Rima akan bersedih jika mengetahui keadaan yang sebenarnya, karena mereka hanya akan terlihat akrab ketika berada didepan anggota keluarga yang lain.

" kangeeennn." Tsania, sahabat karibnya bergelayut manja dilengan Alana saat gadis itu baru saja duduk dikursinya.

" inget lo ama gue sekarang,, kemaren kemaren kemana aja. Pacaran mulu gak inget gue " hardik Alana sambil mencubit gemas pipi cubby Tsania.

" aww,, sakit tau,, " Tsania meringis kecil.

" hehehe sorry kekencengan ya nyubitnya,, abisnya gue gemes sih sama pipi lo,, kayaknya makin hari makin gembul nih." Alana mengusap pelan pipi Tsania yang agak memerah.

" tau nih,, diet gue gagal mulu, tiap hari Andri bawain martabak, kalo enggak ngajak makan yang enak enak, mana bisa gue nolak ama makanan enak, gratis pula. Gimana gue mau kurus coba?" Ucap Tsania.

"Hahaha,, Andri tuh udah bucin ama lo,, mau lo selebar jalan tol juga dia gak bakal biarin kesayangannya ini diet . "

" sialan,, mulut lo,, untung sayang." Tsania kembali merangkul lengan Alana. Dan menyenderkan kepalanya dipundak Alana.

" nanti sore jalan yuk" Ajak Tsania.

" apa sih yang nggak buat lo." Jawab Alana.

" yeeyy,, gue sayaaang banget sama lo " Tsania memeluk Alana erat.

" sama, gue juga sayang sama diri gue sendiri " Alana menjulurkan lidahnya senang ketika berhasil menjahili sahabatnya itu.

" ck,, " decak Tsania diiringi dengan serangan dua jarinya pada pinggang Alana, membuat sang empunya tertawa kegelian,, lalu setelahnya mereka tertawa bersama dan berpelukan, membuat beberapa laki laki yang melewati mereka bergidik.

" lesbi lu bedua " decih Anton si biang rese.

" napa lu,, punya masalah ama gue.." tantang Tsania, meskipun Anton terkenal dengan keresean nya tapi jika berhadapan dengan Tsania ia hanya akan diam,, selain menggemaskan Tsania juga cerewet dan bermulut pedas siapapun akan kalah jika beradu argumen dengannya, julukannya adalah si mulut samyang.

" eh betewe,, si manusia kulkas?? " Tsania teringat akan hal yang selalu membuat gagal mengajak sahabatnya keluar.

" nggak, gue udah bilang gak usah jemput " jawab Alana, sebenarnya alasan Alana tadi tidak sepenuhnya benar, karna faktanya dia tidak punya janji kepada siapapun selain dirinya sendiri untuk pergi ke perpustakaan kota dan mencari buku untuk menambah pengetahuannya.

Ia sangat suka membaca buku terutama tentang sejarah, akan tetapi jika Tsania yang mengganggu acara 'me time' nya ia akan dengan sukarela membatalkannya, toh sudah lama ia tidak ' kencan ' dengan sahabatnya itu.

#####

" gue mau sushiiiii " teriak Tsania kegirangan, hingga membuat beberapa orang didekat mereka melirik aneh.

" nyesel gue bawa lu " bisik Alana sambil menarik sahabatnya itu ke dalam restoran sushi langganan mereka.

" sengaja gue,, kali kali orang cantik malu " Tsania merangkul Alana sambil cengengesan, namun dihadiahi jitakan oleh sahabatnya itu.

" sialan lo " ucap Reina.

Bukan hanya rese di depan restoran akan tetapi sampai mereka masuk kedalam resto pun Tsania tetap membuat Alana menutup wajahnya karena malu dengan tingkah Tsania ketika mereka akan memesan sushi, bayangkan saja,, gadis itu bukannya segera memesan tapi ia malah berteriak kegirangan ketika melihat daftar menu. Oleh karena itu Alana memilih untuk segera menarik sahabatnya masuk kedalam ruangan yang disediakan oleh pihak restoran dan memesan lewat online dengan menscan qr yang ada dimeja, beberapa pelayan juga nampak tertawa karena tingkah 'ajaib' nya Tsania.

" ngapain sih lo kek gitu,, kayak baru pertama kali aja makan sushi padahal minggu lalu juga lo kesini kan bareng Andri."

