Broken Vow
"Sha, tolong ketikin ini dong." sahut Gwen kepada seorang wanita berkulit putih, berkacamata, dan cantik, yang saat ini semakin cantik dengan memakai blouse putih bermotif warna-warni cerah.
"Oke, selesai ini yah, Gwen. Nanti kalau udah selesai, aku taro meja kamu atau aku kirim email aja, jadi kamu ngeceknya gampang juga?" jawab wanita itu.
"Emailin aja deh, Sha. Thanks yah." sahut Gwen lagi.
Namanya Trisha Vioreen Bramadja, bekerja sebagai sekretaris di sebuah perusahaan ternama di ibukota. Hobi menyanyinya membawanya masuk ke dalam sebuah paduan suara di kantornya, sehingga semakin melambungkan namanya. Dan karena sifatnya yang baik, ceria, dan cantik, banyak pria yang menyatakan cinta kepadanya. Namun, entah apa yang dicari Trisha sehingga dia tidak menerima semua pernyataan cinta pria-pria itu.
Trisha mempunyai seorang atasan, yang tidak membawahinya langsung, tapi Trisha belum pernah sekalipun bertemu dengan atasannya tersebut. Segala laporan yang ia buat selalu di kirim via email tanpa tembusan.
Namun hari ini, atasan Trisha berkunjung ke kantor untuk menerima laporan secara langsung. Dan hal itu membuat para karyawan kantor membicarakannya.
"Dia anak yang pemegang saham terbesar di kantor ini." sahut seseorang.
"Benarkah? Setauku dia seorang CEO, karena ayahnya merupakan kepala grup kantor ini." sahut yang lain lagi.
"Beruntung sekali yah, di usia semuda itu sudah bisa menjadi seorang direktur dan mempunyai saham." kata yang lain.
Begitulah kabar simpang siur yang beredar di antara para karyawan.
"Sha, bagaimana menurutmu atasan kita itu?" tanya Gwen.
"Entahlah Gwen, aku pikir dia seorang yang akan membosankan, kan? Bayangin aja, di usia semuda itu sudah jadi CEO." jawab Trisha.
" Aku rasa dia tampan, Sha." sahut Gwen lagi.
Trisha tertawa, "Darimana taunya kalau dia tampan?" tanya Trisha geli.
"Dari namanya aja udah keren, Sha. Coba deh ucapin Miles Omkara...kan?" sahut Gwen tersenyum.
"Ah, ada-ada aja. Lalu, bagaimana dengan namaku? Cantik atau jelek?" tukas Trisha melengos pergi, "Aku lanjutkan pekerjaanku dulu, Gwen. Ayo bantu aku!" sahut Trisha kepada Gwen, dan menarik kerah bajunya untuk pergi.
Miles Omkara, akhirnya dia datang. Sepatunya berketak ketuk di atas lantai seiring gerak langkahnya. Miles meminta semua laporan sudah di atas mejanya.
"Sha...Sha..aku belum selesai di print. Tunggu aku dong." seru Gwen lirih.
"Aduh, bukannya ngga mau, Gwen. Kayaknya doi galak, kalau kita masuk terakhir, kayaknya bakal ngamuk ngga tuh?" sahut Trisha, "Ya udah, aku tungguin. Cepetin dikit!" seru Trisha mendesak Gwen.
Gwen, akhirnya selesai mengeprint, dengan secepat kilat, dia menyematkan pin kertas pada laporannya, dan memasukannya ke dalam map berwarna hijau. Tepat, seperti dugaan Trisha, mereka meletakkan laporan ke ruang kerja Miles bersamaan dengan masuknya Miles ke ruangan tersebut.
"Apa ini?" tanya Miles dengan suara baritonnya.
"Maaf pak, saya yang terlambat menyerahkan laporan, karena mesin print nya sempat error. Dan Trisha ini hanya menunggu saya." sahut Gwen menjelaskan.
Miles Omkara menatap mata mereka berdua, seperti menyinari mereka dengan sinar xray. Pandangannya berhenti sesaat pada Trisha.
