Bab 2. Farhan Tidak Pulang

Ana yang saat itu sedang berada di rumah ibunya karena ibunya sedang mengadakan hujatan tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh suaminya bersama dengan wanita lain.

Karena ibunya mengajakin hajatan yang cukup besar, Ana datang lebih awal dan berniat untuk menginap di sana karena banyak pekerjaan yang mulai dikerjakan di malam hari.

Rumah mertua Ana berada cukup dekat dengan rumah ibunya. Hanya membutuhkan waktu kurang dari setengah jam untuk sampai. Jadi, saat Farhan, suaminya meminta izin untuk pulang terlebih dahulu dan mengatakan bahwa malam itu ia tidak menginap di rumah mertuanya Ana mengizinkannya tanpa mencurigai sesuatu.

Zubaidah, ibu Ana memiliki dua anak perempuan yang sudah menikah semua. Jadi peranan menantu dari keluarga itu selalu diandalkan untuk membantu pekerjaan untuk mengirim mamanah hujatan kepada para saudara.

Namun, hingga siang hari saat waktunya mengantarkan makanan-makanan itu, suami Ana bahkan tidak datang dan ponselnya juga tidak bisa dihubungi. Karena tidak bisa menghubungi Farhan, Ana menghubungi Ridwan yang merupakan adik kandung Farhan.  Tetapi Ridwan mengatakan bahwa ia sedang berada di pondok pesantren dan tidak mengetahui dimana Farhan. Semua orang menanyakan pada Ana mengenap keberadaan suaminya, Ana mengatakan bahwa mungkin ia sedang sibuk di rumah mereka.

Sebagai seorang istri, Ana tidak pernah berpikiran macam-macam terhadap Farhan. Sebaliknya, ia khawatir jika terjadi sesuatu terhadap Farhan.

Pada akhirnya, Ana mulai curiga saat ia sendiri yang datang ke rumahnya untuk mengantarkan makanan untuk mertuanya dan juga kepada saudara-saudaranya.

Saat Ana sampai di rumahnya, rumah dalam keadaan terkunci. Tidak biasanya rumah dikunci seperti ini karena memang jarang tidak ada orang di rumah. Karena Ana ingin memastikan keberadaan Farhan,  Ana pun menunggu setelah ia selesai mengantarkan makanan ke rumah-rumah saudaranya.

Tidak lama setelah itu, Marwan yang merupakan mertua Ana pulang bersama dengan Ridwan. Ana pun bertanya mengenai keberapaan Farhan.

Marwan mengatakan bahwa Farhan sedang mengantarkan temannya ke suatu tempat. Ana akhirnya lega. Ia tidak mencurigai apapun karena pekerjaan sampingan suaminya memang menjadi sopir yang disewa orang. Ana pun kembali ke rumah Zubaidah dengan perasaan lega.

"Bagaimana? Dimana Farhan?" Tanya Zubaidah setelah Ana pulang.

Ana duduk dan menghela napas di samping Zubaidah sambil mengatakan bahwa Farhan sedang mengantarkan temannya bepergian.  Zubaidah juga mengetahui pekerjaan Farhan. Jadi dia juga biasa saja mendengarnya.

Sampai saat acara selesai pun Ana tidak memikirkan hal macam-macam mengenai Farhan. Hingga ia pulang ke rumah dan mendapati jika Ridwan dan Marwan bertingkah aneh. Hari itu juga, Ridwan dan Marwan mengatakan bahwa mereka pergi ke rumah saudara mereka yang tinggal di S yang merupakan salah satu Kiai di sana.

Selama tiga hari, Ana tidak bisa menghubungi Farhan sama sekali. Pikiran macam-macam mulai muncul di kepala Ana. Tetapi tidak satupun Ana berprasangka buruk terhadap Farhan.

Farhan pulang pada malam hari ketiga. Yang membuat Ana curiga adalah bahwa Farhan pulang bersama dengan Marwan dan Ridwan. Juga anehnya, Marwan dan Ridwan malah hanya menurunkan Farhan dan pergi lagi.

Ana tidak bisa tidak penasaran. Setelah membiarkan Farhan istirahat beberapa saat, ia pun menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.

"Apa yang ingin kamu ketahui bun?" Farhan dan Ana duduk di kamar mereka.

"Kemana kamu pergi yah? Kenapa tidak ada kabar?" Ana bertanya dengan cemas. Ia lega suaminya kembali dengan keadaan baik-baik saja. Tetapi ia tidak bisa menghilangkan penasaran di dalam hatinya.

"Apa kamu tidak mendengar berita tentangku kemarin?" Bukanya menjawab, Farhan malah menanyakan sesuatu pada Ana. Ana menggeleng. Meskipun ia sudah lama tinggal di rumah mertuanya, ia jarang keluar dan jarang berbicara dengan masyarakat karena kesibukannya.

