NovelToon NovelToon

He'S My Husband

Hana

“Hah, Capek banget.” Hana mengerakkan kekanan dan kekiri tubuhnya yang kelelahan itu.

“Lo belum mau pulang Hana.?” Tanya teman kantornya.

“Duluan aja, Masih ada yang belum selesai dikerjain.” Jawab Hana dengan senyumnya.

“Yaudah kami duluan ya.” Teman kantor yang bertanya tadi langsung meninggalkan kantor meninggalkan Hana sendirian disana.

“Udah gak ada lagi orang disini.” Hana menatap sekeliling dan tidak menemukan siapapun dikantor kecuali dirinya sendiri.

“Okee, ayo kita beres beres semuanya dan pulang.” Hana tersenyum lebar dan mulai membereskan meja kerjanya yang berantakan hingga kembali rapi.

“Akhirnya.” Hana tersenyum lebar melihat meja kerjanya yang sudah kembali rapi. “Waktunya pulang.” Dengan wajah senang dan sedikit kelelahan wanita itu meninggalkan kantor dengan menaiki lift dia menuju kelantai bawah dengan hanya beberapa detik saja.

“Hana.” Suara sangat tidak asing terdengar jelas ditelinganya membuat Hana menoleh kearah suara tersebut.

“Tio.” Sapanya balik dengan tersenyum lebar. Tio membalas senyuman wanita itu dan langsung menghampirinya.

“Lama banget kamu turun.” Ucap Tio dengan senyumnya.

“Ada dikit yang belum selesai tadi.” Jawab Hana dengan senyumnya. Memiliki kepribadian yang disukai banyak orang dan wajah cantik membuat Hana sering dijuluki primadona kantor dengan banyak karyawan kantor yang mencoba mendekatinya dan direspon baik olehnya namun hanya sebatas teman kerja saja begitupun dengan dia menganggap Tio yang berdiri dihadpannya saat ini.

“Pulang bareng.” Ajak Tio dengan senyumnya kepada Hana. Hana langsung mengangkat tangannya dan terlihat jam baru saja menunjuk pukul enam sore.

“Gak usah, Taxi atau angkot masih banyak diluar, Gue bisa naik itu buat pulang.” Jawab Hana dengan senyumnya.

“Tapi bakal lebih hemat kalo kamu pulang sama aku.” Ucap Tio dengan senyumnya.

“Gak usah, Gue bisa pulang sendiri.” Jawab hana dengan senyumnya.

“Itu ada angkot, Gue duluan.” Pamit Hana dengan tersenyum lebar menatap Tio dan langsung berlalu meninggalkan Tio sendiri didepan kantor.

“Tio duluan.” Hana melambaikan tangannya kepada Tio dan langsung masuk kedalam angkot yang ada disebrang jalan tersebut.

“Mau jalan berdua sama dia aja susah gimana caranya buat ngambil hatinya dia.” Tio membuang nafas panjang dan berjalan menuju keparkir dan masuk kedalam mobilnya.

"Gue gak tau lagi gimana caranya ngedeketin Hana, Dia pasti selalu ngejauh kalo dideketin." ucap Tio.

"Hah, Tio gak boleh nyerah." Tio menyemangatkan dirinya sendiri dan menghidupkan mesin mobilnya dan mobil langsung melaju dengan kecepatan sedang meninggalkan gedung perusahaan.

"Pak berenti." Hana meminta sopir angkot berhenti dan angkotpun berhenti sehingga Hana langsung membayar dan keluar dari angkot tersebut. Angkot kembali melaju dan Hana memulai kembali langkah kakinya untuk menuju ketempat tinggalnya.

Memasuki gang kecil wanita itu berjalan perlahan dengan sepinya tempat untuk menuju kerumahnya. "Hah." wanita itu berteriak kencang saat ada yang membekap mulutnya sambil menangkapnya.

"Shhtttt."

"Suara cowok." gumannya dengan berusaha melepaskan diri.

"Emmmm." Hana kembali memberontak saat ditahan dan semakin ditahan oleh lelaki yang menangkapnya.

