DIZOLIMI SUAMIKU
...🍂🍂🍂🍂🍂...
Yuna Rihadi atau biasa di panggil dengan Yuna. Seorang gadis berumur 25 tahun yang lahir dari keluarga berada. Ia tinggal bersama Ibu dan seorang kakak lelaki yang begitu memanjakan nya dengan berbagai hal yang mampu membuat Yuna merasa bahagia. Yuna tidak bekerja setelah tamat kuliah dan hanya menikmati kehidupan serba kecukupan nya itu. Di umurnya yang sudah cukup untuk menikah membuat Yuka sebagai sang kakak sangat menginginkan yang terbaik untuk Yuna.
Siang itu Yuna tengah menikmati makan siangnya bersama Sri dengan sangat santai.
"Makan kamu kok sedikit sekali si nak?" Tanya Sri dengan begitu perhatian. Yuna yang mendapatkan perhatian tersebut tersenyum cengengesan.
"Iya ma, aku lagi diet. Beberapa hari belakangan ini rasanya tubuhku sedikit melebar. Aku hanya menjaga pola makan ku agar tidak gemuk. Oh ya ma, boleh nggak Yuna ikut kelas yoga di tempat kebugaran milik lalita? Itu loh si sahabat Yuna waktu masih SMP." Ujar Yuna dengan penuh harap.
"Boleh dong sayang. Dari pada kamu nggak ada aktivitas di rumah mending kamu ikut kelas yoga itu, bermanfaat juga untuk tubuhmu." Jawab Sri dengan tersenyum hangat.
"Wah... Makasih banyak ma, aku sayang Mama." Ujar Yuna dengan tersenyum senang. Yuna selalu begitu sedari kecil, apapun permintaan nya selalu di kabulkan. Meski tidak banyak menuntut, Yuna begitu manja kepada mama apalagi Abang nya. Perhatian dan kasih sayang yang berlebih itu lah yang membuatnya sedikit keras kepala.
"Kamu nggak berniat membawa calon menantu mama ke rumah Yun?" Tanya Sri dengan berhati-hati, ia tau pertanyaan ini sedikit sensitif bagi Yuna. Yuna sedikit tersedak dan lansung minum air putih yang ada di hadapannya.
"Ma, kita kan udah banyak sekali membicarakan hal ini. Aku kan sudah bilang kalau suatu hari nanti ada lelaki yang berhasil mengetuk pintu hati ku, pasti aku akan kenalin ke mama. Aku janji ma." Ucap Yuna dengan tatapan yakin sambil menggenggam erat tangan mamanya. Di sana ia menyalurkan perasaan tenangnya.
Meski Yuna terharu atas perhatian sang ibu, tetap saja ada sedikit rasa tidak terima dalam hatinya. Yuna merasa keluarga nya terlalu mengatur hidupnya apalagi bersangkutan dengan perasaan.
"Baiklah, Mama percaya padamu. Jangan lama-lama ya, mama kepengen cepat momong cucu. Lihat aja tuh tetangga-tetangga kita udah punya cucu semua, mama juga pengen." Ucap Sri berharap pada Yuna. Terkadang ucapan Sri ada benarnya, bahkan beberapa sahabat Yuna pun sudah memiliki anak di usianya yang sudah terbilang cukup untuk menikah. Namun, Yuna merasa ibunya ini hanya memikirkan pandangan orang pada keluarga mereka bukan perasaan Yuna, anaknya sendiri.
"Haduh ma, kenapa harus Yuna sih? Kan bang Yuka juga belum menikah, masa Yuna mendahului nya. Suruh aja dia yang menikah duluan ma, kan nanti mama bisa tuh gendong anaknya dan pamerin ke tetangga-tetangga!" Elak Yuna kemudian, ia tidak terima mengingat kakaknya saja tidak pernah di desak seperti itu untuk menikah.
"Beda dong sayang, Mama pengen nya cucu dari kamu. Kalau dari Yuka bisa nanti-nanti saja, dia lagi terfokus sama pekerjaan nya." Yuna kehilangan cara untuk menjawab ucapan ibunya ini. Sri begitu pandai untuk mendesak keinginan nya itu pada Yuna.
"Aduh ma, ganti topik aja ya. Yuna jadi gak lapar nih!" Ujarnya jengah. Saat yang bersamaan suara pintu rumah terbuka, membuat Yuna saling menatap dengan Sri. Karena biasanya tidak ada orang yang datang apalagi lansung membuka pintu seperti itu pada siang hari.
Tidak beberapa lama, suara derap langkah kaki membuat Yuna mengalihkan perhatian nya dari Sri ke sumber suara. Di sana muncul lah Yuka dengan seorang lelaki yang sepertinya seumuran dengan Yuka, dengan pakaiannya Yuna bisa melihat bahwa lelaki itu bukan orang biasa.
"Assalamualaikum ma, kali ini aku pulang dengan membawa sahabat baik ku." Sapa Yuka yang dengan santun nya selalu tidak lupa menyalami Sri. Hal tersebut pun di ikuti oleh lelaki di belakang nya yang ia sebut sahabat.
"Kalau begitu silahkan duduk nak." Titah Sri menyambut kedatangan anak dan sahabat anaknya itu dengan penuh kehangatan.
"Terimakasih tante, kenalin namaku Davi tan." Ucap nya memperkenalkan diri. Yuna menatap orang-orang di hadapannya dengan tatapan tidak suka.
'Terlalu naif dan kaku, benar-benar tidak sesuai selera ku!' Gumam Yuna dalam hatinya.
"Salam kenal ya Davi. Kenalin juga ini adik kandung nya Yuka, namanya Yuna." Ucap Sri dengan tatapan suka pada Davi. Hal tersebut membuat Yuna mengerti, ia yakin sekali bahwa ibu dan kakaknya pasti sudah merencanakan pertemuan ini khusus untuk dirinya.
"Davi." Ucap Davi menatap Yuna dengan tersenyum ramah.
"Yuna." Balasannya ketus dan menjawab jabat tangan Davi.
"Kalau begitu ayuk silahkan ikut makan nak, kalian pasti belum pada makan kan?" Tanya Sri mengubah topik agar tidak kikuk lagi.
"Iya nih ma, kami belum makan siang dari tadi. Oh ya Davi, kamu harus cobain masakan ini, karena semua makanan ini dimasak oleh Yuna. Ini sangat lezat karena ia sangat jago memasak." Puji Yuka membuat Yuna merasa mau muntah. Karena abangnya ini terlalu berlebih-lebihan dalam berucap. Yuna tidak suka.
Meski memiliki kehidupan yang layak dan sangat cukup, Yuna selalu mau mempelajari aktivitas rumah seperti halnya memasak, mencuci piring serta pakaian. Semenjak Yuna lulus kuliah, di rumah ini sudah tidak ada lagi pembantu. Ia mengambil alih memasak serta mencuci untuk memenuhi kesibukan sehari-hari nya di rumah. Meski sempat di larang oleh Yuka ataupun sang Mama, Yuna tetap melakukan apa yang ia suka dan tidak pernah mau mendengar, karena ia sedikit keras kepala.
"Boleh deh ku coba, seberapa enak nih masakannya Yuna. Tetapi dari penampilan nya sih sangat menarik, aku bahkan lansung lapar setelah melihatnya." Puji Davi yang membuat Yuna semakin mau muntah.
'Berlebihan sekali, begitu gagah menggombal. Pasti di luaran sana ia banyak memiliki wanita! Bermulut manis!" Gumam Yuna kembali dengan rasa kesal.
"Oh ya, Kamu tau nggak Yun kalau Davi ini seorang pengusaha muda yang sukses loh. Dia bahkan kemarin berhasil memenangkan tender yang begitu susah untuk orang lain dapatkan, bahkan senior-senior lainnya yang sudah berkecimpung di dunia ini pun di kalahkan nya." Ucap Yuka dengan membanggakan apa yang sahabat nya itu miliki.
"Wah, bagus itu Davi. Ibu salut pada keberhasilan kamu." Sri juga ikut-ikutan membanggakan Davi di hadapan Yuna. Yuna merupakan tipe orang yang apa adanya, karena itu ia kurang menyukai orang yang terlalu bangga dengan apa yang ia miliki.
Yuna membanting sendok ke piringnya dengan sedikit keras, menimbulkan bunyi yang mengalihkan perhatian semua orang padanya. Ia pun bangkit dari kursi meja makan itu.
"Aku sudah selesai makan, aku ke kamar dulu ya." Ketus Yuna kemudian meninggalkan tempat makan dengan hati kesal. Hal itu tidak luput dari perhatian Davi yang kaget melihat reaksi Yuna yang terang-terangan.
'Belagu sekali nih cewek! Bahkan ia terang-terangan menyatakan tidak suka atas kehadiran ku di sini. Semoga saja ia nanti akan menyesali perbuatannya ini, sangat tidak menghargai orang!" Gumam Davi dalam hatinya.
Kejadian ini membuat Sri dan Yuka menjadi tidak enak pada Davi.
"Maafkan Yuna ya nak Davi, dia tidak bermaksud lain kok. Mungkin ia ada keperluan di kamar." Jelas Sri takut jika Davi tersinggung atas perbuatan Yuna.
"Ah, nggak apa-apa kok tante." Jawab Davi dengan berat meski hatinya kesal.
"Mari makan lagi." Ajak Yuka, dalam hatinya ia sudah sedikit kesal dengan perbuatan Yuna kali ini. Yuna selalu tidak menghargai sahabatnya yang ia bawa ke rumah. Beberapa kali Yuna selalu menunjukkan rasa tidak suka pada orang-orang yang ia kenal kan padanya. Yuka bahkan sudah bingung lelaki seperti apa yang mampu mengetuk pintu hati adiknya ini.
BERSAMBUNG.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments