Gilang sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk ketika Raka mengetuk pintu kamarnya.
" Masuk " ucapnya
" Lang,, kakak mau ngomong " Raka to the point.
" wuidih,, santai dikit bro " sahut Raka mencoba santai ketika melihat ekspresi wajah sang kakak yang terlihat sedikit tegang.
" Lang,,, kakak serius " Raka sedikit melunak tapi ekspresinya tetap tidak berubah.
" what do you want to speak ? " Gilang mulai menerka ke arah mana kakaknya itu akan berbicara.
" lo suka sama Alana ? " tanya Raka
" whatt?? " Gilang cukup terkejut mendengar pernyataan Raka.
" ini " Raka melemparkan dua foto keatas meja belajar Gilang.
" lo,, mata matain gue " bukannya menjawab, Gilang malah melontarkan pertanyaan balik kepada Raka setelah melihat foto diatas meja belajarnya yang ternyata merupakan fotonya yang sedang memeluk Alana ditaman rumah sakit siang tadi.
" jangan nanya balik, jawab aja! " ucap Raka tegas.
" oh tunggu, lo mata matain Nana? " Gilang menampilkan senyum sinisnya.
" kenapa, ada masalah? Sebagai calon adik ipar yang baik, gue cuma nenangin calon ipar gue doang kok,, gak lebih." Gilang semakin melancarkan aksinya.
" Lang,, " Raka menahan rahangnya, emosinya mendadak naik ketika mendengar kata 'calon ipar' yang dengan sengaja ditekankan oleh Gilang.
" Lo cemburu?? Gue adek lo inget. " Gilang tau kakaknya mulai terpancing.
" Lang,, kalo lo suka sama Alana gue bakal lepasin " sadar dengan ulah sang adik yang dengan sengaja memancing amarahnya, Raka segera mengutarakan tujuannya bicara dengan Gilang.
" dan setelah itu lo bebas buat jalan sama adeknya " pelan namun tepat , serangan Gilang mengenai sasaran membuat Raka membeku ditempatnya,
" dan tadi apa kata lo lepasin,, huh,, segampang itu lo ngomong, LO KALO GAK SUKA NANA NGOMONG SEJAK AWAL,, jangan lo iket trus lo gantungin gitu aja "
" Nana cerita sesuatu tentang Icha? " tanya Raka
" lo bahkan gak nanya kenapa difoto itu gue meluk Nana, lo gak perhatiin kalo Nana nangis , lo gak tau alasan Nana nangis, dan sekarang yang lo tanyain adalah tentang selingkuhan lo itu,, apa lo punya hati? " Gilang mengetatkan rahangnya berusaha menahan amarahnya yang sempat tak terkendali beberapa saat lalu, ia takut teriakkannya memancing sang mami untuk datang dan mendengar perdebatan keduanya. Tidak,.. belum saatnya mami Rima tau tentang hal ini.
" Icha bukan selingkuhan gue, Nana yang ngerusak semuanya. Lo gak tau apa apa tentang ini " tanpa sadar Raka memberi penekanan pada setiap kata yang keluar dari mulutnya, ia juga berusaha menahan emosinya ketika mendengar Gilang menyalahkan perempuan kedua yang paling ia cintai setelah ibunya.
" bahkan orang yang lo anggap perusak itu menganggap dirinya jahat karena tak sengaja masuk kedalam permainan pecundang kayak lo. Nana emang gak pantes buat lo, levelnya jauh diatas lo." ucap Gilang menusuk tepat ke jantungnya, sebelum ia memilih untuk keluar dari kamar Gilang, guna menenangkan diri setelah mendapati jawaban yang tidak sesuai dengan perkiraannya.
#####
" Eno,, pizza gue jangan diambil,, Andri liat Eno ngambil pizza gue,, "
Andri yang semenjak mendengar Tsania kecelakaan begitu khawatir, kini bisa tersenyum lega, keadaan kekasihnya sudah membaik untung saja kecelakaan yang ia alami tidak menimbulkan cedera yang cukup serius, bahkan sekarang gadis itu tengah berebut pizza yang dibawa Andri dengan Moreno, sepupunya.
Kedua orang tua Tsania hanya menggelengkan kepalanya, bukan pemandangan aneh bagi mereka untuk melihat sepasang sepupu itu bertengkar ketika bertemu namun selalu saling merindukan ketika berjauhan. Moreno adalah anak dari kakak ayahnya Tsania, mereka adalah teman berantem sejak kecil umur keduanya hanya terpaut 4 tahun, Moreno sebenarnya sangat menyayangi Tsania, ia menganggap Tsania sebagai adik kesayangannya.
" dimana mana orang habis sakit itu makanannya yang tawar tawar, yang lembut, sayuran, buah eh ini udah mau ngabisin dua box pizza, minumnya soft drink pula. Hadeuh mau heran tapi dia Tsania" guman ayahnya sambil tersenyum geli yang ternyata didengar oleh Moreno.
" bokap lu ngatain noh " ujar Moreno sambil mencoba mengambil satu juring pizza dari box dipangkuan Tsania.
" papaa " rengek Tsania manja,
" aduhh mampus nih,, Eno kok cepu sih "
" papa,, bahasanya " tegur isterinya yang hanya dijawab dengan cengiran oleh sang suami.
Sang ayah yang baru saja akan duduk kembali bangun dan membujuk puteri kesayangannya, Tsania mode sakit adalah hal yang paling merepotkan bahkan untuknya yang berstatus sebagai ayah gadis berpipi chubby itu, puterinya akan manja berkali kali lipat dan lebih cerewet dari biasanya, jangan lupakan rengekannya yang terdengar hampir setiap saat. Rasanya ia seperti mengurus Tsania yang berumur 5 tahun.
