Cinta Di Stasiun Kereta
Semesta tak pernah memberi tau terlebih dahulu tentang perjalanan hidup seseorang. Disetiap detik dan menitnya selalu menjadi rahasia untuk dikunci rapat-rapat. Namun akan dibuka setiap harinya dalam 24 jam yang telah dikaruniakan untuk setiap kita manusia.
Katanya dalam hidup ini tidak ada yang kebetulan, karena semua telah disusun secara apik dan sistematis oleh Allah SWT.
Seperti matahari, bulan dan bintang mereka tampak pada waktu yang telah Allah tentukan bukan hanya sekedar kebetulan. Bahkan Maha Besar Allah mengatur peredaran ketiganya begitu sistematis, naasnya terkadang kita lupa apa manfaat yang bisa kita ambil dari matahari, bulan dan bintang yang beredar pada tiap waktu yang telah ditentukan-Nya.
Hari itu di sebuah Rumah sakit ternama dan terbesar di kota S.
"Ma, kita tunggu di sini dulu ya! Grab yang Zalfa pesan dalam perjalanan ke sini." tutur gadis dengan paras manis dimana lesung pipi langsung turut menghiasi kedua pipinya saat ini. Pasalnya saat ini ia sedang tersenyum. Hidungnya yang mancung dan wajahnya yang berbentuk oval dengan dagu yang sedikit lancip memberikan kesan cantik natural pada dirinya. Tak cuma itu, bibir ranum yang berbentuk bagai daging terbelah ditengahnya menambah kesan tersendiri pada wajahnya. Seperti sangat pas dan serasi dengan wajah manisnya.
10 menit kemudian!
"Zalfa, mana Grabnya? Kereta kita setengah jam lagi sudah berangkat loh dan perjalanan dari rumah sakit ke stasiun itu memakan waktu kurang lebih setengah jam."
ucap wanita yang dipanggil Mama oleh Zalfa.
Mama Zalfa yang memang tidak lagi muda tapi juga tidak terlalu tua mau tidak mau, ia harus bolak-balik ke rumah sakit ternama dan terbesar di kota S itu untuk melakukan cuci darah. Penyakit ginjal yang diderita Mamanya seringkali membuat Zalfa khawatir dan memberikan perhatian lebih sang Mama. Apalagi semenjak kepergian Papanya satu tahun lalu tepatnya. Kini yang dimiliki Zalfa hanyalah sang Mama. Maka wajar saja kalau ia begitu menyayangi sang Mama.
"Ma, please jangan khawatir! Selama kita bersama enggak masalah kan kalau kita ketinggalan kereta?" ucap Zalfa dengan entengnya.
"Zalfa, mau berapa lama lagi kita di sini?" Mamanya tidak setuju dengan ucapan putrinya.
"Bagaimana dengan tanggungjawab mu Zalfa?" Mamanya mengingat kan perihal tanggungjawab yang harus putrinya laksanakan selain tanggungjawab mengurus dirinya, "jika kita terus-terusan di sini karena ketinggalan kereta."
"Ma, kita bisa pesan tiket kereta lagi. Sudah Mama tenang saja ya!"
Diberikan pernyataan seperti itu, malah membuat sang Mama menampilkan raut wajah sendunya dan berkata,
"Meskipun begitu Zalfa, Mama enggak mau kalau kamu kebanyakan izin karena Mama. Tanggungjawab mu juga sama pentingnya dengan Mama, Nak."
"Anak-anak itu pasti sudah menunggu kamu."
Katanya langsung tersenyum ke arah Zalfa karena teringat dengan anak-anak yang selalu bersama putrinya. Anak-anak itu adalah murid-murid Zalfa. Zalfa yang pandai dalam bahasa Inggris membuat nya menjadi guru bahasa Inggris disalah satu sekolah di tempat ia berasal.
"Ma ... Mama ingat sama mereka?" tanya Zalfa sedikit tak menyangka sang Mama akan ingat kalau Zalfa menjadi guru kesayangan mereka.