"Jangan gerak, Diem." bisik lelaki tersebut dengan tegas membuat Hana yang tidak mengetahui lelaki itu nampak marah.

"Emmm." bukannya diam Hana malah semakin memberontak.

"Diem." bisik lelaki tadi yang semakin tegas dan membawa Hana menjauh dari tempat yang mereka berdiri tadi.

"Ketemu?." suara lelaki yang garang dan tegas sangat terdengar jelas ditelinga kedua orang itu dengan tangan Hana yang gemetaran ketakutan akan lelaki yang membekapnya saat ini.

Krekkk..

Suara kaki menginjak ranting terdengar jelas ditelinga lelaki bertubuh besar. Mata lelaki yang membekap Hana tadi membulat, Tubuhnya terasa hangat dingin takut ketahuan. "Heh." dua lelaki bertubuh besar tadi nampak tersenyum saat mendengar suara ranting patah itu dan berjalan mendekat kearah suara.

"Gak bisa kemana mana lagi lo."

"Hah." lelaki bertubuh besar tadi tidak menemukan apa apa dibalik semak tersebut dan malah ada kambing disana.

"Hah, Gimana bisa kambing." teriak kedua lelaki tersebut kesal.

"Ayo pergi mungkin dia gak disini." ajak lelaki satunya lagi. Kedua lelaki itu meninggalkan tempat tersebut dan lelaki yang membekap Hana tadi membuang nafas panjang dan lega saat keduanya pergi.

"Hah, Hah." Hana yang kehabisan nafas nampak lemah membuat lelaki yang membekapnya tadi melepaskannya tangannya.

"Kamu....."

"Tol....." lelaki tadi kembali membekap mulut Hana yang hendak berteriak kencang.

"Diem, Nanti kita ketahuan." bisik lelaki tadi saat tau jika kedua orang bertubuh besar tadi belum jauh.

"Mama." ketakutan, Iya dia sangat ketakutan sehingga matanya terpejam mencoba bangun dari keadaan yang dikiranya adalah mimpi ini. Lelaki yang membekapnya tadi mendongakkan kepalanya dan sudah tidak ada siapa siapa lagi sehingga dia membuang nafas leganya.

"Kamu gapapa kan?." tanya lelaki tadi yang nampak tulus sambil melihat tubuh yang sekiranya bisa terluka namun tidak ada luka sedikitpun ditubuh lelaki itu.

"Huh." lelaki tadi membuang nafas panjang saat terasa tubuhnya sangat panas.

"Kamu kenapa bisa disini?." tanya lelaki tadi dengan wajah yang memerah.

"Mama." Hana masih saja ketakutan dengan tangan yang gemetaran.

"Ya tuhan dia takut sama gue." guman lelaki itu.

"Tapi dia...." tubuh yang sedikit terbuka akibat berguling dan berlari membuat tubuh lelaki dihadapannya semakin panas.

"Enggak, Gak boleh." lelaki tadi menggelengkan kepalanya saat nafsunya semakin meningkat melihat tubuh Hana yang bagus itu.

Tubuh yang ketakutan ditambah tidak makan akhrinya tidak sadarkan diri tepat ditubuh lelaki yang berbadan kekar yang membekapnya tadi. "Heh." lelaki tadi kaget akan Hana yang tiba tiba berada dipelukannya.

"Eh bangun." lelaki tadi mencoba membangunkan Hana dengan memukul perlahan pipi wanita itu namun Hana sama sekali tidak bangun.

"Kayak gak asing." guman lelaki tadi dengan wajah mengerut memperhatikan dengan jelas lekuk wajah wanita yang berada didalam pelukannya tersebut.

"Anjing makin panas." rengeknya saat tubuh yang semakin memanas. Matanya terhenti didada yang sedikit terbuka dihadapannya.

Matanya membelalak kedepan dan disebrang sana ada satu rumah yang tidak mewah dan tidak pula buruk. Lelaki itu menggendong tubuh kecil yang tidak sadarkan diri dan membawanya dengan perlahan menuju rumah yang berada didekat sana. "Gak ada kuncinya." ucap lelaki itu saat tidak menemukan kunci satupun disaku celananya.