" Nana,, ada apa sayang?? " sementara 3 orang laki laki beda generasi itu sibuk menenangkan, ah lebih tepatnya 2 menenangkan dan satu lagi menambah keributan di dalam ruang pasien itu, dua orang perempuan berbeda generasi itupun memiliki dunianya sendiri.
" gak papa ma " jawab Alana
Kerutan didahi perempuan yang baru menginjak usia kepala empat awal itu nampak, sejak tadi ia heran dengan tingkah sahabat puterinya tersebut. Meskipun Alana memang selalu lebih tenang dibanding puterinya yang hyperactive namun tak biasanya gadis itu terlihat murung atau sedih, mengenal Alana sejak lima tahun terakhir, cukup membuat ia mengerti jika gadis dihadapannya ini sedang tidak baik baik saja, banyak kekhawatiran yang tergambar dibalik raut tenangnya.
" Nana bisa kok cerita sama mama." Aura keibuannya semakin kuat ketika mata dengan iris cokelat terang itu menatapnya dengan tatapan lelah.
" Nana gak papa ma " ia meyakinkan sambil tersenyum dan menggenggam tangan mama sahabatnya yang tadi mengusap pundaknya itu.
" Nana cuma khawatir sama keadaan Nia " ucap Alana meyakinkan.
" bener ya " ucap yang lebih tua.
" iya mama,, tapi sekarang Nana udah tenang, Nia udah rakus kayak biasanya tandanya Nia udah sembuh kan ma." ujar Alana memperkuat alasannya.
" iya bener kata kamu, kata papa juga,,
" mau heran tapi dia Tsania " ucap keduanya bersamaan tidak keras tapi tertangkap indera pendengaran Moreno, membuat ide jailnya seakan mendapat kesempatan untuk terus berjaya, sekaligus memperlancar strateginya untuk mengambil pizza lainnya dari dalam box dipangkuan Tsania yang sejak tadi tak juga berhasil ia dapatkan.
" Nana sama mama Agni ngatain juga noh " ucapnya
" MAAAMAAA NAANAAA " rengek Tsania membuat dua perempuan beda generasi itu segera mendekat untuk membujuknya.
" ENOOOO GAK BOLEH ITU PIZZA NIAA " Teriak Tsania ketika Moreno berusaha mengambil pizza dengan memanfaatkan keadaan ketika pandangan gadis itu teralih pada mama dan sahabatnya, namun sepertinya pemuda itu hanya bisa menggigit jari karena meskipun matanya menatap mama dan Alana, tapi sudut matanya berhasil menangkap ancaman ia kehilangan satu potong pizzanya lagi.
" yahh percuma gue cepuin,,, nihil " celetuknya sambil menatap Tsania kesal namun yang ditatap hanya menjulurkan lidahnya mengejek.
" beli sendiri sono " ucap gadis itu.
" au ah kesel gue " Moreno berbalik dan berjalan menuju pintu.
" ENNOOOO MAU KEMANA,,,, JANGAN PERGII " Semua orang kecuali Tsania dan Moreno didalam ruangan itu menutup telinga mereka setelah mendengar teriakkan Tsania
" gue laper,, mau cari makan yang enak disini gak dikasih makan gue " Moreno balik merajuk namun tertawa cekikikan didalam hatinya, jurus terakhirnya memang selalu ampuh.
" gak Eno gak boleh pergi, disini aja,, Nia kasih pizza Nia nih,, tapi jangan pergi. " sekuat tenaga Moreno mencoba menahan tawanya ketika berbalik dan mendapati sepupunya itu mulai melunak.
" tapi semuanya " Moreno masih bernegosiasi.
" iyaa, tapi balik dulu sini " Tsania mulai berkaca kaca. Jika tidak dituruti pasti hujan lokal dari kedua kelopak matanya akan segera turun dan membanjiri pipi chubby miliknya. Maka dari itu Moreno kembali mendekat dan meminta box pizza itu pada Tsania.
" Andri boleh kan? " tanya Tsania yang langsung mendapat persetujuan darinya.
" iya nanti Andri beliin lagi " sahutnya cepat, tak ingin hujan lokal dari telaga bening kekasihnya itu benar benar turun.
" pizza,, maapin yaaa Nia kasih kalian ke Eno,, Nia sayang kalian tapi Nia gak mau Eno pergi,, dadah pizza Nia " dengan penuh drama gadis gembul itu mengajak box pizza dipangkuannya berbicara bahkan memeluk dan menciumnya sesaat sebelum memberikan kotak pizza itu pada Moreno.
" tapi ganti es krim satu ember ya,, " ucap Tsania ketika menyerahkan kotak pizza itu dengan setengah hati, namun meminta penukaran dengan sepenuh hati yang menimbulkan tawa dari semua orang yang ada disana.
" gue kadang lupa kalo lo itu udah ngerayain ulang taun lo yang ke 21 " celetuk Moreno sebelum mengangguk menyetujui permintaan Tsania.
" dengan catatan, lo dapetin itu setelah sembuh. " tambah Moreno sambil menikmati pizza yang diberikan Tsania itu.
" setelah ngeliat tingkah Nia, apa kamu yakin mau ngelanjutin rencana itu ?" Menjauh dari keributan yang terjadi di ranjang pasien Tsania, papa Tsania mengajak Andri berbicara serius.
" Andri yakin pa " jawab Andri yakin
" bukankah Nia sangat merepotkan? " tanya papanya lagi
" Andri suka kok pa,, dibanding ngeliat Nia diem,, Andri lebih suka liat Nia kayak tadi.
" dih bucin " ledek yang lebih tua
" kan ngikutin papa " kedua lelaki berbeda generasi itu terkekeh dan kembali bergabung dengan yang lainnya.
^_^ ^_^ ^_^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments