A - 4

Malam tiba..

Alvi dan Arfi masih singgah di rumah megah Tuan Salim. Mereka masih berkumpul bersama untuk menyusun acara resepsi malam besok.

"Mau kemana?" Tanya Arfi pada Alvi yang hendak pergi keluar kamar.

"Ke kamar Kakak, gue gak mau tidur disini sendiri, serem"

"Kan sekarang tidurnya sama aku"

Alvi memiringkan kepalanya, berpikir mengenai apa yang Arfi katakan. Ah benar, ia sudah menikah dan kini suami menyebalkan itu ada dihadapannya. Tapi jika ini malam pernikahan mereka, berarti ini adalah malam pertama mereka bersama.

Langkah Alvi sedikit ragu, ia ingin menghampiri Arfi atau memilih tidur bersama Bani. Di tengah kebimbangan itu, Arfi tiba-tiba saja mematikan lampu. Alvi yang terkejut langsung saja berteriak dan menghampiri Arfi yang tiduran diatas kasur.

"Penakut"

"Gak lucu"

"Yaudah ayo, gak sabar nih" goda Arfi seraya membuka kaosnya.

Alvi menelan ludah melihat hal itu, ia mengerjakan mata beberapa kali dan salah tingkah harus bagaimana.

"Bisa gak kita melakukannya besok?"

"Tidak bisa, aku harus memilikimu malam ini"

"Tapi Fi, anu, gue itu.."

Arfi merubah posisinya dan memegang bahu Alvi. Jelas terlihat wajah istrinya yang gugup dan salah tingkah. Ia lalu tertawa, wajah istrinya terlihat begitu lucu untuknya. Arfi kembali membaringkan tubuhnya dan memakai kaosnya kembali. Ia hanya ingin menggoda Alvi, ia juga tak ingin melakukan malam pertama itu bila tak ada cinta dan kemauan dari sang istri.

Melihat Arfi yang mengurungkan niatnya, Alvi merasa begitu lega. Ia benar-benar ingin lari dari sana, tapi ketakutan membuatnya tak bisa berkutik.

"Vi, sekarang aku suamimu. Gunakan bahasa yang sopan saat berbicara denganku, dan jika kau berkata kasar aku akan menyentil bibirmu itu"

"Belum juga sehari nikah, udah ngatur aja" gumam Alvi kesal.

"Hei, harusnya kau bersyukur, kau tidak jadi nikah dengan Om-om"

"Ehehehe, Arfi ah, malu tau, jangan bahas itu. Awas aja Kak Bani ya, nyebeliiiin"

"Dan, jangan memakai pakaian seksi seperti ini di depan pria lain. Kau hanya boleh memakainya di dalam kamar, dan hanya aku yang boleh melihat"

Mendengar penuturan Arfi, Alvi sejenak memperhatikan pakaiannya. Ia rasa tak ada yang salah dengan ini. Ia tak merasa ini terlalu seksi, terlebih cara berpakaian temannya juga seperti dirinya saat dirumah. Menggunakan celana pendek dan kaos singlet bukankah wajar saja?

Alvi menoleh ke arah Arfi yang memandangi dirinya. Entah mengapa rasanya menjadi malu kala Arfi hanya menatapnya. Alvi pun menarik selimut dan bersembunyi di bawah sana. Berharap malam akan segera berlalu, aneh saja rasanya berada satu kamar dengan pria lain selain Kakaknya.

Tak ingin memikirkan yang aneh, Alvi memilih tidur sebab hari ini sangat melelahkan untuknya. Menyakini banyak tamu dengan senyuman itu sungguh memuakkan.

Beberapa jam berlalu...

Ttok... Ttok...

Suara jendela kamar Alvi di ketuk, selalu saja seperti ini kala Alvi menginap di rumah sang Kakek. Dan biasanya Alvi akan berlari menuju kamar Bani, tapi kali ini ia hendak mendekat kan jaraknya pada Arfi. Tapi sayangnya Alvi tak menemukan keberadaan Arfi di dekatnya. Suara ketukan itu semakin keras, ditambah suara tawa cekikikan membuat Alvi takut dan menangis. Ia terus memanggil nama Arfi lirih, berharap suaminya akan mendengar dan menghampiri dirinya.

Dengan mata terpejam, Alvi mencoba bangun dari tidurnya. Ia berusaha keluar kamar sambil meraba sekitar.

"Mau kemana?" Tanya Arfi yang tepat berdiri di depan Alvi.

Alvi langsung saja memeluknya erat, sambil sesenggukan ia mencibir Arfi yang tiba-tiba saja pergi entah kemana.