" hehehe kok lo tau sih???

" ki li tii sih " cibir Alana yang disambut kekehan sahabat gembul nya.

" Eh lo liat apa mereka pada ditekuk gitu mukanya,, gue yakin mereka pada capek kerja seharian,, makannya gue berbaik hati ngasih mereka hiburan." Tsania membela diri.

" au ah,,, serah lu" Alana enggan untuk berdebat lagi dengan Tsania.

Setelah kenyang Tsania mengajak Alana ke bioskop. Kedua sahabat itu benar benar melepas rindu setelah hampir 3 bulan sibuk dengan urusannya masing masing. Alana dengan tugas tugasnya sedangkan Tsania tentu saja dengan tugas dan kebucinannya.

" lo nginep dirumah gua ya " pinta Alana.

" hm,, boleh deh,, tapi gue ambil baju ganti dulu,, oke " Tsania menyetujui permintaan sahabatnya.

" yey,, nyokap gue juga pasti kangen banget sama lo " ucap Alana kegirangan sambil memeluk lengan sahabatnya.

" yaudah pulang yu,, gue capek nih " ajak Tsania.

" oke " Alana menyetujuinya.

" eh bentar,, gue telfon Andri ya,, biar dia yg jemput. Udah malem juga lebih aman klo dia yg jemput" Tsania memberi usul.

" oke siap " Alana memberi hormat tanda setuju.

Kedua gadis itu memutuskan untuk menunggu Andri dipintu masuk utama agar ia mudah menemukan mereka.

" foto yu ." Ajak Alana tiba tiba

" disini ?? " tanya Tsania bingung

" ya enggak lah Tsania sayang,, norak banget,,"

" terus ? " Tsania masih bingung

Alana menunjuk tempat foto box yang tak jauh dari pintu masuk.

" hmm yaudah,, palingan juga ntar Andri telfon klo udah dateng. " Tsania menuruti permintaan Alana. Merekapun menghampiri tempat foto box dan menunggu antrian karena sudah ada pelanggan lain sebelum mereka.

Sepuluh menit mereka menunggu sebelum akhirnya mereka mendapat giliran.

" eh,, Andri telfon pasti dia udah di depan ." Ucap Tsania.

" padahal baru 5 menit ." Alana memajukan bibirnya. Tapi mengikuti arah Tsania untuk keluar dari tempat itu.

" bang,, cetak aja " ucap Tsania

" bang tiket masuknya buat 2 orang " ucap seorang laki laki yang baru saja datang.

Alana melihat kearah pelanggan itu karena merasa mengenali suaranya, dan betapa terkejutnya ia ketika melihat lelaki yang tengah tersenyum menatap genggaman tangannya dengan seorang wanita disamping Alana, Ia ingin memalingkan wajah, namun terlambat netranya bertemu dengan manik coklat terang yang juga tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

Dadanya terasa sakit namun ia tak menunjukan ekspresi apapun dan segera berbalik kearah Tsania, membuat bibir yang telah terbuka itu kembali mengatup.

" yee udah ja... di

Tsania hampir tidak mampu melanjutkan kalimatnya ketika ia berbalik dengan tujuan untuk memberitahu Alana namun disuguhi pemandangan yang diluar dugaannya.

" udah jadi, pulang yu " Alana tak membiarkan Tsania melanjutkan ucapannya dan segera menarik gadis itu sebelum ia bersikap lebih jauh.

" Na " panggil Tsania ketika keduanya telah memasuki mobil.

" ya " jawab Alana sambil tersenyum namun tak berani menatap Tsania.

" Lo ,,, gak papa??? " tanya Tsania ragu.

" emang gue kenapa? " tanya Alana sambil kembali tersenyum. Andri menatap Tsania meminta penjelasan, namun hanya dijawab dengan gestur untuk segera menjalankan mobilnya.

