Mamanya sakit apa?

Setelah urusan selesai direstoran dia langsung keluar. "Lo cariin info tentang Hana Rizkiya." perintah Haikhal dan langsung mematikan telpon.

"Apa yang bikin kamu gak mau nikah? Padahal umur kamu udah sepatutnya nikah." guman Haikhal dengan wajah bingung dan benar yang dihantui oleh Hana yang belum siap menikah.

"Seenaknya aja dia pikir gue mau nikah ama dia, Kenal juga enggak." ketusnya dengan wajah kesal dan masuk kedalam pekarangan rumah sakit.

"Tapi ini gimana sama mama? Gue harus cari duit dimana lagi?." gumannya dengan menatap gedung besar itu. Haikhal menghentikan langkah kakinya didepan cafe yang dimasukinya tadi dan terlihat wajah kebingungan Hana.

"Biaya rumah sakit tembus sampe ratusan juta, Tabungan gue gak cukup, Apa gue minta tolong sama Ara?." ucapnya dengan wajah bingungnya.

"Iya, Gak ada pilihan lain." Hana langsung mengambil ponselnya yang ada didalam tasnya dan langsung menghubungi Ara.

"Halo ra." ucap Hana saat telpon sudah terhubung.

"Halo han, Ada apa?." tanya Ara dari sebrang telpon.

"Lo lagi dimana?." tanya Hana yang nampak sedikit ragu.

"Gue lagi dirumah, Kenapa Han?." tanyanya kembali.

"Bisa..."

"Ah, Pelan." terdengar suara ******* dari sebrang telpon membuat raut wajah Hana langsung berubah.

"Kenapa Han?." tanyanya kembali saat tidak mendengar dengan jelas apa yang diucapkan oleh Hana.

"Ga jadi." jawab Hana dan langsung mematikan telpon tersebut.

"Cih dia aja cari uangnya kaga tau dari mana, Gak mungkinkan ngobatin mama pake uang gak jelas." umpatnya dengan wajah kesal dan berjalan masuk kedalam rumah sakit.

"Seinget gua, Alasan dia kerumah sakit karna mamanya sakit." ucap Haikhal dengan menatap gedung besar tersebut.

"Mamanya sakit apa?." gumannya.

"Gue ikutin aja." ucapnya dan langsung menyebrangi jalan menuju kerumah sakit tersebut.

"Sus, Biaya untuk pindahannya berapa?." tanya Hana.

"Ah tuan." seluruh karyawan disana menundukkan sedikit tubuh mereka kepada Haikhal yang pastinya adalah pemilik rumah sakit tersebut.

"Ini." suster memberikan rincian biaya yang harus dibayar sebelum perpindahan ruangan kepada Hana dengan diterima dengan berat hati oleh Hana.

"Tuan." suster yang memberikan rincian pembayaran kepada Hana ikut menunduk saat melihat Haikhal berjalan mendekat namun Hana tidak memperdulikan siapa itu dan langsung melangkahkan kaki meninggalkan tempat tersebut dengan mata yang terus menatap rincian pembayaran yang harus dibayar olehnya.

"Yatuhan." Hana meremas rincian pembayaran tersebut dan sangat bisa dilihat oleh Haikhal.

"Dia kenapa bisa disini?." tanya Haikhal kepada suster yang baru selesai berbicara kepada Hana.

"Siapa tuan?." tanya suster yang nampak linglung.

"Dia." ucap Haikhal dengan menatap Hana yang baru saja berbelok.

"Ah, Ibunya dirawat disini tuan." jawab suster.

"Penyakit apa?." tanya Haikhal.

"Penyakit jantung tuan." jawab suster tersebut.

"Biayanya?." Haikhal meminta rincian biaya kepada suster.

"Ah?." suster nampak bingung.

"Rincian biaya ibunya dia." ucap Haikhal dengan wajah datarnya membuat suster mengerti dan langsung mengikuti perintah.

"Ini tuan." ucap suster dengan memberikan biaya rumah sakit ibunya Hana kepada Haikhal.

"Pantesan minta duit banyak, Biayanya lumayan mahal." gumannya saat melihat total biaya yang hampir tiga ratus juta itu.

"Eh tapi dia minta ruangan vvip, Tapi dia tau kalo dia lagi gak ada uang." Haikhal nampak bingung saat di rincian tersebut tertulis ruangan vvip.

"Bawain parsell kerumah sakit xxxx." Haikhal langsung mematikan telpon saat sudah menghubungi asistennya.

"Ikutin yng dia mau, Bilang kalo biaya bisa dibayar belakangan." ucap Haikhal dengan mengembalikan rincian biaya rumah sakit ibu Hana kepada perawat.

"Tuan, Hah." terdengar suara dengan nafas yang nail turun dengan cepat menghampirinya.

"Makasih." Haikhal langsung mengambil parsel yang dibawakan oleh asistennya tersebut dan berjalan meninggalkan tempatnya berdiri tadi namun kakinya kembali berhenti dan menoleh kebelakang.

"Inget apa yang saya bilang tadi." ucap Haikhal dengan tatapan tajamnya kepada perawat.

"Baik tuan." jawab perawat dengan memberikan sedikit hormat. Haikhal tidak mengeluarkan suara lagi dan langsung menuju keruangan ibu Hana yang dilihatnya di rincian biaya tadi.

"Mama, Pipi mama sakit?." tanya Hana dengan mengusap lembut wajah sang ibu.

Ibunya tersenyum manis. "Enggak, Enggak sakit sayang." jawab ibunya dengan mengusap kembali tangan anaknya yang berada ditangannya.

Haikhal membuang nafas panjangnya dan membuka perlahan pintu ruangan tersebut dan membuat Hana menoleh kearah pintu tersebut begitupun dengan sang ibu. Mata Hana membulat saat melihat Haikhal yang masuk tiba tiba kedalam ruangan ibunya namun Haikhal dia malah tersenyum tipis kepada ibu Hana yang menatapnya sehingga ibu Hana membalas senyuman orang yang tidak dikenal itu.

"Lo ngapain kesini?." tanya Hana dengan berjalan mendekat kearah lelaki itu.

"Mau jenguk calon mertua." jawab Haikhal dengan senyumnya dan melewati Hana yang nampak kesal dan meletakkan parsel yang dibawanya tadi disamping ranjang.

"Kamu siapa?." tanya ibu Hana dengan wajah tulus tidak terlihat seperti kebingungan sama sekali akan kedatangan Haikhal.

"Saya Haikhal, Calon suami Hana." jawabnya dengan percaya diri, Mata Hana membulat saat mendengar ucapan tersebut namun tidak dengan ibunya yang langsung memasang wajah sumringah saat mendengar jawaban dari lelaki bertubuh kekar dihadapannya saat ini.

"Hana kamu kenapa gak bawa Haikhal ketemu mama dulu sebelum ngerencanain nikah?." bukannya kecewa karna tidak diberitahu terlebih dahulu ibu Hana malah senang akan hal tersebut.

"Mama bukan, Dia bukan...."

"Kami kenal udah lama ma." Haikhal langsung merangkul pinggang Hana sedangkan Hana menatap kesal kepada tangan yang sembarangan menyentuh tubuhnya dan setelah itu menatap kepada Haikhal.

"L..."

"Mama seneng banget dengernya, Kapan mau nikah? usahin supaya nikahnya secepatnya karna nanti takut mama gak bisa liat kalian nikah." wajah yang tersenyum tulus membuat niat Hana terurung ingin memarahi Haikhal, Wajah yang memang sangat ingin melihatnya menikah membuat wajah Hana seketika berubah drastis dari awalnya emosi akan kehadiran dan perkataan Haikhal saat ini malah merasa sakit hatinya.

Haikhal melepaskan tangannya dan kembali duduk disamping ibu Hana. "Mama, Mama gak boleh ngomong gitu, Mama bakal liat kami nikah dan bakal selalu nemenin kami." ucap Haikhal dengan senyum tulusnya. Dewi langsung tersenyum saat melihat wajah tulus itu namun tidak dengan Hana yang sama sekali tidak bergeming.

"Iya semoga, Jadi kapan kalian mau nikahnya?." tanya Dewi dengan senyum senangnya.

"Minggu depan waktu mama diizinin keluar." Ujar Hana saat wajah senyum senang terlukis indah diwajah ibunya.

"Beneran nak?." tanya Dewi yang tidak percaya akan anaknya yang sudah mendapatkan pasangan.

Haikhal menoleh kearah wanita itu. Hana langsung tersenyum dan berjalan mendekat kearah ibunya tersebut, Dia menggenggam kedua tangan yang sudah keriput itu. "Iya." jawab Hana dengan senyumnya. Haikhal yang pada awalnya kebingungan langsung tersenyum lebar saat melihat Hana yang juga tersenyum.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!