Benang Merah

" aku laparrr " rengek seorang gadis sambil bergelayut dilengan kekasihnya.

" tuan puteri mau makan apa?? " sahut sang kekasih sambil merapikan poni gadisnya.

" aku mau pizza, spaghetti, hotdog, pasta, sama dessert nya mau donat sama es krim " jawab si gadis.

" Junk food Semua?? " lelaki itu mengerutkan dahinya pertanda tak setuju.

" sekali sekali plis " rengek gadisnya.

" emangnya muat diperut kecil ini " tunjuk sang lelaki pada area perut kekasihnya.

" muat kok,,, lagian kan kita makan berdua. Klo aku kenyang kan ada kamu " ucapnya disertai tawa ringan di akhirnya.

" oke,, tapi sekali ini aja yaa " pemuda itu menyodorkan jari kelingkingnya mengajak untuk berjanji yang disambut dengan keterpaksaan dari si gadis.

" minggu depan lagi yaa " rayu gadis itu

" No,, satu tahun sekali "

" lama bangeett,, di LA aku makan tiap hari kok " dan ia menyesali ucapan terakhirnya.

" repeat once more " pintanya

" I really sorry,, tapi jangan satu tahun sekali,,, satu minggu sekali,, yayyaayaa please " mohon gadis itu.

" ini buat kesehatan kamu loh " lelaki itu melunak, ia mengusap kepala bagian atas kekasihnya.

" tapi jangan setahun sekali " bujuknya

" satu bulan sekali, deal " putus akhir lelakinya.

" oke " meskipun sedikit keberatan tapi gadis itu menyetujuinya dari pada ia gagal mendapatkan keinginannya.

" kalo lagi cemberut cantiknya nambah yaa " goda si lelaki lagi ketika melihat perempuannya merajuk.

" apasiiihh cringe bangeet " lain dimulut lain dipipi, kendatipun mulutnya menolak namun semburat merah nampak dikedua lesung pipinya menjalar hingga telinga membuat lelaki itu terkekeh gemas karena tingkahnya.

  Tanpa mereka sadari seseorang dibalik pintu yang ternyata tak tertutup rapat itu mati matian menahan air mata sekaligus hatinya yang patah agar ia dapat menarik benang merah yang memperumit hubungan ketiganya hingga ia tidak akan salah dalam mengambil keputusan.

" Nana " gadis dibalik pintu itu terlonjak kaget ketika seseorang menepuk punggung sekaligus memanggil namanya, sadar jika ia berada ditempat yang tak seharusnya , ia segera menarik Gilang sekaligus mengisyaratkan lelaki itu untuk diam dan mengikutinya.

" apa yang lo lakuin disana ? " setelah cukup jauh dari ruangan Raka Gilang menahan langkah mereka dan mengajak Alana bicara.

" gue,,  gue,,

Maksud kedatangan Alana ke kantor ini sebenarnya untuk membicarakan masalah hubungannya dengan Raka, namun sepertinya ia sudah mendapatkan jawabannya bahkan sebelum ia bertanya, Alana kira ia mampu menahan sakitnya sendirian, namun melihat tatapan bingung dan cemas yang bercampur aduk dalam manik hazel Gilang, rasanya tak apa jika ia membaginya dengan orang lain, toh Gilang memang sudah mengetahui separuh ceritanya.

" hei, what's wrong?? " Gilang semakin bingung melihat respon Alana yang bukannya menjawab pertanyaannya gadis itu malah memeluknya dan dapat ia rasakan jika air mata mulai membasahi kemeja yang ia pakai.

" sorry kalo gue lancang, tapi lebih aman kalo kita diruangan gue " bisik Gilang ketika ia tiba tiba menggendong Alana yang masih menangis , ia mengamati keadaan sekitarnya memastikan tak ada siapapun disekitar mereka saat ini, karna  posisi mereka saat ini bisa membuat orang yang melihat mereka salah faham dan menjadikan mereka sebagai bahan gosip terhangat dikantornya.

" just crying, don't hold anything" ucap Gilang setelah mendudukkan gadis itu dan dirinya sendiri di sofa ruang kerja miliknya sesekali ia mengusap puncak kepala Alana untuk membuatnya sedikit rilex.

#####

  'Bugh' seseorang memukul stir mobilnya sendiri, ia mengepalkan tangannya kuat hingga kukunya memutih.

" apalagi yang akan terjadi pada keluargaku, kenapa semuanya menjadi sangat rumit, Nana, Icha mengapa kalian,, Aaakkk sialan,,

Seseorang yang tak lain adalah Rion, putera sulung keluarga Pratama, kakak dari Alana dan Raisa. Hari ini ia dijadwalkan untuk rapat bersama perusahaan Raka, sebenarnya rapat mereka dijadwalkan setelah jam makan siang, tapi karena tempat ia rapat sebelumnya lebih dekat dengan kantor Raka ia terpikir untuk datang lebih awal dan mengajak Raka makan siang bersama sambil berdiskusi sebelum rapat itu dimulai, namun hal mengejutkan menyambutnya ketika ia baru keluar dari lift, ia melihat Gilang menggendong seseorang yang ia yakini adalah Alana karena rambut merah yang sudah sangat ia kenali sejak kecil, belum selesai rasa terkejutnya ia disuguhi pemandangan yang tak kalah mengejutkannya, Raka yang menggandeng Raisa sambil bercanda layaknya pasangan yang saling mencintai. Lagi untuk kesekian kalinya, ia merasa benar benar menjadi orang yang tak berguna, ia bahkan tak tau apapun dengan yang terjadi pada kedua adiknya, ia merasa tak mampu menjadi orang yang pantas menjadi sandaran untuk keduanya.

