NovelToon NovelToon

Alana

Foto Box

" aku di depan " ucap Raka langsung menutup telepon sebelum Alana menjawab sepatah katapun.

Alana menatap layar handphonenya yang berubah gelap setelah menghembuskan napas kasar. Semenjak malam perjodohan tiga bulan lalu, sikap Raka berubah ketus dan dingin. Awalnya Alana bersikap acuh karna menganggap seiring waktu berlalu Raka akan kembali bersikap seperti biasa. Namun perkiraannya ternyata meleset, bukannya membaik justru lelaki itu semakin dingin padanya.

" pulang nanti aku ada janji, aku pulang sama temenku " ucap Alana, sebelum turun dari mobil lelaki itu tanpa menunggu jawabannya.

Memang, sejak malam perjodohan mereka, mami Rima yang tak lain adalah maminya Raka menyuruh putra sulungnya itu untuk mengantar jemput Alana, meskipun kampus Alana dan perusahaan Raka tidak berada diarah yang sama.

Tujuannya agar mereka semakin akrab, namun Alana yakin mami Rima akan bersedih jika mengetahui keadaan yang sebenarnya, karena mereka hanya akan terlihat akrab ketika berada didepan anggota keluarga yang lain.

" kangeeennn." Tsania, sahabat karibnya bergelayut manja dilengan Alana saat gadis itu baru saja duduk dikursinya.

" inget lo ama gue sekarang,, kemaren kemaren kemana aja. Pacaran mulu gak inget gue " hardik Alana sambil mencubit gemas pipi cubby Tsania.

" aww,, sakit tau,, " Tsania meringis kecil.

" hehehe sorry kekencengan ya nyubitnya,, abisnya gue gemes sih sama pipi lo,, kayaknya makin hari makin gembul nih." Alana mengusap pelan pipi Tsania yang agak memerah.

" tau nih,, diet gue gagal mulu, tiap hari Andri bawain martabak, kalo enggak ngajak makan yang enak enak, mana bisa gue nolak ama makanan enak, gratis pula. Gimana gue mau kurus coba?" Ucap Tsania.

"Hahaha,, Andri tuh udah bucin ama lo,, mau lo selebar jalan tol juga dia gak bakal biarin kesayangannya ini diet . "

" sialan,, mulut lo,, untung sayang." Tsania kembali merangkul lengan Alana. Dan menyenderkan kepalanya dipundak Alana.

" nanti sore jalan yuk" Ajak Tsania.

" apa sih yang nggak buat lo." Jawab Alana.

" yeeyy,, gue sayaaang banget sama lo " Tsania memeluk Alana erat.

" sama, gue juga sayang sama diri gue sendiri " Alana menjulurkan lidahnya senang ketika berhasil menjahili sahabatnya itu.

" ck,, " decak Tsania diiringi dengan serangan dua jarinya pada pinggang Alana, membuat sang empunya tertawa kegelian,, lalu setelahnya mereka tertawa bersama dan berpelukan, membuat beberapa laki laki yang melewati mereka bergidik.

" lesbi lu bedua " decih Anton si biang rese.

" napa lu,, punya masalah ama gue.." tantang Tsania, meskipun Anton terkenal dengan keresean nya tapi jika berhadapan dengan Tsania ia hanya akan diam,, selain menggemaskan Tsania juga cerewet dan bermulut pedas siapapun akan kalah jika beradu argumen dengannya, julukannya adalah si mulut samyang.

" eh betewe,, si manusia kulkas?? " Tsania teringat akan hal yang selalu membuat gagal mengajak sahabatnya keluar.

" nggak, gue udah bilang gak usah jemput " jawab Alana, sebenarnya alasan Alana tadi tidak sepenuhnya benar, karna faktanya dia tidak punya janji kepada siapapun selain dirinya sendiri untuk pergi ke perpustakaan kota dan mencari buku untuk menambah pengetahuannya.

Ia sangat suka membaca buku terutama tentang sejarah, akan tetapi jika Tsania yang mengganggu acara 'me time' nya ia akan dengan sukarela membatalkannya, toh sudah lama ia tidak ' kencan ' dengan sahabatnya itu.

#####

" gue mau sushiiiii " teriak Tsania kegirangan, hingga membuat beberapa orang didekat mereka melirik aneh.

" nyesel gue bawa lu " bisik Alana sambil menarik sahabatnya itu ke dalam restoran sushi langganan mereka.

" sengaja gue,, kali kali orang cantik malu " Tsania merangkul Alana sambil cengengesan, namun dihadiahi jitakan oleh sahabatnya itu.

" sialan lo " ucap Reina.

Bukan hanya rese di depan restoran akan tetapi sampai mereka masuk kedalam resto pun Tsania tetap membuat Alana menutup wajahnya karena malu dengan tingkah Tsania ketika mereka akan memesan sushi, bayangkan saja,, gadis itu bukannya segera memesan tapi ia malah berteriak kegirangan ketika melihat daftar menu. Oleh karena itu Alana memilih untuk segera menarik sahabatnya masuk kedalam ruangan yang disediakan oleh pihak restoran dan memesan lewat online dengan menscan qr yang ada dimeja, beberapa pelayan juga nampak tertawa karena tingkah 'ajaib' nya Tsania.