Lelaki tadi menatap ketas yang ada ditubuh Hana hingga akhirnya hatinya tergerak untuk membongkar tas tersebut dan menemukan kunci. Entah apa yang dipikirkannya sehingga mencari kunci ditas Hana dan membuka rumah yang berkunci itu namun rumah itu terbuka. "Hah kebuka." wajah gembira sangat terlihat diraut wajah lelaki itu sehingga dia kembali menggendong wanita yang ditemukannya tadi dan membawanya masuk.

Saat sudah masuk lelaki tadi meletakkan tubuh kecil Hana diatas kursi yang ada diruang utama. Matanya menatap dari atas hingga kebawah sehingga tubuh panas itu semakin menjadi panas.

"Lo mikirin apa sih Khal." gumannya dengan membuang pandang dari Hana yang tidak sadarkan diri dan berlalu menuju kekamar mandi.

Nomor siapa?

"Lo mikirin apa sih Khal." gumannya dengan membuang pandang dari Hana yang tidak sadarkan diri dan berlalu menuju kekamar mandi.

"Hah plisss ini sama sekali gak mempan." lelaki tersebut nampak prustasi saat suhu tubuhnya sama sekali tidak turun dan malah semakin panas.

Lelaki itu bangun dari dalam bak mandi dan keluar kembali keruang utama dan masih terlihat jelas dimatanya jika wanita yang bersamanya masuk kedalam rumah itu matanya masih tertutup. Dia menelan silivanya saat melihat tubuh seksi itu hingga tanpa sadar kakinya berjalan mendekat dan berjongkok dihadapan wanita itu.

"Gak asing dia dimata gue." tangan yang mulai merambat kemana mana menyentuh tubuh wanita itu dengan lembutnya. Tanpa sadar lelaki itu menikmatinya dan membopong wanita tersebut menuju kekamar yang tidak terkunci dirumah tersebut.

Keinginan ingin meniduri wanita itu semakin diubub ubun sehingga lelaki melepaskan seluruh penutup tubuhnya setelah itu melepaskan penutup tubuh wanita yang masih tidak sadarkan diri diatas ranjang. Wajah cantik dan tubuh yang mulus membuatnya semakin menginginkan wanita itu.

"Dia adalah wanita milik aku." ucap lelaki tadi dan melakukan keinginannya.

Keesokan paginya.

"Ah **** kepala gue sakit." ketus lelaki tadi dengan memegang kepalanya dan menatap kesamping.

"Ken...." apa yang dilakukannya tadi malam terekam jelas ditelinganya membuat dia menatap lekat wanita yang sudah ditiduri olehnya.

"Kenapa gue bisa nidurin dia." guman lelaki itu yang kembali mengingat kejadian yang membuatnya meniduri wanita yang ada disampingnya saat ini.

"Ah **** gue inget, Kemarin ada yang ngasih gue obat abis itu gue dikejer sama bodyguard mama dan ketemu sama dia dan....." ucapannya terpotong melihat wanita yang tanpa busana disampingnya.

"Dia kayak gak asing dimata gue." guman lelaki itu kembali dengan menatap lekat wanita yang masih tertidur nyenyak tanpa busana disebelahnya itu.

Mulut yang berbicara tidak asing dan memasang wajah bingung sontak tiba tiba membentuk sebuah senyuman tampan. "Iya, Dia punya gue." ucapnya dengan mengusap lembut wajah wanita yang masih tertidur nyenyak itu.

"Mandi dulu aja, Abis itu siapin air mandi buat dia." ucap lelaki tadi yang langsung bangkit dari tidurnya dan menutup begus bagus tubuh wanita yang sudah ditidurinya tadi malam.