^_^ ^_^ ^_^

" are you oke ?? " tanya Gilang memastikan, karena setelah berhenti menangis Alana hanya diam lalu tak lama kemudian memutuskan untuk pulang.

" gue gak papa kok,, thanks " jawab Alana mengulas senyum tipis.

" gue anter lo pulang " putus Gilang.

" gue bisa sendiri Lang " Alana kembali tersenyum untuk meyakinkan Gilang, kali ini ia hanya butuh waktu sendiri untuk menenangkan diri dan memutuskan langkah selanjutnya.

" gue anter sampe bawah jangan bantah " Gilang memaksa, karena jujur saja ia khawatir melihat keadaan Alana yang bisa dibilang tidak baik-baik saja, kedua matanya bengkak dan wajahnya nampak pucat.

" buat nutupin jejak patah hati " Gilang terkekeh diakhir ketika memasangkan kacamata hitam miliknya pada Alana, ia memang menceritakan kemungkinan tentang kebenaran hubungan spesial antara Raka dan Raisa yang mungkin sudah terjalin sebelum perjodohan itu terjadi.

" gue jahat ya Lang bahkan gue gak tau apapun tentang adek gue sendiri " matanya kembali berkaca kaca, biasanya Alana bisa menahan air matanya didepan orang lain, bahkan dihadapan mamanya sekalipun, namun semua perlakuan Gilang mampu membuat ia berkali kali tak ragu untuk menangis dan mengutarakan tentang semua isi kepala dan hatinya.

" ah elah Na, jadi lo mau pulang atau nangis lagi nih " ledek Gilang sambil mengacak rambut Alana.

" Gilaaaang rambut gue " Alana mencoba menghindar namun Gilang malah menahan kepalanya.

" Na, dengerin gue,, hubungan Raisa sama kak Raka bukan tanggung jawab lo, dan perjodohan itu sama sekali bukan salah lo, karna yang mutusin perjodohan itu kedua orang tua kita, lo cuma terjebak didalamnya. " meskipun biasanya Gilang bertingkah rese namun dalam kondisi sekarang ini sepertinya ia dapat diandalkan, jujur saja Alana sangat bersyukur karena meskipun tak ada Tsania yang biasanya menjadi tempat ia mengadukan segala isi hatinya, keberadaan Gilang mampu mengisi ketidakberadaan Tsania karena gadis itu masih berada dirumah sakit pasca kecelakaan yang menimpanya beberapa hari yang lalu. Ngomong ngomong tentang Tsania, Alana jadi merasa bersalah karna terakhir kali ia kesana adalah saat mengantar bubur manado bersama Gilang, besoknya ia harus kembali ke tempat ia KKN untuk acara puncak selama tiga hari dan pagi tadi adalah acara penutupannya, ia juga dititipi souvenir sebagai tanda kenang kenangan untuk Tsania dan ia juga sangat merindukan sahabatnya itu.

" Lang, lo sibuk gak??

" nggak juga,, gue kan wakil direktur, jadi suka suka gue dong sibuk apa nggak "

" wah gak bertanggung jawab lo,, perusahaan bisa hancur nih kalo pimpinannya elo "

" hehehe,, becanda gue, udah kok tugas gue udah selesai, kenapa emang?? "

" anter gue ke rumah sakit yuk,, " pinta Alana.

" ngapain,, cari obat patah hati " usilnya Gilang kumat.

" Gue tendang lo ngomong gitu lagi " ancam Alana

" coba aja kalo bisa " ledek Gilang yang langsung berlari keluar dari lift yang kebetulan sudah sampai di lantai dasar.

" diih rese " umpat Alana sambil tertawa ringan, keusilan Gilang ternyata bukan cuma berhasil membuat nya kesal tapi kadang juga mampu menjadi obat untuk memperbaiki kondisi hatinya yang sedang tidak baik baik saja, tak apa mengenyampingkan dulu masalahanya, untuk sekarang ia harus bernapas sejenak guns memikirkan langkah selanjutnya.

" aduhh,, eh sorry " Gilang terdengar mengaduh kesakitan ketika dengan tidak sengaja ia menabrak orang dibelakangnya karena tidak memperhatikan langkahnya, Alana segera menghampiri Gilang juga perempuan yang ia tabrak dan hampir saja jatuh tersungkur jika orang disampingnya tidak segera menangkapnya.

" kalo jalan tuh liat kedepan bukannya mundur, " omel laki laki yang menangkap wanita itu tanpa melihat kearah Gilang.

" kamu gak papa yang " tanyanya pada wanita itu sambil mengecek kondisinya.

" Gilang " lirih wanita itu yang tak lain adalah Raisa, dan laki laki yang ternyata Raka itu segera menoleh ke depan dan mendapati Gilang dengan ekspresi datar namun matanya sangat tajam menatap kearahnya, terlihat sekali ia sedang menahan amarah dan kekesalan padanya, namun tanpa mengatakan apapun Gilang segera berbalik dan menuntun Alana agar segera pergi dari sana diikuti tatapan Raka dan Raisa yang masih terkejut tak menyangka bahwa mereka akan bertemu Gilang dan Alana di lobby perusahaannya.

^_^ ^_^ ^_^

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!