He'S My Husband

He'S My Husband

Hana

“Hah, Capek banget.” Hana mengerakkan kekanan dan kekiri tubuhnya yang kelelahan itu.

“Lo belum mau pulang Hana.?” Tanya teman kantornya.

“Duluan aja, Masih ada yang belum selesai dikerjain.” Jawab Hana dengan senyumnya.

“Yaudah kami duluan ya.” Teman kantor yang bertanya tadi langsung meninggalkan kantor meninggalkan Hana sendirian disana.

“Udah gak ada lagi orang disini.” Hana menatap sekeliling dan tidak menemukan siapapun dikantor kecuali dirinya sendiri.

“Okee, ayo kita beres beres semuanya dan pulang.” Hana tersenyum lebar dan mulai membereskan meja kerjanya yang berantakan hingga kembali rapi.

“Akhirnya.” Hana tersenyum lebar melihat meja kerjanya yang sudah kembali rapi. “Waktunya pulang.” Dengan wajah senang dan sedikit kelelahan wanita itu meninggalkan kantor dengan menaiki lift dia menuju kelantai bawah dengan hanya beberapa detik saja.

“Hana.” Suara sangat tidak asing terdengar jelas ditelinganya membuat Hana menoleh kearah suara tersebut.

“Tio.” Sapanya balik dengan tersenyum lebar. Tio membalas senyuman wanita itu dan langsung menghampirinya.

“Lama banget kamu turun.” Ucap Tio dengan senyumnya.

“Ada dikit yang belum selesai tadi.” Jawab Hana dengan senyumnya. Memiliki kepribadian yang disukai banyak orang dan wajah cantik membuat Hana sering dijuluki primadona kantor dengan banyak karyawan kantor yang mencoba mendekatinya dan direspon baik olehnya namun hanya sebatas teman kerja saja begitupun dengan dia menganggap Tio yang berdiri dihadpannya saat ini.

“Pulang bareng.” Ajak Tio dengan senyumnya kepada Hana. Hana langsung mengangkat tangannya dan terlihat jam baru saja menunjuk pukul enam sore.

“Gak usah, Taxi atau angkot masih banyak diluar, Gue bisa naik itu buat pulang.” Jawab Hana dengan senyumnya.

“Tapi bakal lebih hemat kalo kamu pulang sama aku.” Ucap Tio dengan senyumnya.

“Gak usah, Gue bisa pulang sendiri.” Jawab hana dengan senyumnya.

“Itu ada angkot, Gue duluan.” Pamit Hana dengan tersenyum lebar menatap Tio dan langsung berlalu meninggalkan Tio sendiri didepan kantor.

“Tio duluan.” Hana melambaikan tangannya kepada Tio dan langsung masuk kedalam angkot yang ada disebrang jalan tersebut.

“Mau jalan berdua sama dia aja susah gimana caranya buat ngambil hatinya dia.” Tio membuang nafas panjang dan berjalan menuju keparkir dan masuk kedalam mobilnya.

"Gue gak tau lagi gimana caranya ngedeketin Hana, Dia pasti selalu ngejauh kalo dideketin." ucap Tio.

"Hah, Tio gak boleh nyerah." Tio menyemangatkan dirinya sendiri dan menghidupkan mesin mobilnya dan mobil langsung melaju dengan kecepatan sedang meninggalkan gedung perusahaan.

"Pak berenti." Hana meminta sopir angkot berhenti dan angkotpun berhenti sehingga Hana langsung membayar dan keluar dari angkot tersebut. Angkot kembali melaju dan Hana memulai kembali langkah kakinya untuk menuju ketempat tinggalnya.

Memasuki gang kecil wanita itu berjalan perlahan dengan sepinya tempat untuk menuju kerumahnya. "Hah." wanita itu berteriak kencang saat ada yang membekap mulutnya sambil menangkapnya.

"Shhtttt."

"Suara cowok." gumannya dengan berusaha melepaskan diri.

"Emmmm." Hana kembali memberontak saat ditahan dan semakin ditahan oleh lelaki yang menangkapnya.

"Jangan gerak, Diem." bisik lelaki tersebut dengan tegas membuat Hana yang tidak mengetahui lelaki itu nampak marah.

"Emmm." bukannya diam Hana malah semakin memberontak.

"Diem." bisik lelaki tadi yang semakin tegas dan membawa Hana menjauh dari tempat yang mereka berdiri tadi.

"Ketemu?." suara lelaki yang garang dan tegas sangat terdengar jelas ditelinga kedua orang itu dengan tangan Hana yang gemetaran ketakutan akan lelaki yang membekapnya saat ini.