Mamanya mengangguk dengan memejamkan kedua netranya.
"Ma ..." Zalfa langsung memeluk Mamanya dengan melingkar kan tangan ke tubuh sang Mama. Tiba-tiba saja ia juga rindu pada murid-muridnya itu.
"Saat mengingat anak-anak itu Mama begitu bahagia karena teringat kebahagiaan dan semangat yang selalu ada pada diri anak-anak itu."
Mamanya bercerita sambil mengingat moment dimana anak-anak itu mendatangi rumahnya memberikan sebuah kejutan dihari ulang tahun Zalfa.
Beberapa saat kemudian Grab yang dipesan pun datang dan berhenti tepat di depan mereka berdua.
Dengan lembut Zalfa menuntun lebih dulu Mamanya agar masuk ke mobil. Sementara itu, supir Grab membantu membuka dan menutup pintu mobil itu.
"Pak kalau memungkinkan tolong dipercepat mengemudinya, ya Pak?"
tutur Zalfa setelah berubah fikiran karena obrolan dengan Mamanya yang membahas murid-murid nya. Tapi Zalfa juga bilang kalau memungkinkan maksudnya kalau memang jalan yang mereka lewati sepi akan kendaraan.
Laki-laki yang mengendarai mobil Grab itupun mengangguk patuh dan mengerti.
Dalam perjalanan cukup ada kendala kemacetan karena memang jam untuk pulang kerja tapi untung saja kemacetan itu tidak berlangsung lama. Hanya berkisar 5 menit setelah itu jalanan pun tampak lenggang tapi tetap saja tidak memungkinkan untuk mengendarai dengan kecepatan lebih.
Kali ini Zalfa hanya bisa berdoa dan berpasrah akan apa yang terjadi kalau ia dan Mamanya ketinggalan kereta.
Disisi lain ...
Disebuah tempat pemberhentian kereta apalagi kalau bukan stasiun kereta api.
Di stasiun terbesar di kota S banyak manusia berlalu lalang di Stasiun satu itu.
Dari sudut lain tampak beberapa laki-laki dengan pakaian dinas yang dikenakan nya berjalan beriringan dengan tenang namun pasti.
Tampak pula satu laki-laki yang sedikit berbeda yang mengenakan pakaian dinas berwarna putih serta jaz dinas berwarna hitam yang menjadi kebanggaannya dan ialah Dimas Adityama Putra Wilaya.
Mereka (Dimas dan tim/kru yang bertugas) tengah melakukan opening atau apel terlebih dahulu sebelum pemberangkatan kereta.
Dalam apel tersebut seorang masinis akan memimpin apel. Apel tersebut terdiri dari dua apel, apel keberangkatan dan apel purna dinas. Hal tersebut bertujuan agar sesama petugas bisa selalu terjalin komunikasi yang baik. Karena jika komunikasi yang baik itu selalu terbangun maka besar kemungkinan harapan dari sebuah tim akan tercapai.
Apel telah selesai saat itulah Dimas bersama kru yang bertugas dengan penuh semangat serta rasa tanggungjawab menjalankan tugas mereka dengan sebaik-baiknya. Keselamatan dan kenyamanan para penumpang adalah hal utama bagi mereka. Terkhusus bagi seorang Dimas. Bagi Dimas saat melihat para penumpang sampai pada tujuan dengan perasaan lega dan bahagia karena bisa berjumpa kembali dengan keluarga mereka, merupakan hal yang sangat membahagiakan untuknya.
Dimas Adityama Putra Wijaya yaitu seorang laki-laki yang mengenakan pakaian dinas putih serta jaz hitam yang melekat pada badannya yang tegap, tinggi dan cukup atletis karena dia termasuk pencinta olahraga, laki-laki itu terlihat penuh kharisma saat bertugas terlebih senyum dan keramahan yang senantiasa terpancar di wajahnya. Dimas pun melangkah dan memasuki pintu pertama pada kereta penumpang.
