Lihatlah!

Dimas Adityama Putra Wijaya merupakan seorang kakak dari seorang adik perempuan. Orang tuanya bekerja sebagai seorang guru di kota S. Guru PNS sekaligus Kepsek lebih tepatnya.

Menjadi kakak pertama dengan adik yang sudah hidup bahagia dengan keluarga kecilnya, membuat Dimas mendapat dorongan dari sang Mama agar ia segera menikah seperti sang adik.

Jujur saja itu sering kali membuat kepala Dimas cukup cenut-cenut. Karena bagi Dimas menemukan seseorang yang tepat untuk masa depannya sehidup dan semati itu perlu proses tidak bisa dengan asal-asalan yang penting ia segera menikah. Oleh karena itu ia selalu keukeuh untuk tidak menikah dulu sampai ... sampai ada wanita yang mampu menarik dan menggetarkan hatinya sama seperti seseorang di masa lalunya. Sayangnya seseorang dimasa lalunya tidak berjodoh dengannya. Dan malah mengkhianatinya.

Sejenak Dimas menatap kembali 2 wanita yang baru saja menemukan tempat duduknya. Ia berfikir bagaimana ia bisa mengatakan wanita itu aneh dan galak sedangkan lihatlah pemandangan di depan yang tak jauh dari tempat ia berdiri sekarang.

"Lihatlah! Betapa perhatian dan sayangnya wanita itu pada wanita yang dipanggilnya "Mama", "

ujar Dimas dalam hatinya. Ia menegaskan kembali pada hatinya bahwa tidak pantas kalau ia mengatai wanita itu dengan wanita aneh dan galak.

"Ma ... duduklah di sini! Hati-hati Ma! Hati-hati!" ucap Zalfa merangkul pelan dan lembut pundak Mamanya. Secara beriringan Zalfa pun ikut duduk disamping Mamanya.

Mereka tak sadar sedari tadi ada sosok yang tengah memerhatikan mereka dari tempat yang tidak cukup jauh dari tempat mereka duduk.

"Lihatlah Dimas! Bagaimana wanita seperti itu nanti akan memerhatikan suaminya?" tanya hati Dimas, "Tentu wanita seperti itu akan memerhatikan dan melayani suaminya dengan sigap dan sepenuh hati. Itu tidak perlu diragukan lagi! Sebab Ibunya saja diperhatikan sebegitunya olehnya apalagi suaminya nanti." Dimas berkelana dalam hati dan fikirannya sendiri.

Hingga, beberapa menit kemudian ...

Tanpa Dimas bayangkan, seorang wanita telah berdiri tepat di hadapannya dengan sudut mata yang tampak sipit karena bibirnya tengah menyunggingkan sebuah senyuman.

Hati Dimas pun, entah bagaimana bisa? Yang pasti melihat sisi lain dari wanita yang ia bilang aneh dan galak itu, tanpa sadar hati Dimas telah berpacu dengan begitu cepatnya saat ini.

"Pak maafkan saya atas perilaku saya tadi yang kurang sopan kepada Anda." tegas wanita dengan pasmina hitam dengan mengenakan rok hitam dan baju batik yang dikenakannya. Tak lupa jam tangan kulit pun turut melingkar di tangan kirinya yang berkulit putih dan bersih.

Dimas boleh berdebar hatinya saat ini mendapati permintaan maaf dan seulas senyuman tulus pada wanita yang berdiri di hadapannya saat ini. Namun Dimas tetaplah Dimas, ia tetap bersikap seprofesional mungkin yang ia bisa. Berusaha untuk tidak gugup dan menetralisir detak jantung yang berpacu tidak karuan.

Wajah Dimas pun menampakkan seulas senyuman tulusnya dan membalasnya dengan, "Sama-sama."

"Alhamdulillah, baiklah saya akan kembali ke tempat duduk saya untuk menemani Mama saya. Mama saya pasti akan bahagia karena Anda telah menerima maaf saya." ucap wanita itu yang ternyata adalah Zalfa, "Sekali lagi terimakasih."

Zalfa pun perlahan hilang dari hadapan Dimas.

Zalfa telah duduk tepat di samping Mamanya. Sesekali nampak Zalfa yang begitu memanjakan sang Mama dengan beraneka makanan yang ditawarkannya untuk Mamanya.

...----------------...

Mama Zalfa menanyakan kembali pada putrinya perihal apakah Pak kondektur itu marah atau tidak.

Zalfa duduk tepat di samping Mamanya. Zalfa mengatakan bahwa Pak kondektur itu tidak marah dan menerima maafnya.

"Alhamdulillah ..." Mama Zalfa lega dan bahagia.

"Sekarang Mama makan dulu!" Tutur Zalfa mengeluarkan kotak makanan untuk sang Mama,"Selesai makan Mama harus minum obat, ya Ma!"

Mama Zalfa pun mengangguk.