Krekkk..

Suara kaki menginjak ranting terdengar jelas ditelinga lelaki bertubuh besar. Mata lelaki yang membekap Hana tadi membulat, Tubuhnya terasa hangat dingin takut ketahuan. "Heh." dua lelaki bertubuh besar tadi nampak tersenyum saat mendengar suara ranting patah itu dan berjalan mendekat kearah suara.

"Gak bisa kemana mana lagi lo."

"Hah." lelaki bertubuh besar tadi tidak menemukan apa apa dibalik semak tersebut dan malah ada kambing disana.

"Hah, Gimana bisa kambing." teriak kedua lelaki tersebut kesal.

"Ayo pergi mungkin dia gak disini." ajak lelaki satunya lagi. Kedua lelaki itu meninggalkan tempat tersebut dan lelaki yang membekap Hana tadi membuang nafas panjang dan lega saat keduanya pergi.

"Hah, Hah." Hana yang kehabisan nafas nampak lemah membuat lelaki yang membekapnya tadi melepaskannya tangannya.

"Kamu....."

"Tol....." lelaki tadi kembali membekap mulut Hana yang hendak berteriak kencang.

"Diem, Nanti kita ketahuan." bisik lelaki tadi saat tau jika kedua orang bertubuh besar tadi belum jauh.

"Mama." ketakutan, Iya dia sangat ketakutan sehingga matanya terpejam mencoba bangun dari keadaan yang dikiranya adalah mimpi ini. Lelaki yang membekapnya tadi mendongakkan kepalanya dan sudah tidak ada siapa siapa lagi sehingga dia membuang nafas leganya.

"Kamu gapapa kan?." tanya lelaki tadi yang nampak tulus sambil melihat tubuh yang sekiranya bisa terluka namun tidak ada luka sedikitpun ditubuh lelaki itu.

"Huh." lelaki tadi membuang nafas panjang saat terasa tubuhnya sangat panas.

"Kamu kenapa bisa disini?." tanya lelaki tadi dengan wajah yang memerah.

"Mama." Hana masih saja ketakutan dengan tangan yang gemetaran.

"Ya tuhan dia takut sama gue." guman lelaki itu.

"Tapi dia...." tubuh yang sedikit terbuka akibat berguling dan berlari membuat tubuh lelaki dihadapannya semakin panas.

"Enggak, Gak boleh." lelaki tadi menggelengkan kepalanya saat nafsunya semakin meningkat melihat tubuh Hana yang bagus itu.

Tubuh yang ketakutan ditambah tidak makan akhrinya tidak sadarkan diri tepat ditubuh lelaki yang berbadan kekar yang membekapnya tadi. "Heh." lelaki tadi kaget akan Hana yang tiba tiba berada dipelukannya.

"Eh bangun." lelaki tadi mencoba membangunkan Hana dengan memukul perlahan pipi wanita itu namun Hana sama sekali tidak bangun.

"Kayak gak asing." guman lelaki tadi dengan wajah mengerut memperhatikan dengan jelas lekuk wajah wanita yang berada didalam pelukannya tersebut.

"Anjing makin panas." rengeknya saat tubuh yang semakin memanas. Matanya terhenti didada yang sedikit terbuka dihadapannya.

Matanya membelalak kedepan dan disebrang sana ada satu rumah yang tidak mewah dan tidak pula buruk. Lelaki itu menggendong tubuh kecil yang tidak sadarkan diri dan membawanya dengan perlahan menuju rumah yang berada didekat sana. "Gak ada kuncinya." ucap lelaki itu saat tidak menemukan kunci satupun disaku celananya.

Lelaki tadi menatap ketas yang ada ditubuh Hana hingga akhirnya hatinya tergerak untuk membongkar tas tersebut dan menemukan kunci. Entah apa yang dipikirkannya sehingga mencari kunci ditas Hana dan membuka rumah yang berkunci itu namun rumah itu terbuka. "Hah kebuka." wajah gembira sangat terlihat diraut wajah lelaki itu sehingga dia kembali menggendong wanita yang ditemukannya tadi dan membawanya masuk.

Saat sudah masuk lelaki tadi meletakkan tubuh kecil Hana diatas kursi yang ada diruang utama. Matanya menatap dari atas hingga kebawah sehingga tubuh panas itu semakin menjadi panas.

"Lo mikirin apa sih Khal." gumannya dengan membuang pandang dari Hana yang tidak sadarkan diri dan berlalu menuju kekamar mandi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!