BAB 2

...🍂🍂🍂🍂🍂...

Malam itu Yuna tengah menikmati teh di balkon rumahnya yang menghadap lansung ke perkotaan. Cahaya gemerlap lampu malam di perkotaan mampu menenangkan pikirannya. Di sini adalah salah satu tempat ternyaman yang di sukai Yuna.

Saat tengah menyeduh tehnya, Yuna di kaget kan dengan kehadiran sang kakak yang tengah berdiri di ujung pintu menatap nya hangat.

"Ih abang, ngagetin aku tau!" Ucap Yuna yang ikut tersenyum hangat.

"Adek aku udah sering kagetan ya sekarang, ini faktor U loh dek!" Ujar Yuka yang duduk di sebelah Yuna. Yuna pun tersenyum masam menatapnya.

"Faktor-faktor u apa sih bang, ya jelas kaget lah. Nggak ada hujan atau pun badai abang tiba-tiba berdiri di sana, menatap aku dengan diam gitu. Kan bikin merinding juga!" Balas Yuna yang tidak terima di katai.

"Hahaha, iya-iya maaf deh." Ujarnya sambil terkekeh.

"Sahabat abang udah pulang?" Tanya Yuna sambil menyeruput teh di tangan nya.

"Iya, udah dari tadi. Kamu kenapa sih Yun?" Tanya Yuka yang tidak di mengerti oleh Yuna. Ia pun mengerutkan dahinya dan meletakkan cangkir teh di atas meja.

"Aku kenapa bang? Abang itu loh yang kenapa!" Ujar Yuna dengan bingung.

"Ya kamu seharusnya bisa ngehargain orang sedikit Yun, lihat saja sudah berapa orang sahabat abang yang kamu lukai perasaan nya dengan berbuat seperti itu, terang-terangan menyatakan tidak suka. Kamu harus tau kalau abang melakukan semua ini hanya untuk terbaik bagi hidup mu.

"Iya bang, aku paham kok maksud abang dan mama. Tetapi aku juga butuh privasi ku sendiri bang. Aku juga ingin memilih pilihan ku sendiri, aku tidak ingin di atur begini. Apalagi ini tentang perasaan bang." Jawab Yuna dengan mengeluarkan unek-unek di pikiran nya.

"Pilihan mu? Abang udah kasih kamu kesempatan sampai saat ini untuk mencari pilihan mu sendiri Yun, tapi apa? Dimana sekarang Danu, Kiki dan masih banyak lagi pacar-pacar mu itu yang hanya memanfaatkan uang mu Yun. Kamu seharusnya sadar, jika mereka semua tidak tulus mencintai mu, mereka hanya ingin uang mu. Oleh karena itu kamu harus dengarkan abang dan mama!" Ucap Yuka memberikan nasehat pada Yuna. Tetap saja gadis ini begitu keras kepala dan tidak mau urusan pribadi nya di ikut campuri.

"Nggak usah bahas masa lalu deh bang. Seharusnya abang sama mama ngertiin Yuna sekarang, Yuna masih belum mau menikah. Biarin aja omongan orang, Yuna nggak peduli. Suatu saat kalau udah ada yang berhasil buat hati Yuna yakin pasti deh Yuna kenalin ke abang sama Mama. " Jelasnya dengan rasa yang kesal.

"Baiklah abang akan menunggunya dan melihat apakah kamu bisa diberi kepercayaan lagi atau tidak. Abang hanya ingin kamu bahagia nantinya Yun. Kamu harus tau itu!" Ucap Yuka yang mengalah, ia begitu tau sifat adiknya ini. Tidak akan pernah habisnya bila mengelak, begitu keras kepala.

"Makasih abang, Yuna sayang banget sama abang." Ucap Yuna sambil memeluk Yuka hangat. Adik kakak ini sangat menyayangi. Apalagi Yuka begitu tidak ingin Yuna terluka walau hanya tergores sedikit pun.

***

Keesokan harinya Yuna sudah bersiap untuk pergi ke pusat kebugaran milik sahabatnya itu.

"Wah anak gadis mama udah siap-siap aja nih. Emang nya mau kemana?" Tanya Sri yang melihat Yuna keluar dari kamarnya dengan pakaian olahraga yang rapi serta elegan di tubuh nya.

"Aku mau pamit ke tempat kebugaran ya ma, soalnya kemarin aku udah bayar buat kelas yoga hari ini." Jelas Yuna sambil menyalami Sri.

"Gitu ya nak, tetapi kamu amankan bawa mobil sendiri?" Tanya Sri sedikit khawatir, mengingat Yuna selama ini jarang mengendarai mobil. Biasanya ia akan di antarkan oleh supir, sehubungan hari ini supir mereka tengah mengambil cuti pulang kampung mau tidak mau Yuna harus membawa mobil nya sendiri.