~𝓕𝓵𝓪𝓼𝓱𝓫𝓪𝓬𝓴 𝓞𝓷~

Dikursi no 15 A dan 15 B dua orang wanita yang tak lain dan tak bukan adalah gadis yang dengan beraninya dan tanpa segan menolak bantuan dari kondektur di kereta yang sedang ia naiki dengan Ibunya.

"Ma ... duduklah disini! Hati-hati Ma! Hati-hati!" ucap Zalfa merangkul pelan dan lembut pundak Mamanya. Secara beriringan Zalfa pun ikut duduk di samping Mamanya.

"Zalfa, kamu jangan begitu!" Mama Zalfa masih dengan posisi berdiri di depan tempat dudu mereka.

Zalfa pun menampilkan ekspresi seolah-olah bertanya apa maksud perkataan dari Mamanya barusan.

"Iya Nak. Kamu jangan bersikap seperti tadi dengan orang lain apalagi dengan Pak kondektur dari kereta yang kita naiki ini."

"Tapi Ma ..." Zalfa masih berusaha mengelak.

"Nak, enggak semua pria itu sama seperti Edo." Mama Zalfa menegaskan kalau tidak semua pria itu sama seperti Edo-pria dimasa lalu Zalfa, "Mama tau kalau Edo dulu juga seperti itu, enggak segan sama sekali bantu kita terutama membantu Mama dan tanpa pernah kita duga ia perlahan telah mengkhianati kita. Dia malah menikah dengan wanita lain padahal kalian sudah bertunangan."

Mama Zalfa pun menuturkan nasehat pada putri cantiknya itu,

"Allah tidak menjadikan Edo jadi jodoh kamu karena Edo memang tak sebaik yang kita lihat. Di depan sana pasti akan ada yang lebih baik dari Edo untuk putri cantik Mama ini." memegang lembut wajah Zalfa.

"Mama benar sekali! Kalau Edo baik Edo enggak akan ngelakuin ini ke Zalfa."

Wanita yang dipanggil Mama oleh gadis bernama Zalfa itupun mengenggam tangan putrinya memberikan kekuatan bahwa Mamanya akan selalu ada bersamanya.

"Emm ... Ma Zalfa merasa sudah melakukan kesalahan pada orang yang berniat baik pada kita."

"Tadi Mama sih, sudah sempat mengucapkan terimakasih pada pak kondektur itu, tapi belum sempat untuk meminta maaf."

Zalfa pun tampak menyesali perbuatannya. Zalfa tanpa segan mengangkat wajahnya dan menatap sekeliling kereta yang ditumpangi nya. Seulas senyum kelegaan pun terpancar di wajahnya.

"Kenapa Zalfa?" Tanya Mamanya ingin tau mengapa putrinya tiba-tiba tersenyum begitu.

"Ma, Zalfa akan meminta kepada seseorang yang tadi telah berniat baik kepada kita."

Mama Zalfa mengeryitkan dahinya, Zalfa pun menunjuk ke arah belakang dengan wajahnya.

Mama Zalfa mengangkat sedikit wajah dan kepalanya. Tampaklah sosok pria baik itu.

"Semoga saja permintaan maaf kamu diterima."

"Maksud Mama? Mama meragukan kalau permintaan maaf Zalfa diterima?"

Mama Zalfa menggelengkan kepala seraya membuang muka hendak menggoda putrinya.

"Ih Mama ... kok gitu sih sama putri sendiri?" Zalfa tak suka dengan Mamanya yang tidak percaya padanya,"Zalfa akan buktiin kalau permintaan maaf Zalfa akan diterima."

Zalfa keluar dari tempat duduknya dan kembali berkata pada sang Mama yang masih saja meledeknya, "Semoga saja dia enggak marah sama seperti kamu yang sudah marah-marah padanya. Ya semoga saja!" ucap Mama Zalfa dengan samar.

"Pasti diterima! Pasti!" Tegas Zalfa membalas perkataan sama Mamanya yang masih terdengar olehnya.

Zalfa pun berjalan menuju tempat dimana orang yang ingin ia minta maaf kepada orang itu.

....

~𝓕𝓵𝓪𝓼𝓫𝓪𝓬𝓴 𝓞𝓯𝓯~

Zalfa menyuapi Mamanya dengan pelan dan segenap jiwa. Mama Zalfa juga menerima suapan itu dengan senang hati dan segenap jiwa.

Dimas, pria tampan yang berprofesi sebagai kondektur itu, kini tengah tersenyum melihat perlakuan Zalfa untuk sang Mama. Bisa diartikan senyuman Dimas itu adalah senyum kekaguman. Namun, tentu itu tidak membuat Dimas lupa akan tugas-tugas dari pekerjaannya saat ini.

𝓑𝓮𝓻𝓼𝓪𝓶𝓫𝓾𝓷𝓰...!

Episodes
1 Kejadian diluar Dugaan
2 Lihatlah!
3 Cuma Masa Lalu yang Kurang Menguntungkan
4 Surat Undangan
5 Ulah Ica
6 Kue Pandan Coklat
7 Mereka Mirip?
8 Hilang Konsentrasi Karena Rindu
9 Cegukan
10 Cepat Carikan Mama Menantu!
11 Pertemuan
12 Pak Dimas baik-baik saja kan?
13 Kejadian yang Mendebarkan
14 Hanya Mengungkapkan Kriteria
15 Mandiri dan Dewasa
16 Cincin Pengganti
17 Ingin Menatap Masa Depan
18 Kejutan Lain
19 Cincin dan Kebimbangan
20 Menceritakan dan Menelfon
21 Menyusun Rencana
22 Ini dari Pak Dimas?
23 Jadi, maksud kamu Zalfa?
24 Cintai, Miliki dan Sayangi Karena Allah
25 Zalfa bangun, bangun Zalfa!
26 Harus Yakin!
27 Keadaan Zalfa
28 Akan Kuat!
29 Dibalik Permintaan Maaf
30 Kbahagiaannya Dimas itu cuma kamu Zalfa!
31 Sebenarnya Merindu
32 Semakin Membaik
33 Zalfa Seorang
34 Kabar untuk Dimas
35 Sadarkan Diri
36 Dimana Pak Dimas?
37 Ini Benar-benar Kamu!
38 Permintaan
39 Penyesalan Meta
40 Dilema
41 Malam Panjang
42 Sah
43 Menceritakan
44 Keadaan Bu Ambar
45 Kejutan untuk Dimas
46 Menghabiskan Waktu Bersama
47 Moment Hujan Deras Cokelat Hangat
48 Saat Kamu Rindu, Sebut Aku dalam Do'a Kamu!
49 Berjauhan
50 Berat
51 Siapa dia?
52 Sempurna!
53 Udah Jadi Suami Orang
54 The wedding of Dimas dan Zalfa?
55 Bertemu Kembali
56 Ngunduh Mantu
57 Baiklah, Ayo Fasya!
58 Mas Adi
59 Enggak Salah Milihin Menantu
60 Cantik Luar dan Dalam
61 Satu Hati Satu Jiwa
62 Siapa Orang itu?
63 Menjaga Sebaik Mungkin
64 Cinta di Stasiun Kereta
65 Tujuh Bulanan
66 Bertaubat
67 Secarik Kertas
68 Perjuangan Dimas
69 Putri Humaira Adityama Wijaya
70 Akhir Bahagia "Keluarga Kecil Dimas"
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Kejadian diluar Dugaan
2
Lihatlah!
3
Cuma Masa Lalu yang Kurang Menguntungkan
4
Surat Undangan
5
Ulah Ica
6
Kue Pandan Coklat
7
Mereka Mirip?
8
Hilang Konsentrasi Karena Rindu
9
Cegukan
10
Cepat Carikan Mama Menantu!
11
Pertemuan
12
Pak Dimas baik-baik saja kan?
13
Kejadian yang Mendebarkan
14
Hanya Mengungkapkan Kriteria
15
Mandiri dan Dewasa
16
Cincin Pengganti
17
Ingin Menatap Masa Depan
18
Kejutan Lain
19
Cincin dan Kebimbangan
20
Menceritakan dan Menelfon
21
Menyusun Rencana
22
Ini dari Pak Dimas?
23
Jadi, maksud kamu Zalfa?
24
Cintai, Miliki dan Sayangi Karena Allah
25
Zalfa bangun, bangun Zalfa!
26
Harus Yakin!
27
Keadaan Zalfa
28
Akan Kuat!
29
Dibalik Permintaan Maaf
30
Kbahagiaannya Dimas itu cuma kamu Zalfa!
31
Sebenarnya Merindu
32
Semakin Membaik
33
Zalfa Seorang
34
Kabar untuk Dimas
35
Sadarkan Diri
36
Dimana Pak Dimas?
37
Ini Benar-benar Kamu!
38
Permintaan
39
Penyesalan Meta
40
Dilema
41
Malam Panjang
42
Sah
43
Menceritakan
44
Keadaan Bu Ambar
45
Kejutan untuk Dimas
46
Menghabiskan Waktu Bersama
47
Moment Hujan Deras Cokelat Hangat
48
Saat Kamu Rindu, Sebut Aku dalam Do'a Kamu!
49
Berjauhan
50
Berat
51
Siapa dia?
52
Sempurna!
53
Udah Jadi Suami Orang
54
The wedding of Dimas dan Zalfa?
55
Bertemu Kembali
56
Ngunduh Mantu
57
Baiklah, Ayo Fasya!
58
Mas Adi
59
Enggak Salah Milihin Menantu
60
Cantik Luar dan Dalam
61
Satu Hati Satu Jiwa
62
Siapa Orang itu?
63
Menjaga Sebaik Mungkin
64
Cinta di Stasiun Kereta
65
Tujuh Bulanan
66
Bertaubat
67
Secarik Kertas
68
Perjuangan Dimas
69
Putri Humaira Adityama Wijaya
70
Akhir Bahagia "Keluarga Kecil Dimas"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!