Tahun Ke Sepuluh
Di aula sekolah PAUD Matahari, sedang ada rapat walimurid untuk membahas acara perpisahan yang akan diadakan bulan depan. Ibu-ibu itu sedang membahas tentang bagaimana acara itu akan dilangsungkan. Dan juga biaya yang perlu dikeluarkan.
Salah satu dari ibu-ibu itu adalah Ana. Ibu-ibu rumah tangga biasa. Tinggal di rumah dengan nyaman dan merawat anak dan suaminya. Menyiapkan makanan dan membersihkan rumah. Tapi itu hanyalah angan-angan Ana.
Nyatanya, selama dia menikah dengan suaminya, Farhan, suaminya itu tidak pernah memberinya nafkah yang cukup. Ana yang memiliki usaha catering kecil-kecilan masih harus mengeluarkan uang yang lebih banyak dari Farhan.
Selama ini, Ana lah yang menanggung hampir semua kebutuhan rumah tangga mulai dari makanan, pakaian, kebutuhan-kebutuhan kecil yang lainnya. Ana juga yang harus mengeluarkan uang untuk biaya sekolah kedua anaknya.
Farhan memang memberinya uang setiap bulan, tapi itu hampir hanya bisa dianggap seperti dititipkan padanya. Atau kadang bahkan dia perlu menambahkannya. Farhan akan meminta uang untuk beli bensin dan juga uang saku setiap kali ia akan pergi.
Saat Ana masih menjadi guru, itu bukan masalah besar. Gajinya masih cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka. Tapi sejak empat tahun yang lalu saat ia hamil putri keduanya, Rania, ia mengundurkan diri dari pekerjaannya karena kondisi kehamilannya yang lemah.
Selain itu, ibunya yang sebelumnya membantu merawat putri pertamanya, Najwa, juga menyatakan ketidaksanggupannya untuk membantu merawat anak keduanya. Sedangkan untuk menyewa jasa pengasuh juga membutuhkan banyak uang dan Ana tidak akan bisa membayarnya.
Akhirnya, karena terbentur kebutuhan ekonomi, Ana membuka jasa catering sesaat setelah ia melahirkan dan menghidupi keluarganya dari sana. Sebelum menerima jasa catering, Ana juga mencoba beberapa pekerjaan yang bisa ia lakukan di rumah. Sambil mengasuh putrinya.
Ana pernah bekerja borongan untuk membuat tas kertas yang bisa ia bawa pulang. Hasilnya cukup lumayan. Tapi tidak lama setelah Ana bekerja, Ana tidak lagi diberi bahan karena pesanan yang sedikit dari majikannya.
Selain itu, Ana juga pernah membuka toko kecil-kecilan di depan rumahnya yang menjual es dan jajanan untuk anak-anak. Tetapi itu juga tidak berlangsung lama. Sampai akhirnya Ana membuka jasa catering.
Tetapi hasil dari juga catering tidak banyak. Hanya cukup untuk biaya makan sehari-hari. Untuk biaya sekolah, Ana masih harus pusing memikirkan caranya karena Farhan sama sekali tidak mau peduli.
Pulang dari rapat, edaran mengenai biaya perpisahan diberikan. Ana membukanya di tempat dan terpaku pada nominal yang tertulis di dalamnya.
Tidak banyak memang, hanya tiga ratus ribu rupiah. Tetapi bagi Ana itu adalah uang yang banyak sekarang. Uang simpanan nya untuk modal usaha catering saja tidak sampai segitu.
Mulai sekarang ia harus ekstra berhemat agar dapat mengumpulkan uang untuk membayarnya.
***
Sore harinya Farhan yang bekerja sebagai sopir antar jemput anak-anak di sekolah tempat Ana mengajar dulu pulang. Sedangkan Ana sedang memasak di dapur untuk anaknya malam keluarganya.
Rumah yang mereka tempati saat ini adalah rumah mertua Ana. Hanya ada bapak mertuanya, ibu mertua Ana sudah meninggal dua puluh tahun yang lalu. Rania tinggal di sana bersama mereka, tetapi Najwa tidak tinggal bersama mereka. Najwa tinggal di rumah ibu Ana untuk menemaninya karena Ana hanya dua bersaudara, adik perempuannya sudah menikah dan ikut tinggal bersama suaminya. Jadi ibu dan ayah ana meminta agar Najwa tinggal bersama mereka. Ana tentu saja tidak keberatan karena itu malah membantunya.
