"Anak ****** berani kamu...." Julia mengangkat tangannya hendak menampar Hana dan dengar segera ditahan tangan tersebut olehnya.
"Saya akan membalas siapapun yang menyakiti ibu saya." tegas Hana dengan melototkan matanya kepada Julia.
Hana langsung menepis tangan wanita itu dan menyingkirkan wanita tersebut dari hadapan ibunya. "Mama, Mama gapapa?." tanya Hana dengan mengusap lembut wajah ibunya.
Memiliki ibu yang tidak pernah membalas satupun perbuatan dari istri pertama ayahnya membuat Hana sendiri yang harus turun tangan membalasnya. "Pasti sakit ya ma?." tanya Hana.
"****** kayak...."
"Anda tidak punya hak berbicara seperti itu kepada mama saya, Anda harus menyalahkan suami anda...."
"Nak udah." Dewi menggenggam tangan anaknya yang hendak marah tersebut, Dengan mata yang berbinar dia berharap agar anaknya tidak mencari masalah lagi.
"Pergi dari sini sebelum saya..."
"Ini belum apa apa, Gue bakal bales kalian semua." ancam Julia dan langsung meninggalkan tempat tersebut.
"A...." Hana yang emosi kembali ditahan oleh ibunya.
"Hana." nafas yang naik turun dengan cepat akibat berlari karna takut wanitanya berbuat macam macam namun dia tidak menemukan siapapun dirumah dengan keadaan rumah yang terkunci.
"Mama, Hana keluar sebentar ya." Hana tersenyum lebar kepada ibunya dengan membantu ibunya untuk kembali beristirahat sebelum dia meninggalkan sang ibu.
Hana keluar dari ruangan tersebut dan menuju kekasir. "Suster." panggil Hana.
"Iya, Ada yang bisa kami bantu?." tanya Suster dengan senyum ramahnya.
"Saya ingin ruangan ibu saya diganti dengan keamanan yang lebih baik dan lebih nyaman." ucap Hana.
"Bagaimana maksudnya kak?." suster nampak bingung akan ucapan Hana itu.
"Saya ingin mama saya dipindahkan keruangan kelas atas dengan tidak diizinkan sembarangan orang masuk dan ruangan ternyaman untuknya." jawab Hana.
"Maksud kakak, Kakak ingin pasien dipindahkan keruangan yang lebih aman?." suster nampak bingung akan jawaban Hana.
"Iya." jawab Hana.
"Baik kak akan segera kami proses namun sebelumnya pembayaran harus dilunaskan terlebih dahulu." ucap suster.
"Berapapun biayanya akan saya bayar." jawab Hana.
"Baik sebentar kak." suster mencari ruangan kosong yang ternyaman dan teraman sehingga dia menemukannya dan memberikan rincian biaya kepada Hana.
"Tiga ratus juta?." guman Hana yang sedikit kaget saat melihat total pembayaran.
"Segera hubungi kami jika ingin pasien dipindahkan." ucap suster dengan senyumnya. Hana menganggukkan kepalanya dan meninggalkan tempat tersebut dengan otak yang dipenuhi dimana mencari uang.
"Dimana gue nyari uang sebanyak ini?." guman Hana dengan wajah bingungnya.
Dritttr...
Hana langsung mengambil ponselnya. "Haikhal?." ucapnya yang lupa siapa itu Haikhal dikontaknya.
"Ah iya gue inget, Apa gue minta duit tanggung jawab aja ya sama dia?." gumannya saat ingat jika Haikhal adalah lelaki yang menidurinya tadi malam.
Hana langsung mengangkat telpon tersebut. "Halo, Kamu dimana?." tanya Haikhal yang terdengar hawatir.
"Em." Hana nampak ragu menjawab pertanyaan tersebut.
"Halo, Hana." Haikhal kembali mencoba menanyakan dimana Hana.
"Gue mau nagih yang lo bilang tadi." ucap Hana tanpa berpikir panjang.
"Em? Tanggung jawab?." tanya Haikhal yang seketika senang.
"Iya, Gue share location gue sekarang, Lo kesini." Hana langsung mematikan panggilan tersebut dan langsung mengirimkan lokasinya saat ini kepada Haikhal.
Haikhal tersenyum senang mendengarnya dan hanya beberapa detik telpon terputus sudah masuk pesan lokasi kepadanya. "Mau banget gue nikahin lo bego." gumannya dengan senyum dan masuk kembali kedalam mobil dan langsung menuju lokasi yang diberikan oleh Hana.
"Lama banget." baru beberapa menit saja Hana sudah mengeluh lama menunggu Haikhal.
Keahlian mengendarai mobil yang ahli membuat Haikhal memerlukan waktu lima belas menit untuk sampai. Matanya membelalak menyapu sekeliling mencari wanitanya hingga dia menemukannya. "Hey." dengan senyum yang mengembang Haikhal menyapa sehingga membuat Hana mendongakkan kepalanya.
"Haikhal?." tanya Hana.
"Iya." jawab Haikhal dengan senyumnya.
"Silahkan duduk." Hana mempersilahkan Haikhal untuk duduk dengan tersenyum ramah kepadanya.
Haikhal dengan senang hati mendudukkan tubuhnya dihadapan wanita itu. "Ini pesanannya." pelayan meletakkan pesanan yang dipesan oleh Hana diatas meja.
"Terima kasih." ucap Hana dengan senyumnya dan meminum minumannya dengan menarik nafas panjang mencoba releks untuk berbicara kepada Haikhal.
"Kapan mau acara nikahannya?." tanya Haikhal dengan senyumnya.
"Enggak, Gue belum mau nikah." jawab Hana sontak saat mendengar pertanyaan Haikhal.
"Jadi?, Kamu mau aku tanggung jawab gimana?." tanya Haikhal dengn wajah bingungnya.
Hana menarik nafas panjang dengan mata terpejam mencoba memberanikan dirinya. "Lo cukup kasih gue uang satu milyar gue bakal pergi dari kehidupan lo dan gak bakal minta tanggung jawab lagi, Lo gak usah nikahin gue." jawab Hana yang berharap semoga Haikhal menerima keinginannya.
"Uang?, Buat apa?." tanya Haikhal dengan wajah bingungnya.
"Bukan urusan lo mau gue kemanain tuh uang, Gue cuma minta itu sebagai pertanggung jawaban dari lo." jawab Hana dengan tangan yang memainkan satu sama lain. Haikhal menatap tangan yang gemetaran ketakutan itu, Sangat jelas jika wanita dihadapannya saat ini bukanlah mata duitan.
"Tapi kamu harus nikah sama aku, Baru aku kasih kamu uang satu milyar." ucap Haikhal.
"Gue belum mau nikah." jawab Hana dengan wajah kesalnya.
"Yaudah gak dikasih uang satu milyar nya." balas Haikhal dengan senyumnya.
"Lo..." Hana nampak kesal namun berbanding terbalik dengan Haikhal yang tersenyum lebar dan meminum minumannya.
"Kamu kenapa belum mau nikah?, Umur kamu udah siap loh buat nikah." ucap Haikhal.
"Cih, Bukan urusan lo, Kalo gak mau ngasih uang gapapa, Tapi masalah ini bakal gue...."
"Mau bawa kejalur hukum?, Kamu tadi malem nikmatin juga." bisik Haikhal dengan senyumnya menggoda wanita yang ada dihadapannya.
"Jangan sembarangan." ketus Hana dengan melototkan matanya menatap Haikhal.
"Silahkan mau bawa kejalur hukum, Nanti kalo berubah pikiran nomor aku masih yang itu dan bakalan tetep yang itu." godanya kembali dengan duduk santai dan menikmati pesanan yang dipesan oleh Hana tadi.
"Cih."
"Mbak, Dia yang bayar." Hana langsung meninggalkan tempat tersebut dengan meminta kasir meminta tagihan kepada Haikhal.
"Tuan." kasir memberi hormat kepada Haikhal namun tidak dibalas oleh Haikhal dan malah tersenyum menatap kepergian Hana.
"Berapa?." tanya Haikhal dengan wajah datarnya.
"Tuan ini res...."
"Istri saya meminta saya membayar tadi, Apa tidak mendengar?." tanya Haikhal dengan tatapan tajamnya dengan tangan yang menyodorkan kartu.
"B-baik tuan." kasir menerima kartu tersebut dan dengan segera menggeseknya dan memberikan kembali kepada pemilik.
Setelah urusan selesai direstoran dia langsung keluar. "Lo cariin info tentang Hana Rizkiya." perintah Haikhal dan langsung mematikan telpon.
"Apa yang bikin kamu gak mau nikah? Padahal umur kamu udah sepatutnya nikah." guman Haikhal dengan wajah bingung dan benar yang dihantui oleh Hana yang belum siap menikah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments