Jangan Galak-Galak Dong, Non !

Jangan Galak-Galak Dong, Non !

Perkenalkan, Si Bucin Akut

Hari ini, aku jatuh cinta.

Lebih cinta dari kemarin-kemarin.

Iya, kuakui, sukmaku sakit keras akibat perlakuan sosok yang satu itu.

Pagi ini,

Mataku terjebak di kelokan tubuh sintal memikat.

Balutan rok berbahan mengilat ketat membentuk pinggul dan paha.

Blus yang wanita itu kenakan terlihat mahal dan eksklusif.

Dan parfumnya, mungkin itulah wangi surga.

Setidaknya aku tidak sendirian.

Kulihat dari sudut mata ini kaum adam di sekitarku juga terpana melihat makhluk Tuhan berbaju hitam itu.

Kaki jenjangnya melenggang ringan dengan telapak runcing membentur lantai granit.

Bunyi Tak, Tok, Tak, Tok berkali-kali.

Sampai pening rasanya kepala ini mendengarnya.

Ujung stilettonya yang mengundang gairah.

Pikiran kami tidak bisa dikendalikan.

Mesum, vulgar, birahi, feromon, apalah namanya.

Kami berharap ujung sepatunya di atas dada kami, menekan dan mengintimidasi.

Khas Wanita dominan yang memimpin di atas...

“Danar,”

Panggilan itu langsung membuyarkanku. Pikiranku langsung kosong, tapi tubuhku tegang.

Herannya, mulutku bicara sendiri. “Ya Non?” begitu bunyinya.

“Kamu sudah pasang lampu kristal yang kemarin datang kan?” tanyanya dengan nada suara tak sabar.

Lalu aku pun semakin tegang, kali ini jantungku berdetak cepat.

Sebentar lagi alunan melodi yang sejak tadi kurindukan akan menyerangku

.

“Hem, sudah Non. Tapi...” aku tidak melanjutkan penjelasanku.

Rasanya tenggorokanku langsung kering.

“Tapi apa?”

Tuhan, suara itu lembut sedikit serak.

Kenapa Kau ciptakan bunyi yang seindah itu?

Kenapa aku senantiasa terhipnotis?

Aku mungkin bisa saja dengan kepatuhan yang tak masuk akal masuk ke jurang kalau suara itu merayuku untuk menurut!

Bagaimana caranya agar sosok ini mengeluarkan alunan dayu sesering mungkin?

Aku ingin dengar lagi nadanya.

“Maaf Non, saya mematahkan satu...”

“Kamu patahkan?!" Ia memotong kalimatku. Tapi, Sumpah! Aku tidak keberatan.

"Danar!! Saya nggak salah dengar kan?! Itu harganya ratusan juta!! Mau saya potong THP kamu juga nggak bakalan cukup!!”

Ah...

Ini dia!

Berterima kasihlah para laki-laki durjana di ruangan ini, kepadaku.

Kupersembahkan irama indah bersahut-sahutan, memaki diriku dengan hina seakan aku keset di depan pintu yang becek basah oleh hujan dan menciprat paha mulusnya.

Aku mau senyum pun harus aku tahan mati-matian karena sedang dibentak.

Tak pantas rasanya, salah-salah aku disangka orang gila kalau menarik kedua sudut bibirku.

Padahal, rasanya aku memang tak waras.

Kuperhatikan beberapa di depanku, alias di belakang Bidadari ini, para pria menyeringai menikmati pemandangan aku diomeli.

Di sampingku juga banyak penonton yang menyunggingkan senyum memperhatikan Sang dewi marah padaku.

Aku yakin di belakangku juga banyak hadirin yang mengamati cara Sri Ratu menyumpah serapah padaku.

Nasib jadi bawahan.

Aku tidak sakit hati, tidak.

Entah sejak kapan fetish ini muncul, aku senang mendengar Boss ku berteriak padaku.

Di lain waktu, aku pun mulai merasakan getaran aneh menjalari tubuhku.

Aku tahu rasa ini,

Candu dunia, nikmat dunia, neraka dunia, rasa dunia, dosa dunia, racun dunia, apalah namanya.

Aku hanya kenal satu kata.

Cinta.

Dan... bukan hanya dunia yang terlibat di dalamnya.

“Jangan galak-galak dong, Non. Saya kan tidak sengaja...”

Itu yang kuucapkan secara reflek.

Agak kasar dan terkesan cuek.

Ya, topengku yang sengaja kubuat khusus untuknya.

Jutek, tidak peduli, acuh dan acuh, tapi selalu ada di setiap kesempatan.

Tanpa ia tahu kalau otakku bermasalah saat berada di dekatnya.

Ya kuharap, ia tidak tahu...

“Tidak sengaja bagaimana?! Gampang banget kamu ngomong itu! Saya sudah bilang berapa kali untuk hati-hati! Itu setiap satu buahnya impor dari Africa!!” ia mulai berteriak.

Wah wah...

Nyanyian putri duyung saat di dalam air mungkin tidak seindah ini.

Simfoni piano mungkin tidak berdentang sememikat ini, Alunan hujan mungkin berderai tidak semenarik ini.

Sebentar lagi aku tak bisa memegang kendali atas tubuhku.

Pikiranku mulai berkelana.

Jadi, untuk saat ini, mohon maaf aku akan sudahi pertunjukan.

Karena semakin harmonis rasa ini, semakin rindu tercuat ke permukaan.

“Non, meetingnya 10 menit lagi. Nona harus blow rambut kan?” aku mengingatkannya.

“Haish!! Beneran kamu ini bikin saya repot! Perbaiki bagaimanapun caranya! Selesai meeting semua harus beres!!” teriaknya emosi sambil berjalan membawa tubuhnya ke arah lfit.

Aku menatapnya dalam sendu. Kedua tanganku bertengger di pinggangku.

Sang Maharani pun masuk ke dalam Lift bersama stiletto si provokator.

Benda hitam itu seakan mengejekku bagai berujar : pasti kamu membayangkan jadi diriku, diinjak-injak namun disayang.

Gila!

Mulutku mendesis sebal.

Perkenalkan, Namaku Danar Sanjaya, aku supir pribadi sekaligus Asisten si Penoreh Panah Cinta di hatiku.

Nona Dias Hardiyata.

Nona bukan julukan, bukan jabatan, bukan posisi hierarki, bukan panggilan. Nona adalah benar-benar namanya yang tertera di akte kelahiran.

Hari ini aku ditugaskan olehnya mengambil paket super duper penting berlogo barang pecah belah impor dari Afrika, kata Nona.

Paket itu sampai di Jakarta pagi hari, sehingga, sayang sekali, aku tidak mengantarnya berangkat bekerja.

Setelah tiba di Jakarta, paket itu segera kami pasang di langit-langit ruangan kantornya.

Lampu kristal yang beratnya 10kg.

Tampak berkilau indah, saat terkena pancaran sinar mentari semburat pelanginya menghantam dinding menjadikan siluetnya terpercik mempesona.

Tapi tidak secantik binar mata Nona.

Semahal apa pun kristal yang datang, wanita bermulut sepedas ular berbisa itu tetap terlihat lebih berkilau.

Ah! Hina sekali aku!

Kurang ajar!

Masa aku menyamakan Sang Aphrodite dengan seonggok kristal?! Murah sekali...

Bahkan berlian saja tidak bisa diumpamakan!

Tidak ada yang sebanding...

Kecuali...

Tidak! Tidak ada yang sebanding.

Ciptaan Tuhan yang satu ini paling sempurna untukku.

Kita kembali ke kejadian pasang lampu,

Saat lampu itu terpasang di atas, kami baru menyadari kalau ada pecahan di dasar kotaknya.

Aku bagian menyekrup plafon, jadi sebenarnya bukan salahku.

Tapi, aku begitu merindukannya.

Kami tidak bertemu pagi ini, aku disibukkan oleh masalah lampu kristal.

Si Cantik ke kantor bersama kakaknya.

Dan selesai memasang lampu, aku menyambutnya di lobi.

Saking rindunya aku mengaku kalau aku yang memecahkan lampu kristal.

Agar apa?

Agar urusanku dengannya semakin banyak.

Kalau perlu urusanku dengannya menumpuk setinggi Gunung Everest. Dengan begitu dia akan mengingatku selalu.

Dan lampu itu tergantung di ruangan kantornya, sesuatu yang harus ia datangi setiap hari. Dengan begitu, saat menatap lampu itu, ia akan ingat padaku.

Gila?

Begitulah...

“Danar!! Kamu mau naik tangga ke lantai 35 atau bagaimana, Hah!?” terdengar teriakannya di ujung ruangan, tepatnya di dalam lift.

Nah, kan! Aku malah lupa kalau harus mengikutinya masuk ruangan untuk memperbaiki lampu.

“Ya, Non,” sahutku sambil mempercepat langkahku dan masuk ke lift.

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

DANAR2, DIJODOHKN GK MAU, MLH KABUR, BGITU WANITA YG DIJODOHKN MA ELO SI NONA, BARU LO NYESAL, SKRG LO YG NGEJAR2 NONA HINGGA RELA JDI SUPIR NONA DIAS.

2023-10-16

0

🍊 𒈒⃟LBCûmï

🍊 𒈒⃟LBCûmï

aku mulai baca dari sini aja lah 🤭🤭🤭

2023-09-27

0

Ray Aza

Ray Aza

auto bolong dong....hahahaaa...

2023-08-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!