"Aku mandi dulu." bisiknya dengan mencium pucuk kepala wanita tersebut dan berlalu masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Bibirnya terus saja tersenyum mengingat apa yang terjadi tadi malam, Kejadian yang teringat jelas dibenaknya sebab saat melakukan hubungan badan dirinya sadar. "Gue dapet." gumannya dengan wajah girangnya sehingga hanya beberapa puluh menit saja dia berada didalam kamar mandi dan setelah itu keluar kembali dan terlihat wanitanya masih tertidur nyenyak.

Senyum diwajah lelaki itu sama sekali tidak pudar dan duduk disamping wanitanya tersebut. Dengan lembut tangannya mengusap wajah cantik itu. "Sa...."

Drittttt....

Ponselnya berbunyi dan membuat raut wajahnya seketika berubah menjadi kesal dan mematikan telpon tersebut dan kembali mengusap wajah wanita yang ada dihadapannya tersebut namun ponselnya masih kembali berbunyi sehingga membuatnya berdiri dan menjauh untuk mengangkat telpon.

"Kenapa?, Gue gak lagi dikantor dan ini...."

"Tuan, Eyang menyuruh anda untuk pulang sekarang juga." bisik asisten pribadinya dari balik telpon.

"Enggak, Gue masih ada urusan." ketusnya yang hendak mematikan telpon.

"Tuan, Eyang bilang jika anda tidak pulang beliau akan menghentikan suntikan dana kepada perusahaan kita." balasnya yang membuat lelaki tersebut mengurungkan niatnya untuk mematikan telpon.

Lelaki tadi menoleh kebelakang dan masih terlihat jelas jika wanita yang ditidurinya tadi malam masih nyaman dialam mimpi. "Gue pulang." lelaki itu langsung mematikan telpon dan berjalan mendekat kearah wanitanya.

"Tidur kayak gini terus sampe urusan selesai, Aku bakalan balik lagi." bisiknya dengan memberikan sebuah kecupan didahi Hana dan berlalu meninggalkannya.

Tubuh Hana bergerat saat mendengar suara pintu tertutup. "Ah." kakinya langsung menyatu saat merasakan sakit yang sangat sakit.

Matanya langsung terbuka dan sontak langsung duduk. Kejadian semalam yang terasa mimpi bisa diingat olehnya dengan tangannya yang melihat tubuhnya dan terlihat tubuhnya tidak mengenakan apapun. "Hah." tubuh yang mematung seketika saat sadar jika mimpi yang menurutnya adalah kenyataan.

"Gue bakalan tanggung jawab." ucapan lelaki yang menidurinya tadi malam teringat jelas dibenaknya sehingga Hana langsung berdiri namun kembali duduk akibat kesakitan.

"Hah, Mama." air mata seketika mengalir deras saat keperawanannya direnggut oleh lelaki asing yang saat ini kabur.

Wanita tersebut marah, Kesal dan sedih saat apa yang sudah dijaga olehnya selama bertahun tahun ini diambil oleh lelaki yang sama sekali tidak diketahuinya namun dis tidak bisa berbuat apa apa dan terus saja menangis hingga satu jam berlalu dan merasa saat menggerakkan kaki tidak sakit lagi dia bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan kekamar mandi namun langkah kakinya terhenti tepat dilemari disamping ranjang yang ada nomor telpon dan juga nama lelaki.

"Haikhal +62xxxxxxxxxx."

"Nomor siapa?." gumannya dan langsung teringat akan lelaki tadi malam dan langsung mengambil ponselnya dan menghubungi nomor tersebut.

Nomor tersebut terhubung membuat Hana meremas kertas yang digenggamannya. "Halo, Ini siapa?." terdengar suara lelaki disebrang telpon.

"Lo masih nanya gue siapa, Lo abis nidurin gue lo langsung.....Hikssss." Hana kembali menangis saat hendak memarahi lelaki tersebut.

"Hana?, Eh jangan nangis." jawab Haikhal dari sebrang telpon dengan wajah panik saat Hana menangis.

"Lo udah ngambil keperawanan gue yang udah gue jaga bertahun tahun buat suami gue, Hikssss dan lo malah...."

"Iya iya, Aku bakal tanggung jawab dan nikahin kamu, Tadi aku pergi karna ada urusan mendadak, Nanti selesai urusan ini aku balik lagi kerumah, Kita urus perni....."

