Rel(A)Tionship

Rel(A)Tionship

A - 1

Brakkk...

"Cih, jadi gini kelakuan kalian? Kita selesai" ucap seorang gadis yang langsung berlari keluar kamar hotel dengan tangisnya.

Alvi Ardi Salim, cucu perempuan satu-satunya dari keluarga Salim. Ia adalah cucu kesayangan Tuan Salim, pengusaha ternama yang disegani banyak orang. Siapapun yang mendengar namanya, akan langsung tunduk tanpa perlawanan. Bukan hanya karena beliau yang memiliki banyak pengawal, tapi karena kebaikan hatinya yang membuat orang-orang segan untuk melawan.

Mobil sport Alvi melaju dengan sangat kencang menyusuri jalanan yang lumayan sepi malam itu. Dengan air mata yang terus mengalir tanpa bisa ia hentikan.

"Nih Alvi pulang" celetuk salah seorang pemuda kala melihat Alvi membuka pintu rumah.

Semua orang yang ada disana terkejut memandangi Alvi yang kacau dan berlinang air mata.

"Kenapa? Kamu diselingkuhi? Kakek sudah bilang dia bukan pria yang baik. Keras kepalamu itu yang membuat kamu terluka" omel Tuan Salim tanpa basa-basi. Beliau mengatakan hal kejam tanpa memandang cucunya sama sekali.

"Aku akan melakukan apapun, buat mereka jatuh sejatuh-jatuhnya. Aku tidak pernah menyakiti mereka, kenapa mereka menjijikkan?"

Tuan Salim meminta Alvi untuk duduk disampingnya. Ia menghapus air mata cucunya dan meminta Alvi untuk melihat seseorang yang duduk dihadapannya.

Seorang pemuda tampan yang tengah menatap Alvi dengan raut wajah datarnya. Setampan apapun pemuda itu, Alvi tak tertarik sama sekali. Walau nyatanya ia mudah jatuh cinta, tapi pemuda itu tak membuatnya merasakan rasa itu. Terlebih kala hatinya tengah terluka.

"Dia calon suami mu" ucap Tuan Salim dengan nada santai.

Alvi jelas terkejut, ia menatap mata Tuan Salim dengan pasrah. Seolah tak peduli lagi dengan apa yang akan terjadi dengan hidupnya. Bertanya pun tak ada dalam pikiran Alvi, ia hanya mengangguk tanpa alasan.

Apapun itu, dan bagaimanapun caranya Tuan Salim tak keberatan. Ia hanya perlu Alvi menyetujui hal ini, entah tulus atau tidak. Sebab ini adalah pilihan terbaik untuk sang cucu tersayang, begitulah pikir Tuan Salim.

"Bani, antar adikmu ke kamar" pinta Ardi yang merupakan Papa Alvi.

Bani mengangguk dan langsung memapah adiknya masuk ke kamar. Ia tahu hari ini Alvi benar-benar kacau. Gadis ini bahkan tak fokus pada apa yang ia setujui. Tapi walau begitu Bani ada dipihak sang Kakek, ia setuju jika pemuda itu menikah dengan Alvi, pilihan terbaik.

"Dek, tidur gih. Besok kita jalan-jalan" ucap Bani menenangkan adiknya.

"Kak, kalau gue bunuh diri, dosa kan? Terus gak bakal masuk surga ya?"

"Psst, ngaco kalau ngomong. Sana tidur, lecek banget tuh muka"

"Kakak kok baik? Biasanya sering ngejek gue, marahin gue, bilang kalau gue ini ngeselin, gue ini gak tau diri, gue pembawa sial"

Bani tidak menjawab pertanyaan adiknya. Ia memilih pergi keluar dari kamar Alvi. Sebelum benar-benar pergi, Bani memperhatikan adiknya dengan seksama. "Cuma Kakak yang boleh nyakitin adiknya bodoh" gumam Bani.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Hari berganti..

Alvi bangun dengan perasaan tak nyaman, ia malas bila harus melakukan ini dan itu. Tapi hari ini ia ada ujian dan harus masuk kelas. Langkah kakinya yang berat, matanya bahkan sembab sebab menangis semalaman.

"Jiahaha jelek banget anjir" celetuk Bani kala melihat adiknya yang abru saja bergabung di ruang makan.

Ardi sudah tak terlihat, beliau memang selalu berangkat pagi karena kesibukannya mengurus usaha mebel.

"Bacot" jawab Alvi tak kalah garang. Ia melewatkan sarapan dan langsung melajukan motornya ke kampus.

Alvi dan Bani hanya beda dua tahun. Mereka kuliah di Universitas yang berbeda. Ini adalah tahun pertama Alvi kuliah, sedangkan Bani sudah memasuki tahun ketiganya.