" ngapain sih lo kek gitu,, kayak baru pertama kali aja makan sushi padahal minggu lalu juga lo kesini kan bareng Andri."

" hehehe kok lo tau sih???

" ki li tii sih " cibir Alana yang disambut kekehan sahabat gembul nya.

" Eh lo liat apa mereka pada ditekuk gitu mukanya,, gue yakin mereka pada capek kerja seharian,, makannya gue berbaik hati ngasih mereka hiburan." Tsania membela diri.

" au ah,,, serah lu" Alana enggan untuk berdebat lagi dengan Tsania.

Setelah kenyang Tsania mengajak Alana ke bioskop. Kedua sahabat itu benar benar melepas rindu setelah hampir 3 bulan sibuk dengan urusannya masing masing. Alana dengan tugas tugasnya sedangkan Tsania tentu saja dengan tugas dan kebucinannya.

" lo nginep dirumah gua ya " pinta Alana.

" hm,, boleh deh,, tapi gue ambil baju ganti dulu,, oke " Tsania menyetujui permintaan sahabatnya.

" yey,, nyokap gue juga pasti kangen banget sama lo " ucap Alana kegirangan sambil memeluk lengan sahabatnya.

" yaudah pulang yu,, gue capek nih " ajak Tsania.

" oke " Alana menyetujuinya.

" eh bentar,, gue telfon Andri ya,, biar dia yg jemput. Udah malem juga lebih aman klo dia yg jemput" Tsania memberi usul.

" oke siap " Alana memberi hormat tanda setuju.

Kedua gadis itu memutuskan untuk menunggu Andri dipintu masuk utama agar ia mudah menemukan mereka.

" foto yu ." Ajak Alana tiba tiba

" disini ?? " tanya Tsania bingung

" ya enggak lah Tsania sayang,, norak banget,,"

" terus ? " Tsania masih bingung

Alana menunjuk tempat foto box yang tak jauh dari pintu masuk.

" hmm yaudah,, palingan juga ntar Andri telfon klo udah dateng. " Tsania menuruti permintaan Alana. Merekapun menghampiri tempat foto box dan menunggu antrian karena sudah ada pelanggan lain sebelum mereka.

Sepuluh menit mereka menunggu sebelum akhirnya mereka mendapat giliran.

" eh,, Andri telfon pasti dia udah di depan ." Ucap Tsania.

" padahal baru 5 menit ." Alana memajukan bibirnya. Tapi mengikuti arah Tsania untuk keluar dari tempat itu.

" bang,, cetak aja " ucap Tsania

" bang tiket masuknya buat 2 orang " ucap seorang laki laki yang baru saja datang.

Alana melihat kearah pelanggan itu karena merasa mengenali suaranya, dan betapa terkejutnya ia ketika melihat lelaki yang tengah tersenyum menatap genggaman tangannya dengan seorang wanita disamping Alana, Ia ingin memalingkan wajah, namun terlambat netranya bertemu dengan manik coklat terang yang juga tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

Dadanya terasa sakit namun ia tak menunjukan ekspresi apapun dan segera berbalik kearah Tsania, membuat bibir yang telah terbuka itu kembali mengatup.

" yee udah ja... di

Tsania hampir tidak mampu melanjutkan kalimatnya ketika ia berbalik dengan tujuan untuk memberitahu Alana namun disuguhi pemandangan yang diluar dugaannya.

" udah jadi, pulang yu " Alana tak membiarkan Tsania melanjutkan ucapannya dan segera menarik gadis itu sebelum ia bersikap lebih jauh.

" Na " panggil Tsania ketika keduanya telah memasuki mobil.

" ya " jawab Alana sambil tersenyum namun tak berani menatap Tsania.

" Lo ,,, gak papa??? " tanya Tsania ragu.

" emang gue kenapa? " tanya Alana sambil kembali tersenyum. Andri menatap Tsania meminta penjelasan, namun hanya dijawab dengan gestur untuk segera menjalankan mobilnya.

 #####

" need my shoulder?? " tanya Tsania setelah melihat sahabatnya hanya diam di ujung kasurnya,, ia memustuskan untuk membawa Alana ke rumahnya dibanding membawa gadis itu pulang. Karena yang dibutuhkan sahabatnya sekarang adalah waktu untuk menyendiri ataupun pundak seseorang yang akan membuatnya menangis dengan nyaman. Tak mungkin bagi gadis itu untuk terlihat murung atau sedih dirumahnya, karena Alana berasal dari keluarga terpandang yang selalu dituntut untuk bersikap seolah semuanya baik baik saja. Berbeda dengan Tsania yang terbiasa mengekspresikan emosinya dengan bebas. Mungkin hal itulah juga yang membuat persahabatan mereka tetap laggeng hingga sekarang, Alana yang berimage kalem dan tenang, hanya mampu menunjukan semua emosinya dihadapan Tsania yang memang ekspresif dan menerima dengan terbuka semua perubahan emosi sahabat kalemnya.

" Na " Tsania membuyarkan lamunan Alana dan membuat gadis itu menoleh.

" give me a hug " tanpa menjawab apapun Alana segera menghambur kedalam pelukan Tsania yang sudah merentangkan tangannya dengan bebas.

" sakit Tsan " ucap Alana sebelum tangisnya pecah dalam pelukan sahabatnya.

Ya ,,, benar Alana memang menyukai Raka, sejak kecil ia selalu membuntuti Raka, dan Raka pun selalu memperlakukan Alana dengan baik, ia menjaga Alana terutama dari keusilan Gilang adiknya dan memastikan gadis itu baik baik baik saja, tumbuh dewasa bersama mungkin hal itulah yang membuat ia perlahan menaruh hati pada lelaki yang seumuran dengan kakaknya itu.

 #####

" apa dia marah ? " tanya Raka dalam hati. Setelah pertemuan tidak sengajanya dengan Alana kemarin malam tak dapat dipungkiri Raka sedikit merasa bersalah sekaligus takut jika Alana akan mengadukan hal itu pada ibunya. Oleh karena itu, pagi ini ia memutuskan untuk pergi ke rumah Alana lebih pagi dari biasanya, meskipun sebenarnya Alana tidak ada jadwal hari ini. Namun bundanya mengatakan jika Alana menginap di rumah temannya. Dan ketika ia menelfon ke nomor Alana, gadis itu tak juga mengangkat telfonnya.

'Arrghh' Raka melempar ponselnya ke dashboard mobil.

Sementara itu Alana, ia sudah lebih segar pagi ini, setelah menumpahkan tangisannya semalam pada Tsania.

" thanks ,, pundak ternyaman " Alana memeluk Tsania yang baru saja keluar kamar mandi namun masih mengenakan piyama tidurnya.

" ah elah Nana,, blom mandi juga gue, " ucap Tsania

" pantes bau " Alana menjauhkan badannya dari Tsania dan menyernyitkan hidungnya.

" nabok orang bangun tidur enak kali ya" canda Tsania disambut kekehan Alana,, Tsania ikutan tertawa dan merangkul pundak Alana agar turun ke bawah untuk sarapan, dalam hatinya ia bersyukur, Alana sudah ceria seperti biasanya, meskipun Alana belum menceritakan apapun padanya, tapi ia yakin tanpa diminta pun Alana akan menceritakan isi hatinya secara sukarela.

" kaca matanya gak dilepas sayang, kan mau makan?? " tanya mama Tsania ketika melihat Alana masih mengenakan kacamatanya saat dimeja makan.

" matanya iritasi ma" jawab Tsania asal sambil mencomot pisang goreng buatan ibunya.

" udah diobatin? " tanya mama Tsania dengan raut khawatir.

" iya ma,, " jawab Alana, mama Tsania memang sudah menganggapnya seperti puterinya sendiri, jadi dia diperbolehkan memanggil perempuan lembut nan penyayang itu mama seperti hal nya Tsania.

" makan mulu,, nanti kalo gendut Andrinya berpaling noh " papa Tsania yang baru saja bergabung diruang makan itupun menggoda puteri kesayangannya dan mengambil pisang goreng kedua yang baru ia makan satu gigit lalu memakannya sekaligus.

" Aaaa papa,, pisang Nia,, mamaaa" adu Tsania pada mamanya. Sedangkan sang mama hanya menggeleng melihat kelakuan pasangan ayah anak itu.

^_^ ^_^ ^_^

Ulang Tahun Nenek

" menurut kamu gimana sayang,, bagus kan?? " tanya tante Rima pada Alana, membuat gadis itu mengalihkan netranya pada calon ibu mertua nya itu.

" hmmm,,, modelnya bagus mi,, tapi kayaknya kurang cocok deh kalo buat papi,, soalnya papi kan tinggi besar nantinya keliatan kayak maksa,, tapi kalo buat kak Raka atau Gilang kayaknya cocok deh" sejak malam perjodohan itu mami Rima memang menyuruhnya memanggil mami seperti halnya Raka dan Gilang, agar Alana mulai terbiasa dengan panggilan baru tertersebut.

  "gimana menurut kamu Gilang " tanya sang mami pada putra bungsunya yang berdiri dibelakang mereka.

Hening.

" Lang " panggil maminya lagi

" Arkana Gilang Saputra " karena tak kunjung mendapat jawaban, perempuan setengah baya itu berniat untuk mengecek keadaan sang putra, tapi tiba tiba putranya itu berdiri dibelakangnya dengan cengiran khas, dan memposisikan tangannya didahi seperti sedang upacara bendera.

" siap komandan,, bagus mi bagus,, Gilang suka, bener kata Nana,, " ucapnya segera.

" komandan komandan,,, lagian panggil Nana kakak,, bentar lagi kan jadi kakak ipar kamu,, gimana sih " omel sang mami.

" iya iya,, maaf kakak nana " ucap Gilang dengan nada meledek yang sukses mendapat dengusan kecil dari gadis itu.