"Gue belum mau nikah." teriak Hana dengan isakan yang semakin menjadi jadi membuat Haikhal semakin panik dan hawatir akan terjadi sesuatu.

"Kenapa? Kamu tadikan minta aku tanggung jawab, Jadi nanti kita urus...."

Tut...tutt..tut

Hana memutuskan panggilan tersebut dan membuang ponselnya dan kembali membatu, Menangis tanpa henti. "Haikhal." Eyang Werti bersama menantu pilihannya mendekat.

"Eyang gak mau tau pokoknya kamu harus nikah sama Shindi." tegas Eyang.

"Enggak, Saya memiliki kekasih dan saya tidak mau dijodohkan." tegas Haikhal pula.

"Kamu udah punya...."

"Bukan urusan anda." pelotot Haikhal kepada Shindi yang mencoba bertanya kepribadiannya.

"Saya permisi jika tidak ada lagi yang harus dibicarakan." Haikhal melangkahkan kakinya meninggalkan neneknya tersebut.

"Kamu langkahin aja kaki satu langkah Eyang bakal stol seluruh dana keperusahaan kamu." egas Eyang Werti kepada Haikhal namun Haikhal masih terus saja berjalan.

"Haikhal." teriak Eyang Werti namun Haikhal sama sekali tidak memperdulikannya dan masuk kedalam mobilnya.

"Nak...."

"Mama, Udah cukup mama yang nikah sama orang yang gak mama cintai dan akhirnya orang itu nyakitin mama, Jangan sampai nanti Haikhal nikah sama orang yang gak Haikhal cintai dan ngebiarin anak anak Haikhal nanti mentalnya hancur cuma karna...."

"Mama ngerti sayang, Mama juga ngedukung keputusan kamu, Tentang perusahaan...."

"Haikhal bakal kerja keras supaya ada infestor baru yang mau investasi keperusahaan Haikhal." jawab Haikhal saat ibunya yang memikirkan perusahaan.

"Mama boleh ketemu sama calon kamu sayang?." Herlin tersenyum lebar menatap anaknya.

"Nanti Haikhal bawa kerumah, Mama istirahat dulu aja dirumah." jawab Haikhal dengan senyumnya.

"Huh." Hana membuang nafas panjang dan masuk kedalam lift untuk menuju keruangan ibunya. Saat lift berhenti dilantai tujuan dia langsung keluar dan berjalan menuju ruangan sang ibu dengan tubuh yang hangat dingin saat berniat hendak memberitahukan apa yang terjadi dia membuka ruangan tersebut.

Plakkk...

Mata Hana membulat saat ibunya ditampar oleh wanita yang diduga adalah istri pertama ayahnya. Dengan amarah Hana langsung menampar balik pipi wanita itu. "Ah." terdengar rengekan kesakitan dari istri pertama ayahnya dan dia langsung menatap kepada siapa yang menamparnya.

"Anak ****** berani kamu...." Julia mengangkat tangannya hendak menampar Hana dan dengar segera ditahan tangan tersebut olehnya.

"Saya akan membalas siapapun yang menyakiti ibu saya." tegas Hana dengan melototkan matanya kepada Julia.

Haikhal

"Anak ****** berani kamu...." Julia mengangkat tangannya hendak menampar Hana dan dengar segera ditahan tangan tersebut olehnya.

"Saya akan membalas siapapun yang menyakiti ibu saya." tegas Hana dengan melototkan matanya kepada Julia.

Hana langsung menepis tangan wanita itu dan menyingkirkan wanita tersebut dari hadapan ibunya. "Mama, Mama gapapa?." tanya Hana dengan mengusap lembut wajah ibunya.

Memiliki ibu yang tidak pernah membalas satupun perbuatan dari istri pertama ayahnya membuat Hana sendiri yang harus turun tangan membalasnya. "Pasti sakit ya ma?." tanya Hana.

"****** kayak...."

"Anda tidak punya hak berbicara seperti itu kepada mama saya, Anda harus menyalahkan suami anda...."

"Nak udah." Dewi menggenggam tangan anaknya yang hendak marah tersebut, Dengan mata yang berbinar dia berharap agar anaknya tidak mencari masalah lagi.

"Pergi dari sini sebelum saya..."

"Ini belum apa apa, Gue bakal bales kalian semua." ancam Julia dan langsung meninggalkan tempat tersebut.

"A...." Hana yang emosi kembali ditahan oleh ibunya.

"Hana." nafas yang naik turun dengan cepat akibat berlari karna takut wanitanya berbuat macam macam namun dia tidak menemukan siapapun dirumah dengan keadaan rumah yang terkunci.

"Mama, Hana keluar sebentar ya." Hana tersenyum lebar kepada ibunya dengan membantu ibunya untuk kembali beristirahat sebelum dia meninggalkan sang ibu.

Hana keluar dari ruangan tersebut dan menuju kekasir. "Suster." panggil Hana.

"Iya, Ada yang bisa kami bantu?." tanya Suster dengan senyum ramahnya.

"Saya ingin ruangan ibu saya diganti dengan keamanan yang lebih baik dan lebih nyaman." ucap Hana.

"Bagaimana maksudnya kak?." suster nampak bingung akan ucapan Hana itu.

"Saya ingin mama saya dipindahkan keruangan kelas atas dengan tidak diizinkan sembarangan orang masuk dan ruangan ternyaman untuknya." jawab Hana.

"Maksud kakak, Kakak ingin pasien dipindahkan keruangan yang lebih aman?." suster nampak bingung akan jawaban Hana.

"Iya." jawab Hana.

"Baik kak akan segera kami proses namun sebelumnya pembayaran harus dilunaskan terlebih dahulu." ucap suster.

"Berapapun biayanya akan saya bayar." jawab Hana.

"Baik sebentar kak." suster mencari ruangan kosong yang ternyaman dan teraman sehingga dia menemukannya dan memberikan rincian biaya kepada Hana.

"Tiga ratus juta?." guman Hana yang sedikit kaget saat melihat total pembayaran.

"Segera hubungi kami jika ingin pasien dipindahkan." ucap suster dengan senyumnya. Hana menganggukkan kepalanya dan meninggalkan tempat tersebut dengan otak yang dipenuhi dimana mencari uang.

"Dimana gue nyari uang sebanyak ini?." guman Hana dengan wajah bingungnya.

Dritttr...

Hana langsung mengambil ponselnya. "Haikhal?." ucapnya yang lupa siapa itu Haikhal dikontaknya.

"Ah iya gue inget, Apa gue minta duit tanggung jawab aja ya sama dia?." gumannya saat ingat jika Haikhal adalah lelaki yang menidurinya tadi malam.

Hana langsung mengangkat telpon tersebut. "Halo, Kamu dimana?." tanya Haikhal yang terdengar hawatir.

"Em." Hana nampak ragu menjawab pertanyaan tersebut.

"Halo, Hana." Haikhal kembali mencoba menanyakan dimana Hana.

"Gue mau nagih yang lo bilang tadi." ucap Hana tanpa berpikir panjang.

"Em? Tanggung jawab?." tanya Haikhal yang seketika senang.

"Iya, Gue share location gue sekarang, Lo kesini." Hana langsung mematikan panggilan tersebut dan langsung mengirimkan lokasinya saat ini kepada Haikhal.

Haikhal tersenyum senang mendengarnya dan hanya beberapa detik telpon terputus sudah masuk pesan lokasi kepadanya. "Mau banget gue nikahin lo bego." gumannya dengan senyum dan masuk kembali kedalam mobil dan langsung menuju lokasi yang diberikan oleh Hana.

"Lama banget." baru beberapa menit saja Hana sudah mengeluh lama menunggu Haikhal.

Keahlian mengendarai mobil yang ahli membuat Haikhal memerlukan waktu lima belas menit untuk sampai. Matanya membelalak menyapu sekeliling mencari wanitanya hingga dia menemukannya. "Hey." dengan senyum yang mengembang Haikhal menyapa sehingga membuat Hana mendongakkan kepalanya.