"Dari mana yah? Kenapa jam segini baru pulang?" Biasanya Farhan pulang jam setengah empat sore. Tapi saat itu sudah jam lima.
"Aku ada urusan bentar."
"Oh... ya sudah, kamu mandi terus sholat dulu." Ucap Ana saat Farhan datang ke dapur untuk mencarinya.
Masakan yang dibuat Ana cukup sederhana malam ini. Ana membuat sambal terasi dengan terong, tempe dan tahu goreng. Ana mengambilkan makanan untuk Rania yang menyuapinya. Farhan dan Marwan, mertua Ana juga makan dengan tenang. Setelah memberi makan Rania? Ana baru mengambil makanan untuk dirinya sendiri.
Rania yang lelah bermain sejak pagi segera tertidur. Siang tadi karena Ana pergi rapat di sekolah, Ana tinggal di rumah tetangganya dan bermain dengan anaknya yang juga seumuran dengan Rania sehingga tidak tidur siang. Jadi begitu perutnya kenyang, Rania langsung mengantuk dan tidur.
"Yah, tadi aku baru saja rapat walimurid di sekolahnya Rania." Ucap Ana setelah ia duduk di samping Farhan.
"Rapat untuk apa?"
"Untuk acara perpisahan. Rania lulus tahun ini. Jadi membutuhkan banyak biaya. Untuk itu kita perlu membayar biaya tiga ratus ribu yah." Ana menyerahkan edaran yang diberikan sekolahan. Di dalamnya juga ada perincian kegunaan uang tersebut. Itu untuk biaya pembuatan rapot, ijazah, juga sudah mencakup untuk acara perpisahan seperti foto,menyewa tenda dan juga toga.
"Banyak sekali. Apa ini tidak terlalu mahal?" Farhan mengernyitkan alisnya. Dulu saat Najwa sekolah taman kanak-kanak, segala biaya Ana yang mengurusi. Jadi Farhan memang tidak pernah tahu. Tapi sekarang Ana tidak lagi bekerja menjadi guru, dan jasa catering juga tidak pasti adanya.
"Ini sudah semuanya yah. Termasuk juga buat acara kelulusan."
Farhan berpikir sebentar sebelum mendengus. "Aku sedang tidak punya uang bun."
"Ini juga tidak harus di bayarkan sekarang yah. Sekolah memberikan kelonggaran waktu hingga minggu depan." Jelas Ana. Gaji Farhan diberikan setiap minggu. Dan itu pas untuk membayar uang yang dibutuhkan untuk sekolah Rania.
"Ya sudah. Nanti aku usahakan."
"Baiklah. Aku mau siap-siap dulu buat masak besok. Ada pesanan catering yang mau diambil besok pagi." Ucap Ana sambil berdiri. Ia sebenarnya sudah terlalu berharap pada Farhan. Selama ini Farhan hanya bisa berjanji tetapi jarang bisa menepatinya. Apalagi kalau masalah uang.
Dua hari yang lalu ana mendapatkan pesanan dari kenalannya yang memesan tiga puluh box makanan untuk acara selamatan tiga bulanan kehamilannya. Tiga box itu akan dibawa ke tempat kerjanya dan diberikan pada rekan-rekannya. Jadi pesanan itu akan diambil sebelum berangkat ke tempat kerjanya, jam enam pagi.
Ana sudah membeli bahan pagi tadi sehingga ia bisa mulai menyiapkan semuanya sehingga esok dini hari ia bisa masak dengan cepat.
Farhan pergi tidur, sedangkan Ana masih sibuk di dapur. Mengupas bawang, memotong kentang, menggoreng tahu. Membumbui ayam. Semuanya dilakukan ana malam itu agar bisa selesai tepat waktu saat diambil pemenangnya.
Hampir pukul sebelas malam ketika Ana selesai. Namun semuanya masih setengah jadi. Ana memasang alarm jam tiga pagi untuk dapat menyelesaikan pesanannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu wajib searchnya pakek tanda kurung dan satu novel lagi judulnya Caraku Menemukanmu
2023-02-28
0
Nani kusmiati
nyimak, langsung masuk vaforit.
2022-06-06
3