Hatinya masih tak kuasa bila harus bertemu dengan mereka yang membuatnya terluka. Tapi mau bagaimana lagi, Alvi harus berpura-pura tak peduli pada apapun.

"Alviii, kangen" rengek Vita yang langsung memeluk sahabatnya itu.

Alvi, Vita, dan Tasya memang bersahabat sejak SMA. Menyenangkan sekali mereka bisa satu kampus lagi. Sebenarnya ada satu lagi sahabat mereka, tapi karena suatu insiden mereka memutuskan untuk tidak lagi bersama. Tak hanya kedua gadis itu, Alvi juga mempunyai beberapa teman pria yang selalu menemani dirinya berbuat nakal dan jail.

Karena kelas telah usai, Alvi, Vita dan Tasya memutuskan untuk makan di kantin. Bergabung dengan para gerombolan Alvi yang sudah lebih dulu meramaikan kantin.

"Vi, loe gak apa-apa kan?" Tanya Tasya penasaran. Ia pikir Alvi tak akan masuk hari ini dan akan sedih setiap waktu.Tapi nyatanya ia malah terlihat baik-baik saja seolah tak pernah terjadi apapun.

"Ya gak apa-apa lah. Lagian, gue juga mau nikah. Dahlah lupain je"

"Apa? Nikah?" Seru teman-teman Alvi berbarengan.

Alvi mengangguk dan melanjutkan makannya dengan santai. Ia tak ingin menjelaskan apapun dan tak ingin membuat segalanya menjadi rumit. Yang ingin Alvi lakukan hanyalah menikmati makanannya saat ini.

"Dek" panggil seseorang langsung saja menarik perhatian.

Kedua teman wanita Alvi berteriak histeris kala melihat dua pemuda yang berdiri di belakang Alvi. Mereka langsung saja berdiri dan bertanya kabar salah satu pemuda itu. Berbeda dengan teman laki-laki Alvi yang langsung saja berpindah tempat duduk di hadapan Alvi. Mereka seakan takut pada seseorang yang datang menghampiri.

"Kak Arfii, gak berubah ya, masih ganteng aja" puji Tasya yang kegirangan.

"Iya, Kak Arfi kenapa kesini? Mau ketemu teman ya?" Imbuh Vita tak kalah heboh.

"Yaelah, gue juga human kali, gak kelihatan apa? Dek, gue sedih deh, peluk dong" rengek Bani duduk di samping Alvi.

Alvi tak peduli dan masih saja terus menikmati makanannya. Para teman lelaki Alvi bergantian menyapa Bani. Pemuda lain itu juga duduk di samping Alvi setelah lepas dari keributan yang dibuat oleh Vita dan Tasya.

Pemuda itu bernama Arfi Prayudha, ia dan Bani seumuran, satu kampus, tapi seolah dalam dunia yang berbeda. Ia bagaikan idola yang di gemari banyak kaum hawa. Selain wajah tampannya, Arfi sangat pandai dalam segala hal tak terkecuali mengaji.

"Alvi minggir dong, mau duduk di samping Kak Arfi nih" rengek Tasya.

"Arfi siapa sih? Kenapa kalian mau duduk sama dia?" Tanya Alvi seraya menoleh ke sampingnya. Ia menatap pemuda yang tengah menatapnya juga. Mata Alvi terbelalak lebar mengetahui pria di hadapannya itu.

"Loe? Loe cowok nyebelin yang sering laporin gue ke guru BK kan?"

"Ha? Apa?"

"Buahahahha" tawa Bani meledak begitu saja tanpa alasan. Arfi menatapnya dengan tajam, hingga membuat Bani tersedak karena terkejut.

"Bener kan? Dia si Ketua OSIS jutek itu kan? Cowok gila yang selalu ikut campur urusan orang lain"

Para teman lelaki Alvi mengangguk dengan wajah yang tertunduk. Tidak dengan kedua sahabat perempuannya yang mengatakan jika Arfi adalah pemuda terbaik yang diciptakan oleh Allah untuk kaum hawa. Auh, itu sangat berlebihan, tapi memang tidak bisa dipungkiri. Baru beberapa menit Arfi disana, para kaum hawa sudah menatapnya dengan niat ingin memiliki.

Terpopuler

Comments

Nii

Nii

uu

2022-10-13

0

Syah

Syah

aku mampir 👋

2022-08-02

0

@🐝⃞⃟𝕾𝕳🏚€♂️♡⃝ 𝕬𝖋🦄Love💞

@🐝⃞⃟𝕾𝕳🏚€♂️♡⃝ 𝕬𝖋🦄Love💞

aku mampir,tadi aku kira Alvinya si Arfi🤭✌️

2022-06-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!