" aduhh,, mami itu suka pusing sendiri kalo mau milihin pakaian buat papi padahal udah mau tigapuluh tahun nikah sama papi,, tapi selalu aja gitu,, untungnya sekarang ada kamu yang bantuin mami,, mami yakin nanti kalo udah nikah sama Raka kamu pasti bisa ngurus Raka dengan baik. " puji calon ibu mertuanya, yang hanya ditanggapi dengan senyum miris, mengingat hubungan nya dengan Raka.

" iya pasti jadi isteri yang baik,,, ya kan kakak Nana. " ucap Gilang dengan lagi lagi meledek Alana yang sukses mendapat 'hadiah' cubitan maut dipinggangnya.

" aaaa mami mantu kesayangan mami cubit cubit Gilang " pemuda yang merupakan teman kecil Alana itu berusaha berlindung dibalik tubuh maminya yang hanya menggelengkan kepala,, tak habis pikir dengan tingkah keduanya yang sejak kecil selalu bertengkar ketika bertemu.

" makannya,, jangan usil punya mulut. " dan berakhir dengan Alana yang tersenyum penuh kemenangan karena tante Rima selalu memihaknya. Sedangkan Gilang yang merasa posisinya akan segera tergeser karena kehadiran  Alana hanya bisa mencebik kesal.

 #####

" duh Raka,, kok baru dateng sih,, " omelan mami Rima bersaing dengan keributan yang sedang berlangsung dirumah besar itu, pasalnya sebentar lagi acaranya akan segera dimulai sedangkan Raka baru datang dan membuat sang mami murka karenanya.

" maaf mi,, tadi...

" udah nanti aja ngomongnya sekarang ganti baju kamu sana,, biar Nana yang anter kamu. " potong maminya cepat.

" tapi Raka udah pake baju mi. " tolak Raka

" udah jangan bantah,, Nana udah berusaha nyiapin semuanya masa gak dihargai sih " putus mami Rima tanpa ingin mendegar penolakan lagi dari putera sulungnya dan berakhir dengan Raka yang mengikuti Alana menuju kamarnya setelah mami Rima meminta gadis itu untuk memberitahu letak pakaian yang harus ia pakai.

" Na .. " Raka membuka pembicaraannya setelah keduanya sampai didepan pintu kamar Raka. Merasa terpanggil Alana menoleh namun tanpa mengatakan apapun.

" aku mau ngomong sesuatu. " ucap pemuda itu dan Alana hanya mengangguk masih enggan mengeluarkan  suaranya.

" aku,,

" baiklah para hadirin dikarenakan hampir sebagian besar keluarga kita sudah berkumpul alangkah baiknya kita segera memulai acara pada malam hari ini ." Suara Geo terdengar menggema diseluruh sudut ruangan, lelaki yang merupakan sepupu Raka itu bertugas sebagai pembawa acara di pesta ini.

" bajunya diatas tempat tidur " setelah mengucapkan hal tersebut Alana segera berbalik dan menuruni tangga. Meninggalkan Raka yang menatap punggung gadis tertutup gaun biru dan rambut yang tertata rapi diatas kepalanya  dengan pandangan yang sulit diartikan.

 ####

Malam semakin larut dan acara inti dari pesta ulang tahun sang nenek pun sudah selesai dari setengah jam yang lalu namun orang orang masih enggan untuk kembali ke rumah masing masing padahal jam menunjukkan bahwa lima belas menit lagi hari akan segera berganti.

Alana sedang berbincang dengan sepupu Raka yang datang dari luar kota, gadis bernama Isabell itu penasaran dengan Alana setelah neneknya memberitahukan tentang status Alana sebagai tunangan Raka ketika gadis itu mendapat potongan pertama dari kue ulang tahun sang nenek sebagai hadiah penyambutan untuk gadis itu karena akan bergabung menjadi keluarga besarnya.

" kita harus nonton bareng kapan kapan,, temen temen gue gak asik,, gak ada yang mau diajak nonton Harry Potter,, mereka  bilang itu tontonan bocil. " gerutu gadis itu sedikit kesal. Alana tertawa kecil, gadis dihadapannya ini sangat ekspresif sekali membuat Alana bisa tertawa dengan mudah, hal yang biasanya sangat sulit ia lakukan selain dihadapan orang orang tertentu,, seperti keluarga nya dan tentu saja Tsania, serta mama dan papanya juga beberapa orang, tapi gadis bernama Isabell ini benar benar hebat karna mampu membuat Alana nyaman dan bersikap layaknya teman lama yang baru bertemu kembali.

" okke,, kapan kapan kita nonton ya,, tapi minggu ini Nana lagi sibuk KKN buat persiapan nyusun skripsi,, jadi gak janji bisa pergi dalam waktu dekat " ucap Alana yang membuat gadis itu kembali mengerucutkan bibirnya,,

" ah elah Na,, gue balik lusa "

" kalo gitu ,, nanti Nana liat jadwal sama kelompok dulu,, oke " dan jawaban Alana sukses mengembalikan senyum di wajah gadis berkulit pucat itu.

Drrtt drttt

" eh,, bentar ya,, temen Nana nelpon " pamit Alana ketika melihat handphonenya menampilkan nama ' Tsania ' dan ia segera pergi keluar yang tidak terlalu berisik setelah mendapat anggukan Isabell.

Sementara itu seseorang yang tengah mempehatikannya sejak tadi mengikuti kepergiannya dengan iris cokelat terang hingga gadis itu mengilang dibalik pintu rumahnya.

" dari tadi liatin doang,, samperin dong " tegur lelaki paruh baya sambil menepuk pundak yang lebih muda.

" eh pi " Raka mengusap tengkuknya canggung.

" gak kangen emang habis LDR dua minggu " goda yang lebih tua sambil menegak minuman yang dibawanya. Lagi lagi hanya senyum canggung yang bisa ditampilkan olehnya, dan disambut kekehan kecil dari mulut yang lebih tua. Ya memang sudah dua minggu ini Raka harus pergi keluar kota untuk mengurus perusahaan cabang yang baru berdiri selama satu tahun itu, ada beberapa masalah yang terjadi dan mengharuskan ia sebagai presdir utama perusahannya terlibat langsung disana dan selama itu pula ia harus melupakan sejenak masalah yang sedang ia hadapi dengan sang tunangan.

" Raka " panggilan maminya membawa ia kembali ke dunia nyata.

" dari tadi dipanggil malah ngelamun,, ini cepetan anterin Nana " ucap maminya, padangannya beralih pada Alana. Tapi tunggu, raut wajahnya berbeda dengan Alana beberapa saat lalu, meski bibirnya tersenyum namun mata dan hidungnya memerah, menandakan bahwa gadis itu mungkin habis menangis.

" eh,, malah diliatin,, ayo dong Raka,, kok anak mami jadi lemot gitu sih,, " tegur maminya karena bukannya beranjak untuk mengambil kunci mobil,, lelaki itu malah menatap Alana dalam diam.

" Nana biar Gilang yang anter Mi,, lagian kakak pasti capek baru pulang dari luar kota. " Gilang tiba tiba muncul dengan kunci mobil ditangannya dan menimbulkan kerutan di dahi keempat orang yang berada disana.

" gak bakal gue apain ko kak " ucap Gilang sambil menepuk pundak Raka yang menatapnya aneh.

" mami Nana pulang, tolong bilang  maaf buat nenek karena gak bisa sampe selesai" pamit Alana sambil memeluk mami Rima cepat cepat tak lupa menyalami papi Raka dan segera berjalan keluar dari rumah besar itu, bahkan ia lupa tidak berpamitan pada kedua orang tua, kakak dan adiknya yang baru pulang dari luar negeri pagi ini.

^_^ ^_^ ^_^

Rumah Sakit

Suara ujung heels yang bertabrakan dengan lantai koridor rumah sakit terdengar memecah keheningan tengah malam itu, kendatipun jam besuk telah usai dari beberapa jam lalu, namun gadis itu tak peduli, yang terpenting baginya sekarang adalah Tsania, butiran bening yang semenjak mendengar berita sahabatnya itu kecelakaan, tak juga berhenti mengalir dipipi gadis itu.

" ah elah Na,, berhenti dulu nangisnya,, ntar orang orang pada ngira lo kembarannya mbak kun"

Hening, meski kesal tapi ia enggan untuk membalasnya.

Jangan lupakan Gilang si biang usil untuk Alana yang malam ini entah terkena angin dari mana hingga ia berbaik hati mengantarkan bahkan menemani Alana hingga gadis itu menemukan ruangan sahabatnya, menurut informasi yang mereka dapatkan Tsania telah dipindahkan ke ruang rawat.

" Na

" Na

" Na

" Nana ,, dengerin gue napa!" pinta Gilang sambil menahan pundak Alana hingga gadis itu terpaksa berhenti.

" paan sih lo " Alana kesal karena Gilang terus terusan memanggil namanya, padahal dia sedang sibuk menetralkan nafas dan menyeka liquid bening yang masih setia membanjiri pipinya.

" ah elah galak bener,,

" apaan cepet,, jangan becanda" ucap Alana dengan lirih,, nada suaranya terdengar bergetar menahan isak miliknya dengan susah payah. Namun bukannya menjawab pertanyaan darinya, pria itu malah menghapus lelehan air mata Alana dengan telunjuknya, membuat Alana cukup terkejut dan refleks menjauhkan badannya.

Namun seperti sudah menduga bahwa hal itu akan terjadi bukannya terkejut dengan santai ia memasukkan kedua tangan nya kedalam saku celana jeans yang ia pakai.

" nama temen lo Tsania kan?? " tanya nya lembut yang hanya dibalas dengan anggukan oleh Alana, jujur saja ia masih kaget dengan perlakuan Gilang yang tiba tiba padanya, bahkan air matanya ikut terkejut dan perlahan mulai berhenti.

" coba liat diruangan ini, , temen lo bukan? " Gilang menunjuk ruangan disamping Alana dengan isyarat matanya yang langsung dipatuhi oleh gadis itu, dan rasa penasaran dengan perubahan perlakuan Gilang padanya segera teralihkan ketika melihat sahabat kesayangannya berbaring sambil memejamkan mata dengan selang oksigen dihidung dan beberapa luka ditangan dan wajahnya. Gilang menahan gerakan Alana yang hampir saja akan memeluk sahabatnya itu. Alana menyadari kecerobohan yang ia lakukan dan segera menjauhkan badannya dari Tsania. Gilang yang melihat tubuh Alana mulai luruh segera menahannya dan membimbing gadis itu untuk duduk di bangku samping ranjang Tsania, ia juga mengusap pelan bagian belakang kepala Alana, berharap mampu menenangkannya.

 #####

" Loh,, mau kemana lagi, gak sarapan dulu. " mami' Rima heran, melihat putera bungsunya yang baru pulang setengah jam yang lalu kini telah siap dan seperti akan pergi lagi.

" nanti aja ma,, Gilang janji nganterin Nana ke rumah sakit."

" siapa yang sakit sih ?"

" Gilang gak tau mi, tapi kayaknya berharga banget deh buat Nana, dia aja gak berhenti nangis sebelum nemuin kamar rawatnya,, terus maksa buat jagain padahal udah ada sepupunya, sampe tadi pagi sempet gak mau diajak pulang dulu, untungnya orang yang sakitnya itu udah siuman dan bujuk dia buat pulang dulu." Jelas Gilang

" oh yaudah, kalo gitu mami bawain bekal aja ya,, bilangin titipan dari mami,, " pintanya.

" siap boss " enggan berdebat lagipula dipastikan ia yang akan kalah, Gilang memilih menuruti permintaan maminya, tentang siapa yang akan memakan sarapan tersebut biarlah menjadi urusan belakangan karna ia pikir Alana pasti sudah sarapan dirumahnya.

####

" oke udah siap semua,, waktunya berangkat." Seru Alana setelah memasukan bubur manado yang dibuat bundanya, ia tau betul jika Tsania dengan ribuan alasanya akan menolak makanan yang disediakan rumah sakit, Tsania itu bukan orang yang pemilih soal makanan, selama makanan itu tidak beracun, Tsania akan memakannya namun pengecualian untuk masakan yang disediakan oleh rumah sakit, ia akan mengeluarkan semua kemampuan aktingnya agar tak dipaksa memakan makanan itu.

" pahit

" bentuknya gak menarik

" gue takut suster yang masaknya kehabisan garem, jadi dia ganti pake obat soalnya gue gak suka obat,, nanti gue mati gimana,,, Andri jadi duda sebelum nikah sama gue

Dan banyak lagi alasan yang bahkan tidak masuk akal lainnya, mengingat hal itu Alana tersenyum geli.

" oii lu gak kesambet setan rumah sakit kan " tiba tiba saja Gilang datang dan membuat Alana terlonjak kaget, pasalnya sejak tadi ia hanya sendirian didapur, tapi tiba tiba saja lelaki itu mengagetkannya dengan setengah berteriak tepat ditelinganya.

" kuping gue sakit Gilang " ucap Alana menggertakan rahangnya enggan menimbulkan keributan, karena anggota keluarga yang lain tengah memakan sarapan mereka di ruang makan, yang letaknya tepat disebelah dapur, tak lupa sebelah tangannya menjewer telinga Gilang.

" aw aw aw Na lepasin ntar kuping gue copot. " Gilang mengaduh kesakitan sementara itu Alana menariknya semakin kencang lalu melepasnya sekaligus.

" Nana gila,,, RIP kuping gue " Gilang mengelus kupingnya yang sudah memerah dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.

" makanya jangan usil jadi orang " ketus Alana ia meniup poninya keatas karna kesal.

" gue tuh khawatir penunggu rumah sakit nempel di elu,, soalnya kan tadi malem lu ganggu mereka sama suara tangisan lo "

" mau lagi ?" Ancam Alana

" nggak, " tolak Gilang cepat sambil menjauh lalu menutup kedua telinganya dengan tangan.

" Nana,,, jangan gitu dong,, kasian Gilangnya. " suara bunda yang tiba tiba menyela, membuat keduanya berbalik menghadap wanita paruh baya tersebut.

" Gilang duluan bunda " bela Alana cepat

" Nana duluan bunda " tak mau kalah Gilang membela dirinya dan berbalik menyalahkan Alana, membuat bundanya menggelengkan kepala lalu tersenyum karena tingkah mereka tidak pernah berubah, ibarat musuh abadi si kucing Tom dan si tikus Jerry, padahal mereka baru bertemu kembali setelah tujuh tahun, Gilang memang memilih melanjutkan SMA dan kuliahnya di luar negeri, hingga ia menyelesaikan kuliahnya beberapa bulan lalu.

" duh,, kalian tuh ya,, udah udah,, nanti bubur manadonya keburu dingin,, kasian Tsania, pasti udah kelaperan. " bundanya mengingatkan

" oh iya lupa,,, " Alana menepuk jidatnya lalu segera bersiap untuk segera kerumah sakit.

" gue ambil tas dulu dikamar,, awas kalo sampe Tsania kelaperan semuanya gara gara lo. " ucap Alana sebelum ia berbalik menuju kamarnya.

" gue ganteng gue sabar " Gilang mengelus dadanya, yang sukses menimbulkan kekehan di mulut bunda Alisya, bundanya Alana.

" bunda jadi keinget kalian waktu masih kecil deh " celetuknya sambil menuangkan air di gelas yang ia bawa, tujuan awal sebenarnya ia ke dapur ialah mengambil air untuk suaminya, karena air di meja makan habis, lalu ia tanpa sengaja menonton perdebatan dua teman kecil itu yang terlalu sayang untuk dilewatkan.

" udah lama loh,, bunda gak liat Nana kayak tadi, " ujarnya lagi.

" masa sih bunda,, hee emang Raisa sama Nana gak pernah berantem? " Gilang menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

" Icha kan sekolah di luar negri juga kayak Gilang,, jadi mereka jarang ketemu,, " jawab bundanya menatap kosong kearah depan, selintas Gilang menangkap raut wajah sedih pada wajah ibu tiga anak tersebut.

" oh gitu ya bun " memilih abai, Gilang menanggapi ucapan bunda Alisya dengan singkat.

" oh iya, hampir lupa ayah pasti lagi nunggu minumnya,, bunda keruang makan lagi ya,, kalo ada apa apa panggil bunda aja." Tak mau berlarut dalam ingatan menyedihkan yang tiba tiba muncul wanita paruh baya itu mengalihkan pembicaraan dan segera kembali ke meja makan untuk kembali bergabung bersama suami dan anak anaknya, diikuti tatapan penasaran Gilang.

" oii Lang " tepukan dibahu dan teriakkan ditelinganya mampu membuat Gilang terkejut dan menatap orang yang menepuknya itu tajam.

" lo balas dendam." Alana terkekeh pelan.

" jangan liatin bunda kayak gitu, punya ayah gue itu. "

" anjir lu,, dikira gue doyan bini orang " sungut Gilang yang disambut kekehan kecil dari Alana, entah mengapa Alana jadi banyak bicara dan bercanda ketika Gilang disekitarnya, padahal biasanya ia hanya seperti itu dengan Tsania saja, entahlah mungkin virus cerewet dan usil Gilang sudah menyebar padanya.

" bunda Nana pa...mit " ucap Nana terpotong ketika melihat sosok yang sangat ingin ia temui tapi tidak untuk saat ini.

" Loh,, kakak ngapain disini ? " itu bukan suara Nana, tapi Gilang. Raka yang tak menyangka akan bertemu sang adik dirumah tunangannya itu malah balik bertanya.

" kamu ngapain disini ?"

" Nana gak bilang Raka mau dianter Gilang?" Tanya ayahnya ikutan heran, Alana meremat ujung kemeja yang ia kenakan, ia juga bingung karna tak menyangka jika Raka akan datang pagi ini, ia menyesali kecerobohannya karena tidak memberitahu Raka tentang hal ini.

" oh iya,, Gilang lupa, tadi Nana titip pesen buat bilang ke kakak,, hehe sorry ya kak. Lagian bukannya kakak ada meeting ya pagi ini." Gilang memecah keadaan yang sempat hening lalu terkekeh pelan disambut anggukan paham dari ayah 3 anak itu.

Alana menghembuskan nafas lega perlahan, ia mengucap syukur dalam hati tanpa sadar dua orang yang duduk bersebrangan mengapit sang kepala keluarga mereka menangkap ekspresi lega darinya, sementara adiknya hanya acuh sambil melanjutkan sarapannya.

" Kalo gitu Raka pamit dulu, semuanya " ucap Raka, mengikuti alur permainan yang diciptakan oleh Gilang

" Nana sama Gilang pergi dulu ya " susul Alana buru buru.

" hati hati ya,, bilang Tsania nanti bunda jenguk siang "

" iya bun " jawab Alana

" jangan ngebut ya Lang " itu pesan ayahnya.

" siap laksanakan. " Gilang memberi hormat layaknya seorang tentara yang disambut kekehan kecil dari pria setengah baya tersebut.

Selepas kepergian mereka bertiga, adik bungsu Alana yang sudah selesai dengan sarapannya berdiri, lalu mencium bunda dan kakaknya sebagai tanda pamit sebelum pergi, namun mengabaikan ayahnya yang menatapnya sendu tanpa mengucapkan sepatah katapun. Bukan rahasia lagi jika hubungan ayah dan anak itu tidak baik baik saja, selain dihadapan orang banyak, tak pernah ada percakapan ataupun interaksi layaknya ayah dan puterinya, hal itu tentu saja menyakiti hati perempuan paling sabar dirumah itu, namun ia hanya mampu menerimanya dan menahan semua rasa sakit itu sendiri.

