Blus Sutra Putihmu

“Berlutut,”

“Eh?”

“Saya bilang, berlutut,”

“Berlutut, Non?”

“Nggak dengar? Saya harus teriak?”

“Nggak usah teriak Non,”

Duhai Gusti, Tuhan semesta alam,

Apa yang terjadi? Kenapa aku di posisi terdesak seperti ini?

Walaupun aku sering membayangkan agar mimpiku di malam hari kunjung menjadi kenyataan,

agar siksaan halusinasiku menghilang laksana debu karena dunia realitas lebih menyenangkan,

agar bayangan abadiku dikala senggang bisa kuanggap sungguhan,

tapi rasanya kejadian yang saat ini terjadi tidak nyata!

Karena,

Dominasi dari Nona Dias kenapa sangat sesuai dengan keinginanku?!

Tahu kan maksudku?

Dalam fana, kita tidak selalu mendapatkan yang kita inginkan. Tuhan akan memberikan yang kita butuhkan, tapi manusia senantiasa gelap mata akan nafsu dan akhirnya malah menghujat Tuhan yang bermaksud sangat baik bagi ciptaanNya.

Namun,

Nona bertingkah sesuai yang kuinginkan. Tidak bisa kupercaya tapi tak bisa juga kuindahkan. Terlalu sayang untukku tak acuh.

Aku pun memenuhi perintahnya. Aku membenturkan lututku ke lantai batu.

Tidak terasa sakit, tapi dingin langsung menyerang kakiku.

Aku tidak protes, kukatakan di awal, kalau ia minta aku masuk jurang aku akan lakukan, ia menyuruhku membakar diri, akan kulakukan. Malah akan kusiramkan bensin ke tubuhku sendiri.

Di mataku, terasa kabur, sosoknya berjalan mendekat.

Dengan pakaian yang belum pernah kulihat, seksi dan liar. Bahan spandex dan kulit mengilat, jelita dan sempurna untuk menyiksaku.

Kurasakan jemarinya menelusuri daguku, lalu mengangkat kepalaku sedikit.

Dan suara indahnya yang sedikit parau berbisik padaku,

“Kamu tahu tidak, salah kamu apa?”

Aku tak bisa menjawab. Rasanya sih semua yang aku lakukan selama ini salah semua. “Banyak ya Non?” tanyaku.

“Ya jelas, lah!” serunya sambil menepis wajahku dengan kasar. “Kamu harus dihukum,”

“Eh? Dihukum Non?!”

Serius ini?

Sang Maha Pencipta, apakah aku tak salah dengar?!

Aku dapat hukuman apa? Aku sudah bersih-bersih, mobil sudah kucuci, bantex sudah kuletakkan di ruangannya, baju sudah ku laundry. Apa ada yang ketinggalan? Rasanya tak ada lagi yang tertinggal.

Kalau memang aku pantas dihukum akan kulakukan dengan ikhlas asal jangan sesuatu yang menyiksaku seperti dirimu menghilang seharian, atau kamu pergi tiba-tiba, atau kamu tak ada di sampingku lebih dari sehari. Semua sama saja ya. Intinya aku tidak bisa kalau jauh dari kamu.

Lalu di depan mataku, Si anggun perlahan membungkuk, lalu menurunkan kain segitiga tipis dari balik rok mininya.

Astaga!

Kali ini aku membeku. Rasanya pikiranku tidak pada tempatnya.

“N-N-Non?” aku ragu ini kenyataan.

Bahkan kalau mimpi aku akan sangat bersyukur atas anugerahMu, Tuhan.

Kau memberiku visual tak ternilai yang mudah-mudahan saat aku bangun aku tidak Kau berikan lupa.

Nona melempar kain tipis itu ke samping sembarangan dan mendekat ke arahku, jarak kami hanya sejengkal saat ini..

Lalu menjambak rambutku dengan kencang, kepalaku langsung mendongak ke arahnya.

Aku Pasrah.

Sekaligus senang.

Kuharap ia memakiku dengan kata-kata kotor, atau menyiletku sekalian kalau kesalahanku dianggapnya sudah keterlaluan.

“Puaskan aku,” begitu katanya.

Heh? Aku tak salah dengar kan?!

“Non?” gumamku ragu.

Sosok indah ini perlahan mengangkat roknya.

Dan ...

“Danar?”

Dan...

“Danar Woyy!!!”

Aku pun membuka mataku.

Dug! Dug! Dug!

Suara bergema di sebelah telinga kiriku.

“Danar!! Buka pintunya! Hujan nih! Ah elah gimana sih!!” suara itu menjerit, asalnya dari luar mobil.

“Eh?” Aku menoleh ke samping. Kulihat Nona ada di luar sana, basah kuyub dengan tetesan air hujan membasahi rambut dan pakaiannya.

Ya ampun aku ketiduran! Mana mobil diparkir di halaman depan pula.

Aku pun memencet tombol kunci dan Nona masuk terburu-buru.

