Ana masih belum bisa mencerna apa yang baru saja ia dengar dari Farhan. Ia bahkan tidak berani mendengar apa yang diucapkan Farhan sebagai jawaban dari pertanyaan Yuni. Melihat dari situasinya, sepertinya jawaban itu bisa Ana prediksi. Dan itu, adalah hal yang sangat menyakitkan baginya.
Farhan menatap Ana yang masih terdiam. Ia menatap istrinya itu dengan pilu. Ia merasa bersalah. Namun ia merasa tidak berdaya untuk memperbaiki semuanya.
"Lalu apa yang kamu katakan padanya yah?" Ana memberanikan diri membuka mulutnya. Farhan diam. Itu artinya jika dia sebenarnya enggan mengatakannya. Inilah salah satu sifat Farhan. Yang kadang dibenci oleh Ana karena sering memberi ketidakpastian.
"Aku bilang padanya...aku bilang jika aku menikahinya, apakah dia akan berhenti untuk berpikir bunuh diri?" Meskipun bukan jawaban yang pasti, Ana mengerti jika ini bukan main-main. Farhan tipe orang yang akan mengatakan ya jika yakin, dan akan diam jika dia ragu-ragu atau enggan.
Ana semakin tenggelam dalam perasaannya. Ia masih tidak menyangka gua rumah tangga yang baik-baik saja dan terbilang harmonis akan menerima goncangan yang begitu hebat. Ana dan Farhan sangat jarang bertengkar, bahkan bisa dibilang tidak pernah. Jadi dia pikir semua akan berjalan lancar seperti ini selamanya. Tapi dia benar-benar tidak menduga hal ini terjadi. Siapa Yuni? Kenapa dia tiba-tiba datang entah dari mana dan merusak semua bayangan indah masa depannya?
"Aku sudah memikirkan hal ini bun. Kamu memiliki hubungan yang buruk dengan ibu selama ini. Jadi aku pikir jika kamu tinggal di sana, kamu dan ibu bisa memperbaiki hubungan kalian." Ana memandang Farhan tidak percaya.
Memang tidak dapat disangkal jika Ana dan Zubaidah memiliki hubungan yang buruk. Karena sifat bias Zubaidah yang selalu pilih kasih terhadap adiknya membuat Ana merasa tidak nyaman berada di sekitar Zubaidah. Apalagi sifat Zubaidah yang sering merendahkan Ana karena memiliki suami yang tidak bisa diandalkan. Ini juga karena Ana memiliki beberapa hutang pada Zubaidah yang belum bisa dibayar hingga beberapa tahun. Setiap kali Ana datang, Zubaidah akan selalu menagih hutang itu. Jadi Ana secara bertahap menjauhi Zubaidah.
Memikirkan hal ini, Ana memandang Farhan kecewa. Memangnya siapa yang membuatnya berhutang kepada ibunya dan tidak mau bertanggung jawab untuk membayarnya? Bukankah itu karena Farhan?
"Aku selama ini sudah berkali-kali berkata padamu untuk membersihkan rumah dengan baik. Kamu lihat, rumah berantakan, kamar berantakan. Dan lagi, aku juga sering memintamu untuk mengaji. Berapa kali kamu khatam baca Al-Qur'an selama kamu jadi istriku?"
Ana menggelengkan kepalanya tidak percaya mendengar hal ini. Memang tidak dapat disangkal jika rumah memang sedikit berantakan. Banyak mainan tersebar di rumah. Di kamar, baju-baju juga tidak sempat dilipat selesai dicuci bahkan terkadang sampai habis dipakai semua. Dan Ana juga memang jarang mengaji setelah ia menikah. Terutama setelah ia melahirkan putri pertama mereka dan terlebih lagi dengan dua putri yang harus ia urus setiap harinya.
Bekerja sepanjang hari membuat Ana lelah. Anak-anaknya juga masih kecil dan suka bermain. Mereka cenderung akan menyebar mainan di seluruh rumah dan membiarkannya begitu saja. Jadi memang rumah mereka berantakan. Belum lagi anak-anaknya yang sering berganti pakaian, mereka terkadang akan meletakkan baju itu dimana mereka berada. Jadi akan banyak baju yang berserakan dan Ana terkadang tidak memiliki waktu dan tenaga yang cukup untuk membereskan semua kekacauan yang terjadi.
Sedangkan di kamar mereka, juga tampak berantakan dengan baju-baju di dalam keranjang. Jangankan melipat baju, bisa mencucinya saja sudah bibiasa dibilang untung.
Ana mengingat semua ini. Memang semua itu benar. Rumah dan kamarnya berantakan. Tapi itu karena ketidakberdayaanya.
"Lalu apa maksudmu yah? Kamu mau menceraikanku?" Tanya Ana. Ia menatap Farhan dengan sendu.
"Tidak bun. Tidak. Aku tidak akan menceraikanmu. Aku pikir ada baiknya kamu tinggal di rumah ibu. Biarkan Yuni yang mengurus rumah ini." Farhan menggoyang tubuh Ana.
"Aku sudah curiga ada yang tidak beres selama ini. Banyak yang telah kamu bapak sembunyikan dariku selama ini. Aku sudah menduga jika hubunganmu dengan Yuni tidak sesederhana itu. Aku tidak menyangka kamu berniat menjadikan Yuni sebagai orang ketiga di rumah tangga kita. Dia merusak rumah tangga kita. Sungguh wanita yang jahat!" Teriak Ana marah.
"Bunda tolong jangan bicara seperti itu. Kamu tolong mengertilah situasinya, Yuni sudah banyak menderita selama ini. Dan aku sudah berjanji padanya untuk menikahinya. Tolong izinkan aku menikahinya." Ana langsung menoleh dan menatap Farhan dengan marah.
"Ini tidak akan berhasil. Kamu pikir kamu siapa? Kamu menghidupi aku dan anak-anak saja kamu tidak mampu. Lalu bagaimana kamu bermimpi untuk memiliki istri lagi? Mau kamu kasih makan daun?" Ana bertanya. Memang benar apa yang dikatakan Ana. Tetapi Farhan tidak bisa menerima penghinaan dari Ana.
"Bun kenapa kamu bilang seperti itu? Aku bisa, aku pasti bisa. Kamu tidak perlu khawatir. Aku masih akan bertahan gung jawab dan menafkahkahi kalian. Yuni bisa mencari uang sendiri. Dia tidak membutuhkanku untuk itu." Ucap Farhan meyakinkan.
"Aku bisa percaya jika kamu bisa memberiku uang belanja tiga juta setiap bulan. Apa kamu bisa yah?" Hidup di zaman sekarang, uang tiga juta juga sangat pas-pasan. Apalagi dengan dua anak yang semuanya bersekolah.
"Bunda, kamu tahu sendiri gajian bahkan tidak sampai segitu." Ucap Farhan kesal.
"Jika kamu tahu, kenapa kamu berpikir untuk poligami? Maklum kamu tidak tahu kebutuhan rumah tangga saat ini karena kamu memang tidak pernah berpikir jika uang yang kamu berikan padaku kurang. Aku akan katakan sekarang, uang yang kamu berikan kurang banyak setiap bulannya. Kalau tidak, kenapa aku mesti repot membuka jasa catering yang melelahkan?" Ucap Ana jujur.
Setiap pemesanan, paling sedikit berjumlah dua puluh kotak. Dan Ana tidak mempekerjakan orang untuk membantunya, ia melakukannya sendiri karena untung yang dia dapatkan juga tipis dan tidak akan cukup untuk memberikan upah pada orang lain.
"Tapi dengn kamu ada di rumah ibu, bukankah kamu juga tidak akan membutuhkan banyak uang untuk belanja?"
"Mudah sekali kamu bicara yah. Kamu itu seorang suami sekaligus ayah. Kewajiban untuk menafkahiku dan anak-anak itu anda di kamu. Kenapa kamu mau melemparkannya pada ibu?"
"Bukankah begitu. Itu semata-mata agar kamu dekat dengan ibu."
"Heh! Kamu membuatnya terdengar sangat baik. Jika itu memang niatmu, caranya mudah, kamu berikan padaku uang untuk membayar hutang pada ibu. Selesai." Farhan memandang Ana tak percaya. Ia tidak menyangka istrinya yang selama ini pendiam mampu mengatakan hal yang seperti itu.
"Apa kamu tahu alasan mengapa aku membiarkanku Najwa tinggal bersama ibu? Itu karena aku tidak sanggup merawatnya sendiri. Siapa yang ingin pisah dari anaknya? Tidak ada yah. Aku juga rindu pada Najwa. Aku mulai jauh dari Najwa dan terkadang iri melihat kedekatannya dengan neneknya. Itu karena aku tidak bisa merawat anakku. Hiks hiks hiks."
"Baiklah. Aku akan menjemput Najwa."
"Tidak perlu. Akuntansi memiliki uang saat ini. Aku tidak akan bisa memberi makan Najwa dengan baik." Ana memalingkan wajahnya.
"Tidak. Aku akan menjemput Najwa."
"Aku sudah katakan Tidak perlu. Lagipula kenapa jadi membicarakan Najwa? Sekarang kita kembali ke inti pembicaraan. Kamu bilang padaku bahwa kamu mau menikah lagi. Sekarang aku katakan jawabanku." Ana menatap mata Farhan.
"Aku mengizinkanmu menikah lagi jika kamu dapat memberi nafkah yang aku butuhkan. Jika tidak, aku memberimu pilihan. Satu, tidak perlu lagi berniat poligami. Dua, ceraikan aku." Lanjut Ana.
"Bunda tolong pikirkan baik-baik." Farhan memandang Ana penuh harap.
"Aku sudah berpikir Yah. Itu keputusan terakhirku." Ana membalas tatapan Farhan.
Farhan diam sambil menatap Ana yang marah padanya. "Baiklah Bunda. Aku mengerti."
*
*
*
Terima kasih sudah mampir •~♤《 *;*》♤~•
Jangan lupa like, komen, Vote dan share ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Sulati Cus
pgn tak laundry pk deterjen 3kg pala si farhan
2022-10-15
0
Sulati Cus
alesan melimpahkan semua kesalahan ke istri, ketika ketahuan selingkuh
2022-10-15
0
Ndhe Nii
serasa mau membedah otak Farhan yg konslet ....ga tau makasih d bantu ..ga masalah dg istri ..gemess😁😀🤣
2022-09-28
0