"Kamu boleh keluar, kamu tetap tinggal!" sahut Miles menunjuk pada Trisha. Trisha menatap hampa Gwen yang meninggalkannya sendirian di ruangan Miles. Tatapan minta tolong Trisha tidak berlaku pada Gwen saat ini.
"Siapa namamu?" tanya Miles kepada Trisha.
Trisha mengangkat kepalanya yang sedari tadi dia tundukkan, jantung Trisha berdegup kencang. Andaikan dia di pecat hari ini karena Gwen, dia akan bunuh diri, dan akan menghantui Gwen seumur hidupnya! Dan dengan bantuan pikiran jahat itu, membuat Trisha berani menegakkan kepalanya dan menghadapi pertanyaan Miles.
"Nama saya Trisha pak." jawab Trisha lantang.
"Laporan apa yang kamu dan temanmu buat?" tanya Miles lagi dengan gaya angkuh dan arogan.
"Laporan tentang pengeluaran dan pemasukan kita minggu ini pak." sahut Trisha lagi, "dan di temukan sedikit kejanggalan jika di perhatikan dari dua bulan kemarin, ada sejumlah uang yang dikeluarkan untuk transaksi yang seharusnya tidak ada, dan ini menyebabkan pengeluaran kita tidak seimbang dengan pemasukannya pak. Dan itu membuat kita merugi sebesar 0,5%." jelas Trisha lagi.
Miles mengecek laporan Trisha dengan map berwarna biru, dia membalik dan membaca lembar demi lembar laporannya, "Itu bukan lingkup kerjamu, bukan?" tanya Miles.
"Bukan pak, tugas saya hanya melaporkan, tapi kalau ada keanehan transaksi seperti ini, saya rasa saya juga wajib melaporkannya." sahut Trisha tegas.
Miles menatap Trisha, "Ikut aku rapat nanti, laporakan apa yang kamu temui!" tukas Miles.
"Kalau bapak membaca setiap laporan yang saya kirimkan, bapak akan tau bahwa ada transaksi yang tidak seharusnya sejak dua bulan lalu. Saya tidak pernah terlambat atau melewati deadline, dan saya pikir bapak akan membaca setiap laporan yang saya kirimkan." sahut Trisha menjelaskan.
"Apa kamu berani mempertanggungjawabkan laporanmu? Saya akan bawa ke rapat direksi nanti." tanya Miles.
Trisha menatap Miles, mata mereka bertemu, "Ya, saya berani." jawab Trisha.
"Oke, tunggulah disini. Dan silahkan duduk." sahut Miles.
"Untuk apa saya disini? Saya masih ada beberapa laporan yang harus saya selesaikan, apa bapak berani menjamin laporan saya akan selesai kalau saya duduk manis disini bersama bapak?" tanya Trisha. Segala keraguan dan ketakutannya tadi telah hilang, sirna.
Dia tidak begitu pintar, tidak seperti yang kukira, pikir Trisha.
"Baiklah, keluarlah, siapa namamu tadi? Trisha. Aku akan mengingatmu." seru Miles.
Apa maksudnya dia akan mengingatku? Sungguh tidak jelas! pikiran Trisha tentang atasannya itu kembali berkelebat di otaknya.
Trisha kembali ke meja kerjanya, dan disana Gwen sudah menunggunya dengan wajah cemas, "Apa yang dia lakukan terhadapmu, Sha?" tanya Gwen, "kamu tidak di pecat kan?"
"Kamu akan tau kalau aku di pecat, Gweeny. Aku akan berubah menjadi hantu menyeramkan dan akan menghantuimu seumur hidupmu, dan akan membuatmu menjadi perawan tua yang depresi dan diliputi kecemasan tinggi...hahahaha!" sahut Trisha, dia senang menggoda temannya itu.
"Ah, jangan menakutiku!" seru Gwen. Trisha masih tertawa melihat kecemasan di wajah temannya. Kemudia Trisha menceritakan apa yang terjadi di dalam tadi bersama Miles.