" Rion berangkat dulu bun, ayo Yah " putera sulung yang selalu menjadi kebanggan ayah dan bundanya itu mencoba mengabaikan hal yang sebenarnya juga membuat ia sakit, namun iapun tak mampu berbuat apa apa meskipun ia ingin, ia selalu tak tega melihat wanita yang telah melahirkannya kedunia itu terluka setiap saat, tapi lagi lagi ia tak memiliki kuasa itu, ia benar benar lemah dan merasa tidak berguna sama sekali untuk keluarganya sendiri.

 #####

" Na, kita harus ngomong " melihat Tsania tertidur setelah gadis itu meminum obatnya, Gilang menggunakan kesempatan itu untuk mengajak Alana berbicara dengannya. Ia harus tau dengan yang terjadi antara kakak dan teman kecilnya itu.

" apa yang pengen lo tanyain? " setelah berada ditaman rumah sakit Alana bertanya langsung pada Gilang, suasana hatinya semakin kacau setelah bertemu Raka pagi tadi.

" Lo baik baik aja? " Gilang to the point, Alana tersenyum singkat. Lalu mengangguk.

" dont be pretend, your face show otherwise " Alana tersenyum kecut, Gilang mode inggris artinya ia sedang serius dan tak ingin mendengar kebohongan. Hal itu sudah menjadi kebiasaan lelaki dihadapannya sejak kecil.

" what should I say? " tanya Alana balik

" all of you, my brother and your sister. " jawab Gilang cepat.

" Lo tau sesuatu ? " Alana terperanjat mendengar Gilang menyangkutkan pautkan adiknya, karna ia pikir hanya ia yang tau tentang kemungkinan jika tunangannya ada hubungan khusus dengan sang adik. Bahkan ketika bercerita dengan Tsania, ia menyembunyikan perihal fakta bahwa perempuan yang mereka temui, oh ralat yang tanpa sengaja ia dan Tsania pergoki sedang bersama tunangannya itu adalah adiknya.

" gue liat apa yang lo liat di mall kemaren. " ungkap Gilang, ia memang tak mengetahui kepastian hubungan kakaknya dengan adik bungsu Alana, tapi ia yakin dengan melihat interaksi mereka kemarin saat di mall, keduanya terlihat akrab, dan mungkin terlalu akrab untuk ukuran calon ipar, apalagi keduanya terlihat nyaman satu sama lain ditambah kebohongan Raka yang mengatakan bahwa ia baru pulang dari luar kota tepat sebelum pesta ulang tahun neneknya dimulai dan ketika dipestapun ia sering menangkap kakaknya sedang menatap Raisa dengan tatapan memuja, jangan lupakan outfit yang dipakai kakaknya sebelum berganti pakaian tampak serasi dengan dress yang digunakan Raisa dipesta itu, meski sesekali ia melihat kakaknya itu melirik ke arah Alana yang sedang mengobrol dengan Issabel sepupu jauhnya, namun dengan tatapan yang tak mampu ia jelaskan.

" gue gak tau pasti Lang, " lirihnya lalu menarik napas panjang tanda lelah.

" lo udah ngomong sama kak Raka?" Tanya Gilang,

" gue,,, gue,,,

Alana tak melanjutkan ucapanya, butiran bening mengalir dengan deras dari kedua ujung kelopaknya, tak peduli dengan fakta bahwa ia kembali menangis dihadapan orang yang sama dua kali dalam kurun waktu beberapa jam saja. Jujur iapun lelah, ia tak ingin semuanya semakin rumit, tapi iapun bingung harus mulai menyelesaikan masalahnya darimana.

" its oke Na,, lo bisa cerita sama gue. " Gilang mencoba menenangkan Alana, ia juga mengusap bagian belakang kepala Alana, seperti yang ia lakukan malam tadi.

" Gue,, gue takut, ka,, kalo ternyata,,,, gue orang jahatnya disini ." Alana susah payah mengatakan ketakutan sebenarnya, lalu tangisnya semakin menjadi apalagi setelah Gilang memutuskan untuk memeluknya, pemuda itu tau, yang dibutuhkan oleh Alana saat ini hanyalah orang yang memeluknya, memberikan gadis itu tempat persembunyian sekaligus tempat bersandar. Diam diam ia ikut terluka, ketika bertemu lagi dengan Alana setelah 7 tahun berpisah, Gilang pikir banyak yang berubah dari teman masa kecilnya ini, gadis kecil cengeng yang dulu sering ia jahili, yang paling sering mengadukan kenakalan yang ia lakukan pada maminya kini tumbuh dengan sangat baik, anggun bahkan salah seorang temannya yang satu kampus dengan Alana mengatakan bahwa Alana adalah salah satu gadis idaman pria di kampusnya, karna selain cantik gadis itu juga berprestasi, Ia pikir Alana baik baik saja dengan kehidupannya yang nyaris sempurna, apalagi ia juga telah menjadi tunangan kakak kandungnya sendiri semenjak tiga bulan yang lalu, Namun ternyata ia tak sepenuhnya benar, faktanya banyak yang ia sembunyikan dibalik senyum secerah mentari miliknya itu.

^_^ ^_^ ^_^

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!