"Kenapa loe ninggalin gue? Gue udah bilang takut kan, gue gak mau tidur disini"

"Aku disini Vi, sholat malam. Tidak apa-apa, mereka sudah pergi, tidurlah lagi"

Gadis itu masih tak membuka matanya, tubuhnya tiba-tiba saja terasa kaku. Ia tak ingin pergi dari tempatnya berdiri dan dari posisi itu.

Arfi menggendongnya dan membaringkan Alvi di atas tempat tidur. Perlahan mata Alvi terbuka, terlihat sang suami yang tengah memakai baju kokoh dengan peci. Arfi terlihat sangat tampan sekali.

"Cengeng"

"Jangan pergi lagi ya, takut" lirih Alvi kemudian tertidur sebab tak bisa lagi menahan kantuknya.

Melihat Alvi yang tertidur kembali, Arfi membenarkan posisi gadis itu an menyelimutinya. Ia lalu berjalan menuju jendela kamar Alvi, ingin melihat apa yang berisik disana. Tak ada apapun, Arfi hanya melihat sekelebat bayangan putih yang terbang. Rupanya sang istri sangat penakut.

Setelah merapikan alat sholat nya, Arfi berbaring di samping Alvi yang tertidur lelap dengan memeluk guling. Senyuman kecil terukir di wajahnya, pada akhirnya ia bisa bersama dengan Alvi walau gadisnya tak pernah mencintai dirinya.

Sejenak Arfi berpikir, cara agar dirinya dan Alvi menjadi dekat. Mungkin benar, ia harus mengajak sang istri berkencan dan menghabiskan waktu bersama-sama sesering mungkin. Ia merasa cemburu jika Alvi masih memikirkan mantan pacarnya itu.

"Apa yang aku suka darimu? Kenapa takdir membuatku melihatmu dalam mimpiku?" Gumam Arfi lirih.

Arfi mencoba menepis pikirannya dan melanjutkan tidur. Ia pun tertidur dan terbangun saat adzan Subuh berkumandang. Ia mencoba membangunkan Alvi, tapi istrinya tak mau bangun. Alhasil, Arfi berangkat sholat di Masjid bersama para lelaki di rumah Tuan Salim.

Matahari semakin tinggi, tapi Alvi tak kunjung bangun dari tidurnya.

"Wah, kalian ngapain aja? Kenapa Alvi gak bangun-bangun?" Goda Bani yang langsung saja di bantu oleh Oddy. Mereka membuatnya seolah Arfi dan Alvi benar-benar menghabiskan malam berdua.

Tuan Salim lagi-lagi membuat kedua cucu laki-laki nya itu merasa kesakitan sebab mendapat pukulan dari tongkatnya. Bisa-bisanya kedua cucunya mengatakan hal seperti itu di depan besannya dan Pak Kyai. Tapi sebenarnya Tuan Salim pun ingin tahu apa yang terjadi semalaman.

Selepas sarapan, mereka kembali sibuk menghias rumah Tuan Salim untuk acara resepsi malam nanti.

"Bibi, mau susu coklat" pinta Alvi yang baru saja turun dari kamarnya. Dengan mata yang masih setengah terbuka, ia berjalan dan duduk di meja makan.

"Aku sudah bilang untuk tidak memakai pakaian seperti ini diluar kamar" bisik Arfi yang tiba-tiba saja berada di belakang Alvi. Ia melepas sarungnya dan memakaikan pada sang istri. Arfi tak ingin teman-temannya melihat tubuh sang istri.

"Arfi? Ngapain loe disini?"

"Aku suamimu, bicara yang sopan"

"Oh iya hehehe, lupa, maaf hm... Masih ngantuk nih"

Belum saja Alvi dan Arfi selesai berbincang, Bani dan yang lain sudah menghampiri keduanya. Bertanya ini dan itu, tapi sayangnya Alvi yang terserang kantuk tak mengatakan apapun.

"Nih bocah ya, oh, Alvi ada ujian hari ini" celetuk Bani teringat sesuatu.

"Apa? Sekarang jam berapa? Kok aku gak dibangunin?" Teriak Alvi tak kalah heboh. Ia melesat dengan cepat menuju kamarnya dan bersiap-siap.

Tak berselang lama, Alvi turun dengan pakaian yang tak rapi sama sekali. Para lelaki disana berpikir pasti Alvi tak mandi dan hanya mencuci mukanya.

"Ini kan hari Minggu dek"

"Kakak Bangs aaaaaaattttttttt"

Bani tertawa puas kemudian pergi sebelum adiknya lepas kendali.

Terpopuler

Comments

dobel up ka..

2022-06-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!