"Menurutmu, apakah kamu yang akan di pecat atau para direksi itu? Dan kenapa juga harus melaporkan soal itu sih, Sha?! Astaga!" tukas Gwen.
"Aku pikir atasan kita itu orang yang sudah berumur, mana kutau ternyata dia masih muda. Kalau sudah lebih berumur berarti lebih dewasa dan lebih bijak menanggapi laporan seperti itu. Dia tidak mungkin melakukannya, aku curiga kepada para direksi. Mereka yang melakukan transaksi fiksi itu." jawab Trisha.
...----------------...
"Trisha ke ruanganku! Sekarang!" panggil Miles dari interkom.
"Aku di panggil ke ruangan Miles, Gwen. Bagaimana ini? Aku minta maaf jika aku ada salah, jika aku menyakitimu, Gwen." ucap Trisha dan memeluk Gwen.
Gwen membuka tangannya lebar dan merangkul Trisha, "Kita akan bertemu lagi, Sha. Aku udah maafin kamu." seru Gwen.
Trisha kemudian berjalan memasuki ruangan Miles. Dan dilihatnya Miles sudah mengawasi Trisha sejak Trisha belum memasuki ruangan.
Trisha mengetuk pintu, dan ada suara masuk dari dalam, dengan ragu, Trisha masuk ke dalam.
"Pak Miles memanggil saya. Ada yang bisa saya bantu, pak?" sahut Trisha.
"Laporanmu, sebelum rapat direksi kamu bilang, kamu sanggup mempertanggungjawabkan laporanmu, benar begitu?" tanya Miles. Kini Miles beranjak berdiri, dan mendekati Trisha yang duduk di depannya, kemudian Miles duduk di meja tepat di depan Trisha duduk.
Trisha mengangkat kepalanya dengan takut-takut, dan mengangguk, "I...iya pak saya sanggup." jawab Trisha.
Miles tersenyum, kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Trisha, "Suaramu mengatakan sebaliknya, Trisha." sahutnya dengan suara yang semakin dalam.
Jarak Miles dan Trisha sudah sangat dekat sekali. Trisha bahkan bisa merasakan alunan nafas Miles di telinganya.
"Saya sanggup mempertanggungjawabkan laporan saya, pak!" seru Trisha memberanikan dirinya, dan menatap Miles. Jantungnya berdetak kencang sekali, dan bahkan dia takut kalau-kalau Miles dapat mendengar detak jantungnya.
Miles tersenyum dan semakin mendekatkan wajahnya ke Trisha, jarak mereka hanya tinggal satu inci sekarang, "Karena kamu, aku kehilangan asistenku dan beberapa karyawanku, jadi aku mau, kamu menjadi asisten pribadiku saat ini." bisik Miles suaranya yang dalam membuat Trisha bergidik.
Trisha memundurkan kursinya, "Saya tidak di pecat?" tanya Trisha.
Miles memegang kedua lengan kursi Trisha, "Apa kamu mau begitu?" tanya Miles dan menatapnya tajam.
"Ti...tidak pak." jawab Trisha.
"Oke, mulai besok, ruang kerjamu ada disini. Karena asistenku selalu berada di sebelahku." sahut Miles lagi, "dan aku memutuskan mulai hari ini aku akan selalu datang ke kantor, dan menerima laporan secara langsung. Dan mulai hari ini juga aku memutuskan untuk jatuh cinta kepadamu, Trisha Vioreen Bramadja." ucap Miles tersenyum.
Trisha tidak tau harus lega atau bagaimana mendengar pernyataan cinta Miles. Yang dia tau, sekarang dia berada dalam masalah yang cukup besar.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
tintakering
mampir thor membawa like dan favo...😁
2022-09-01
1
Nirwana Asri
hallo aku mampir salam dari penulis CLICK YOUR HEART ya
2022-08-11
2
Indah MB
hai kak... Dinda dari jantung hatiku sudah mampir..... salam kenal kembali ya kak
2022-08-03
1