Para penumpang kereta itu pun duduk dengan tertib dan teratur melihat seorang Dimas Adityama Putra Wijaya memasuki kereta dan memberikan instruksi kepada para penumpang agar tertib seraya memeriksa tiket para penumpang kereta.
Di satu sisi seorang gadis bersama dengan Ibunya tengah berlarian mengejar kereta mereka yang sudah mulai berjalan keluar dari stasiun.
Disisi lain Dimas masih terus melangkah dari pintu satu ke pintu seterusnya sampai menuju ke pintu kereta yang terakhir. Hingga pada akhirnya kejadian diluar dugaannya pun terjadi secara nyata didepannya.
Dimas memberikan senyum terbaiknya saat mendapati dua penumpang yang baru saja akan menaiki kereta dengan langkah tergesa dan nafas yang sangat terengah-engah. Terutama untuk wanita satunya yang tidak terlalu tua tetapi juga tidak lagi muda yang terlihat tampak pucat.
Dengan sigap Dimas tak hanya menampilkan senyumnya tapi juga mengulurkan tangannya untuk membantu wanita itu naik dan berjalan mencari tempat duduk sesuai nomor yang telah diperoleh saat memasan tiket. Tapi, apa yang terjadi?
"Stop! Jangan sentuh Ibu saya! Saya bisa menjaga Ibu saya sendiri."
Tegas seorang wanita yang hendak Dimas bantu.
Dan wanita itupun naik lebih dulu dan mengulurkan tangannya untuk Ibunya bisa naik. Dan untungnya kereta yang mereka naiki berjalan tidak terlalu cepat.
Tak lama kemudian, terdengar suara lembut berimbuh nasehat terucap pada lisan Ibu itu saat sudah berhasil naik.
"Zalfa, apa yang kamu lakukan, Nak. Beliau ini kondektur di kereta ini. Sudah tugas beliau memberikan pelayanan sebaik mungkin, khususnya pada wanita yang tak lagi muda seperti Mama." tutur wanita yang ternyata adalah Mamanya Zalfa.
Tak selang berapa lama terdengar suara batuk dari sang Mama, melihat itu Zalfa begitu menghawatirkan kondisi Mamanya. Dengan langkah tergesa-gesa Zalfa menuntun Mamanya ke tempat duduk sesuai no yang diperolehnya. Namun, sang Mama itu masih sempat menatap ke arah Dimas dan mengucapkan terimakasih. Dimas pun membalasnya dengan memberikan senyum tulus dan hangatnya. Sekejap Dimas begitu salut akan perempuan itu, betapa kuat dan hebatnya dia bisa membantu Ibunya untuk naik kereta ini. Mana kereta sudah berjalan walaupun dengan kecepatan yang tidak terlalu cepat.
Namun tak dapat dipungkiri oleh Dimas, suara gadis itu selalu terngiang-ngiang ditelinga dan fikirannya.
"Stop! Jangan sentuh Ibu saya! Saya bisa menjaga Ibu saya sendiri." Dimas kembali mengingat ucapan itu.
"Wanita galak dan aneh!" Dimas membatin.
Dalam kenyataan Dimas hanya mengelus-elus dada agar lebih bersabar mungkin ini cobaan dari Tuhan agar ia lebih bisa meningkatkan rasa sabarnya.
"Sabar ... Dimas ... Sabar!" ucapnya lirih.
Dan itulah "Dimas Adityama Putra Wijaya". Seorang laki-laki yang penyabar, penuh dengan tanggungjawab dan pastinya sangat tampan.😍
𝓑𝓮𝓻𝓼𝓪𝓶𝓫𝓾𝓷𝓰...!
🤩
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
pensi
hai Thor salam kenal ya, favoritkan kembali novelnya 🙏🙏
2022-08-18
1
pensi
betul, ibaratnya sebagaimana kita hidup sudah ada skenario, bahkan sedang menentukan peran protagonis dan antagonis nya.
2022-08-18
1
VLav
semangat karya barunya ya 👍
2022-06-08
1