“Kamu ngapain aja sih?! Saya miskol berkali-kali!! Akhirnya saya cari mobil ke sekeliling parkiran dan hujan turun! Ketiduran udah kayak mati!!” seru si Kirana Hatiku marah-marah sambil memukul-mukul lenganku dengan kesal.

“Sori Non,” gumamku

Lalu tiba-tiba aku merasakan keanehan di pakaianku, sesuatu yang risih dan lembab.

Mataku reflek menunduk ke bawah, dan kusadari kalau...

Astaga Ya Tuhanku... Aku baru saja mimpi basah.

"Saya hampir saja telepon taksi online kalau kamu nggak ketemu! Saya carcall juga nggak dijawab! Kenapa nggak parkir di basement, Hah?! Kalau kamu masuk kan petugas parkir gampang lacaknya!!” serunya kesal. Bergema di telingaku suara indahnya, memakiku sesuka hatinya.

Nada yang mendayu berirama bagaikan simfoni khayangan. Menggelitik gendangku bagai syair tak berdawai.

Nikmat rasanya kudengar, kalau saja aku tidak repot mencari bantal untuk menutupi noda kekhilafanku yang terpatri di depan celana chino coklatku!

Ah! Itu dia bantal laknat itu, kucari-cari ternyata di jok belakang.

Jadi secepat kilat kusambar benda empuk itu dan kuletakkan di pangkuanku. Sementara Nonaku masih ngomel-ngomel kalau ia ada janji meeting lagi dengan klien berikutnya, dan dia tak bisa pergi dalam keadaan basah kuyub seperti ini.

Ruangan mobil yang sempit jadi berasa sesak akibat teriakan-teriakan frustasi si biduan surgawi.

Hari ini, ia memakai setelan berwarna putih dan coklat, blus panjang dari sutra dengan ikat pinggang Hermes, dan paduan rok ketat berbahan mengkilat warna coklat muda. Karena itu aku juga memakai kemeja putih dan celana coklat agar senada dengannya.

“Jadi gimana tanggung jawab kamu, baju saya basah semua begini?!”

“Pulang dulu ya Non ganti baju, reschedule dulu meetingnya?” usulku sambil reflek pandangan mataku beralih ke arah pakaiannya yang basah.

Lalu kusadari, hal itu fatal.

Bra merahnya terceplak jelas di balik kemeja putih sutranya.

Alkisah si Pengejar Cinta

Berharap sayang dari penghuni Nirwana

Namun terburu melangkah ia tercela

Bidadari bukannya merindu malah menghina

Hei, Danar Sanjaya

Kebodohanmu makin merajalela

Kondisikan matamu ke Nona

Terpana terpikat boleh saja

Asal jangan sampai mulutmu ternganga

Misimu memikat si Nona jelita

Bukannya malah bikin malu keluarga!

"Matamu kemana!” seru Nona sambil menemplok wajahku dengan tangannya dan menepiskannya ke samping.

Duh, pedasnya tamparanmu, Cinta...

Fix, hari ini aku tak cuci muka sampai besok.

“Reflek, Non,” gumamku sambil menyalakan mesin mobil.

Susah payah kukondisikan raut wajah ini supaya tak menyeringai memperlihatkan gigi.

Kalau aku senyum-senyum karena ditampar bisa-bisa dia malah kabur karena ketakutan.

"Kita pulang! Ngebut! Meeting di tempat berikutnya jam 1, 30 menit dari sekarang! Awas telat! Bukan cuma gaji kamu yang saya potong, tapi kamu harus lembur jadi ART seminggu beresin rumah saya nggak digaji! Jelas?!" Serunya kesal.

Maafkan aku yang hina ini, tapi bibirku senyum sendiri tanpa sempat dapat kukendalikan.

Hei, penoreh hati

Ucapanmu barusan memancing jiwa binalku.

Kemarin kau minta aku carikan ART karena si mbak yang lama harus pulang kampung karena menikah.

Dan kini kamu minta aku yang jadi ARTmu selama seminggu tanpa digaji?

Kau pikir siapa aku?

Laki-laki rendahan yang harga dirinya bisa kau injak seenak dengkul?!

IYA, kau benar.

Ya sudah pasti itulah aku.

Sudah pasti juga aku MAU lah!

Jadi dengan senang hati, kutekan pedal gas dan kuarahkan mobil ini ke arah rute jalanan yang terkenal kerap macet panjang.

Agar kau telat sekalian ke meetingmu dan pakaianmu kering sendiri terkena AC mobil.

Terbayang makian apa yang akan kau kerahkan untukku.

Tapi aku tidak takabur, karena aku tahu, perjuanganku, seorang Danar Sanjaya, masih panjang.

***

Terpopuler

Comments

another Aquarian

another Aquarian

dasar edan 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2025-03-28

0

another Aquarian

another Aquarian

🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2025-03-28

0

another Aquarian

another Aquarian

segila ini Danar 😂😂😂

2025-03-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!