 #####

" need my shoulder?? " tanya Tsania setelah melihat sahabatnya hanya diam di ujung kasurnya,, ia memustuskan untuk membawa Alana ke rumahnya dibanding membawa gadis itu pulang. Karena yang dibutuhkan sahabatnya sekarang adalah waktu untuk menyendiri ataupun pundak seseorang yang akan membuatnya menangis dengan nyaman. Tak mungkin bagi gadis itu untuk terlihat murung atau sedih dirumahnya, karena Alana berasal dari keluarga terpandang yang selalu dituntut untuk bersikap seolah semuanya baik baik saja. Berbeda dengan Tsania yang terbiasa mengekspresikan emosinya dengan bebas. Mungkin hal itulah juga yang membuat persahabatan mereka tetap laggeng hingga sekarang, Alana yang berimage kalem dan tenang, hanya mampu menunjukan semua emosinya dihadapan Tsania yang memang ekspresif dan menerima dengan terbuka semua perubahan emosi sahabat kalemnya.

" Na " Tsania membuyarkan lamunan Alana dan membuat gadis itu menoleh.

" give me a hug " tanpa menjawab apapun Alana segera menghambur kedalam pelukan Tsania yang sudah merentangkan tangannya dengan bebas.

" sakit Tsan " ucap Alana sebelum tangisnya pecah dalam pelukan sahabatnya.

Ya ,,, benar Alana memang menyukai Raka, sejak kecil ia selalu membuntuti Raka, dan Raka pun selalu memperlakukan Alana dengan baik, ia menjaga Alana terutama dari keusilan Gilang adiknya dan memastikan gadis itu baik baik baik saja, tumbuh dewasa bersama mungkin hal itulah yang membuat ia perlahan menaruh hati pada lelaki yang seumuran dengan kakaknya itu.

 #####

" apa dia marah ? " tanya Raka dalam hati. Setelah pertemuan tidak sengajanya dengan Alana kemarin malam tak dapat dipungkiri Raka sedikit merasa bersalah sekaligus takut jika Alana akan mengadukan hal itu pada ibunya. Oleh karena itu, pagi ini ia memutuskan untuk pergi ke rumah Alana lebih pagi dari biasanya, meskipun sebenarnya Alana tidak ada jadwal hari ini. Namun bundanya mengatakan jika Alana menginap di rumah temannya. Dan ketika ia menelfon ke nomor Alana, gadis itu tak juga mengangkat telfonnya.

'Arrghh' Raka melempar ponselnya ke dashboard mobil.

Sementara itu Alana, ia sudah lebih segar pagi ini, setelah menumpahkan tangisannya semalam pada Tsania.

" thanks ,, pundak ternyaman " Alana memeluk Tsania yang baru saja keluar kamar mandi namun masih mengenakan piyama tidurnya.

" ah elah Nana,, blom mandi juga gue, " ucap Tsania

" pantes bau " Alana menjauhkan badannya dari Tsania dan menyernyitkan hidungnya.

" nabok orang bangun tidur enak kali ya" canda Tsania disambut kekehan Alana,, Tsania ikutan tertawa dan merangkul pundak Alana agar turun ke bawah untuk sarapan, dalam hatinya ia bersyukur, Alana sudah ceria seperti biasanya, meskipun Alana belum menceritakan apapun padanya, tapi ia yakin tanpa diminta pun Alana akan menceritakan isi hatinya secara sukarela.

" kaca matanya gak dilepas sayang, kan mau makan?? " tanya mama Tsania ketika melihat Alana masih mengenakan kacamatanya saat dimeja makan.

" matanya iritasi ma" jawab Tsania asal sambil mencomot pisang goreng buatan ibunya.

" udah diobatin? " tanya mama Tsania dengan raut khawatir.

" iya ma,, " jawab Alana, mama Tsania memang sudah menganggapnya seperti puterinya sendiri, jadi dia diperbolehkan memanggil perempuan lembut nan penyayang itu mama seperti hal nya Tsania.

" makan mulu,, nanti kalo gendut Andrinya berpaling noh " papa Tsania yang baru saja bergabung diruang makan itupun menggoda puteri kesayangannya dan mengambil pisang goreng kedua yang baru ia makan satu gigit lalu memakannya sekaligus.

" Aaaa papa,, pisang Nia,, mamaaa" adu Tsania pada mamanya. Sedangkan sang mama hanya menggeleng melihat kelakuan pasangan ayah anak itu.

^_^ ^_^ ^_^

Terpopuler

Comments

Desi Oktapriani

Desi Oktapriani

ini pengalaman pribadi ape gimane nih torr,,, maap cma nanya 🤭🤭🤭

2022-06-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!