"Masak sih?" Farhan tidak percaya. Selama dia tidak ada di rumah, ia mendengar kabar mengenai dirinya. Jadi ia khawatir jika istrinya mendengar hal ini.

Ana semakin penasaran mendengar pertanyaan Farhan. Jadi dia mendesak Farhan agar cepat memberitahu nya karena dia benar-benar tidak tahu.

"Apa kamu tidak mendengar jika aku dituduh membawa lari istri orang?"

Deg.....

Ana merasa kosong. Ia menatap suaminya tidak percaya. Selama ini suaminya memang sering keluar malam karena ia mengaji di rumah temannya yang menampung anak-anak mengaji. Farhan membantu di sana. Jadi dia tidak pernah berpikir hal ini akan didengar olehnya.

"Apa maksudmu yah? Istri siapa yang kamu bawa memangnya? Bukankah kamu pergi mengantar orang?" Ana bertanya dengan hati yang bingung.

"Bunda, kemarin lusa, Ridwan ditelpon oleh bu Yuni untuk mengantarkannya ke rumah kakaknya. Karena aku tidak ada kerjaan, aku juga ikut. Tapi tidak disangka sesampainya di rumah kakaknya, kami bertiga langsung dimarahi dan diusir. Kakak Bu Yuni mengatakan bahwa Tomi menghubunginya dan mengatakan bahwa istrinya dibawa kabur oleh laki-laki lain."

Ana mendengarkan hampir tak percaya. Ana juga mengenal betul siapa Yuni dan Tomi. Meskipun mereka bukan saudara, tetapi karena Farhan dan Tomi berteman akrab, kedua keluarga itu saling mengunjungi dan cukup dekat.

Meskipun Ana dan Yuni tidak begitu akrab karena jarang bertemu, tapi Ana tahu bagaimana Yuni memperlakukan Tomi dan bagaimana Tomi memperlakukan Yuni. Memang Ana merasa ada yang tidak beres karena keduanya terkadang sering menjelekkan satu sama lainnya. Tetapi ia tidak menyangka jika hal seperti ini akan terjadi di dalam rumah tangga mereka yang bahkan lebih dari sepuluh tahun.

"Apa Pak Tomi tidak mengetahui jika bu Yuni pergi ke rumah katanya dengan diantar Ridwan?" Ana tidak mengerti hal ini. Jika istri sebelumnya izin kepada suami dan suami tahu kemana dan dengan siapa istrinya pergi, hal seperti ini tidak akan terjadi.

"Kata Ridwan sudah. Katanya bahkan Tomi mengantarkan bu Yuni sampai masuk ke dalam mobil."

"Jika iya, kenapa bisa Pak Tomi berkata seperti itu?" Ana masih heran. Sepertinya ini sangat aneh. Farhan, Ridwan dan Tomi semuanya mengenal dengan akrab. Hampir setiap malam, Farhan dan Ridwan pergi ke rumah Tomi untuk mengaji atau hanya sekedar mengobrol. Jadi jika Yuni pergi dengan Ridwan ke rumah kakaknya, itu tidak akan menjadi masalah. Kenapa jadi Farhan dituduh membawa Yuni pergi?

"Aku juga tidak tahu. Awalnya, bu Yuni dalam keadaan yang tidak baik. Sepertinya dia baru bertengkar dengan Tomi. Mungkin karena itu dia ingin pergi ke rumah kakaknya. Tetapi oleh kakaknya, Bu Yuni malah diusir dan dituduh seperti itu. Bu Yuni marah dan pergi dari sana berlari ke jalan raya."

"Ya Allah. Lalu bagaimana yah?"

"Bukankah Yuni hampir tertabrak bus yang melintas. Untung saja dapat segera aku tarik dan masukkan lagi ke dalam mobil. Setelah itu, bu Yuni berkata padaku bahwa ia ingin mengakhiri hidupnya. Ia berkata bahwa ia sudah tidak tahan hidup bersama dengan Tomi yang suka main tangan dan berkata kasar padanya."

"Astagfirullahal'adzim." Ana menekan dadanya terkejut. Ia tidak menyangka ada hal seperti itu bisa terjadi.

"Setelah itu dia menangis. Dan aku bertanya padanya kemana dia ingin pergi. Saat itu dia bilang dia tidak tahu. Dia terus menangis putus asa. Akhirnya, dia memintaku untuk mengantar nya ke rumah Pak Zawawi untuk menenangkan diri."

Ana mengangguk faham. Pak Zawawi sendiri adalah adik laki-laki mertuanya yang tinggal di kota S. Yuni dan Tomi memang mengenal pak Zawawi dan juga pernah datang ke rumahnya.

*

*

*

Terima kasih sudah mampir •~♤《 *;*》♤~•

Jangan lupa like, komen, Vote dan share ya....

Terpopuler

Comments

Ndhe Nii

Ndhe Nii

masih nyimak... apakah betul alasan Farhan

2022-09-28

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!