"Nggak apa-apa kok ma, tenang aja. Aman kok. Aku pamit dulu ya. Assalamualaikum." Pamit Yuna dengan mengecup manis pipi ibunya itu.

Yuna menuju ke garasi dengan semangat membara membayangkan lemak-lemak di tubuhnya akan hilang dalam beberapa hari ke depan. Ia memutuskan untuk memakai mobil Lamborghini Gallardo milik keluarga. Sepanjang jalan mata orang tertuju pada mobil yang begitu mewah itu, suara mesinnya saat melaju membuat semua orang pasti tertarik dengan mobil miliaran ini.

Selang beberapa menit akhirnya Yuna sampai di tempat kebugaran dan memarkir rapikan mobilnya. Yuna begitu semangat sampai hampir saja melupakan tas sport yang sudah ia siapkan sedari pagi tadi. Isi tas tersebut hanya pakaian ganti, handuk dan keperluan make up lainnya.

Yuna mencari tau tempat ia akan memulai yoga pertamanya melalui resepsionis di sana. Mereka begitu ramah menyabut kedatangan Yuna bahkan sampai mengantarkan Yuna lansung ke ruangan.

"Ini adalah ruangan VVIP milik pusat kebugaran ini mbak dan perkenalkan ini asisten pelatih kelas yoga yang akan mbak jalani." Ucap resepsionis tersebut dengan tersenyum hangat sambil memperkenalkan seorang lelaki di sebelah nya.

"Hai cin, kenalin aku Asyifa kembarannya Ashanty. Hehehe, maaf becanda. Nama asliku Asep, tapi panggil aja Asyifa kalau di sini. hehehe..." Ujarnya sambil terkekeh. Membuat Yuna pun ikut tertawa, bagaimana tidak lelaki yang berotot tersebut malah berucap seperti lelaki tulang lunak di luaran sana. Begitu tidak sesuai dengan tampangnya yang ganas.

"Hahaha... baiklah Asyifa kenalkan aku Yuna Rihadi, panggil saja Yuna. By the way, pelatih yoga nya mana?" Balas Yuna yang masih saja terkekeh.

"Pelatih masih ada urusan sebentar, mungkin sebentar lagi datang. Mari bersiap-siap untuk pemanasan dahulu!" Titah asisten pelatih tersebut.

Yuna pun mengikuti instruksi yang diberikan nya, tahap demi tahap berjalan lancar. Mulai dari pemanasan bagian kepala, tangan, dan kini kaki.

"1,2,3..." Ucap asisten pelatih tersebut.

Buggh... Bunyi tubuh Yuna jatuh ke lantai dengan sangat keras membuat asisten pelatih itu langsung menghadap ke belakang. Ternyata Yuna kesusahan menahan keseimbangan tubuhnya saat berdiri dengan kaki satu. Yuna jatuh dengan tubuhnya yang menghimpit pergelangan kaki nya, sehingga membuat pergelangan kaki Yuna sedikit memar.

"Aduh Yuna, kok bisa jatuh gini. Aduh..." Panik asisten pelatih tersebut membuat Yuna ikut-ikutan panik.

"Aw... Sakit, tolong dong. Pergelangan kaki aku sakit banget!" Erangan Yuna membuat Asisten pelatih tersebut melangkah keluar ruangan untuk meminta bantuan. Di waktu yang tepat ternyata ia bertemu dengan pelatih yang sudah berjalan menuju ruangan.

"Tuan, tolongin klien dong. Soalnya saat pemanasan tadi ia tidak kuat menjaga keseimbangan. Kakinya memar karena jatuh dan tubuhnya yang menindih kaki." Ucap Asisten pelatih itu dengan panik dan khawatir. Bagaimana tidak, Yuna adalah tamu VVIP yang bisa saja membuat pekerjaannya terancam sekejap mata.

"Kamu ada-ada saja, mari kita lihat!" Ujar pelatih itu dengan wajah kaget.

Yuna yang terus mengerang dan memegangi kakinya mendengar derap kaki dua orang melangkah ke arahnya.

"Aduh, sakit!" Ujar Yuna menahan sakit di pergelangan kaki nya.

"Apa kamu baik-baik saja?" Ujar seseorang yang berlutut di hadapan Yuna, Ia adalah pelatih kelas yoga yang Yuna ikuti. Mendengar suara merdu nan lembut itu membuat Yuna mengalihkan pandangannya ke depan. Di sana ia langsung terpaku di tempat.

BERSAMBUNG.....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!