"Haikhal?." tanya Hana.

"Iya." jawab Haikhal dengan senyumnya.

"Silahkan duduk." Hana mempersilahkan Haikhal untuk duduk dengan tersenyum ramah kepadanya.

Haikhal dengan senang hati mendudukkan tubuhnya dihadapan wanita itu. "Ini pesanannya." pelayan meletakkan pesanan yang dipesan oleh Hana diatas meja.

"Terima kasih." ucap Hana dengan senyumnya dan meminum minumannya dengan menarik nafas panjang mencoba releks untuk berbicara kepada Haikhal.

"Kapan mau acara nikahannya?." tanya Haikhal dengan senyumnya.

"Enggak, Gue belum mau nikah." jawab Hana sontak saat mendengar pertanyaan Haikhal.

"Jadi?, Kamu mau aku tanggung jawab gimana?." tanya Haikhal dengn wajah bingungnya.

Hana menarik nafas panjang dengan mata terpejam mencoba memberanikan dirinya. "Lo cukup kasih gue uang satu milyar gue bakal pergi dari kehidupan lo dan gak bakal minta tanggung jawab lagi, Lo gak usah nikahin gue." jawab Hana yang berharap semoga Haikhal menerima keinginannya.

"Uang?, Buat apa?." tanya Haikhal dengan wajah bingungnya.

"Bukan urusan lo mau gue kemanain tuh uang, Gue cuma minta itu sebagai pertanggung jawaban dari lo." jawab Hana dengan tangan yang memainkan satu sama lain. Haikhal menatap tangan yang gemetaran ketakutan itu, Sangat jelas jika wanita dihadapannya saat ini bukanlah mata duitan.

"Tapi kamu harus nikah sama aku, Baru aku kasih kamu uang satu milyar." ucap Haikhal.

"Gue belum mau nikah." jawab Hana dengan wajah kesalnya.

"Yaudah gak dikasih uang satu milyar nya." balas Haikhal dengan senyumnya.

"Lo..." Hana nampak kesal namun berbanding terbalik dengan Haikhal yang tersenyum lebar dan meminum minumannya.

"Kamu kenapa belum mau nikah?, Umur kamu udah siap loh buat nikah." ucap Haikhal.

"Cih, Bukan urusan lo, Kalo gak mau ngasih uang gapapa, Tapi masalah ini bakal gue...."

"Mau bawa kejalur hukum?, Kamu tadi malem nikmatin juga." bisik Haikhal dengan senyumnya menggoda wanita yang ada dihadapannya.

"Jangan sembarangan." ketus Hana dengan melototkan matanya menatap Haikhal.

"Silahkan mau bawa kejalur hukum, Nanti kalo berubah pikiran nomor aku masih yang itu dan bakalan tetep yang itu." godanya kembali dengan duduk santai dan menikmati pesanan yang dipesan oleh Hana tadi.

"Cih."

"Mbak, Dia yang bayar." Hana langsung meninggalkan tempat tersebut dengan meminta kasir meminta tagihan kepada Haikhal.

"Tuan." kasir memberi hormat kepada Haikhal namun tidak dibalas oleh Haikhal dan malah tersenyum menatap kepergian Hana.

"Berapa?." tanya Haikhal dengan wajah datarnya.

"Tuan ini res...."

"Istri saya meminta saya membayar tadi, Apa tidak mendengar?." tanya Haikhal dengan tatapan tajamnya dengan tangan yang menyodorkan kartu.

"B-baik tuan." kasir menerima kartu tersebut dan dengan segera menggeseknya dan memberikan kembali kepada pemilik.

Setelah urusan selesai direstoran dia langsung keluar. "Lo cariin info tentang Hana Rizkiya." perintah Haikhal dan langsung mematikan telpon.

"Apa yang bikin kamu gak mau nikah? Padahal umur kamu udah sepatutnya nikah." guman Haikhal dengan wajah bingung dan benar yang dihantui oleh Hana yang belum siap menikah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!