Undercover

Orang tuaku,

Seringkali menyebalkan

Namun aku tetap sayang

Aku,

Seringkali menjengkelkan

Namun orang tuaku tetap cinta

Kami,

Seringkali berdebat

Namun kami tetap ‘satu’.

Malam itu ayahku, Adi Sanjaya, mengirimkan pesan singkat padaku.

Tulisannya,

Bikin masalah apa lagi kau anak durhaka?! Duit ayah hampir 70 miliar kau depositokan dengan rate rendah tanpa izin! Dasar Anak Edan!

Aku menyeringai.

Yah begitulah aku.

Uang tunai tak ada, tapi aku masih punya giro dan bilyet ayahku yang terlanjur diatas-namakan padaku.

Sayangnya, aku tak bisa menjadikannya uang tunai. Bunganya pun harus masuk ke perusahaan ayahku. Aku hanya diberi wewenang untuk mengolah dan memanfaatkannya demi kepentingan perusahaan.

Jabatanku dulu Manager Investasi dan Keuangan, di perusahaan multinasional milik ayahku.

Sampai pada suatu hari, aku kabur.

Dengan Akta Perusahaan masih atas namaku.

Pengacara tak bisa mengalihkan ke atas nama orang lain.

Aku sedang dalam pelarian, tapi mau kembali malah tak bisa.

Intinya, aku sebenarnya dalam posisi terjebak.

Kenapa?

Semua masalah bermula saat aku akan dijodohkan dengan anak dari keluarga Hardiyata.

Mohon maaf, aku tak suka dijodohkan oleh wanita yang aku tak sukai bahkan wajahnya saja ku tak tahu.

Walaupun aku tak pernah lihat foto calonku, rasanya miris melihat putra dari keluarga pengusaha masih jodoh-jodohan.

Kenapa harus aku?

Toh masih ada kakak-kakakku yang lain.

Jadi aku kabur dari rumah, masalahnya kalau kabur sudah pasti dimiskinkan keluarga.

Demi prinsip.

Dan harga diri.

Lalu,

Timbul masalah kedua.

Pihak calonku marah besar, karena aku kabur dari perjodohan. Proyek kerjasama bernilai triliunan mereka batalkan. Mereka menganggap ini penghinaan.

Keluargaku terancam bangkrut gara-gara aku.

Lalu sekretarisku berhasil menghubungiku.

Padahal nomorku baru, dan aku juga ganti ponsel. Memang hebat sekretaris zaman sekarang, sudah pada canggih otaknya.

Aku curiga Mbak Windy, sekretarisku, juga memiliki relasi dengan pemilik satelit pelacak yang diterbangkan kelangit ketujuh diatas bumi.

Karena selama ini, yang ia cari pasti bisa ia dapatkan.

Yang di kirimkan pertama kali padaku adalah... Foto wanita cantik.

Nona Dias Hardiyata.

"Siapa?" tanyaku waktu itu. Jantungku entah kenapa langsung berdebar kencang.

30 tahun hidupku, baru kali ini aku melihat wanita secantik ini.

"Yang tadinya mau dijodohkan sama Bos," kata sekretarisku dari seberang telepon.

"Ampun, deh! Kenapa ayah nggak bilang kalau orangnya secantik ini?!"

"Sudah terlambat Bos, mereka sangat marah. Kata Pak Adi, Bos tak boleh pulang sampai hubungan dua keluarga membaik," pasti Mbak Windy sedang memakiku dalam hatinya. Kenapa aku tidak mencarinya sendiri lewat google. Wajah seorang puteri sultono pasti akan dengan mudah terpampang dimana-mana.

"Bagaimana caranya biar hubungan jadi baik!?"

"Bosku disuruh cari sendiri caranya,"

"Kita bisa adakan meeting besar,"

"Pak Adi bilang, pengacara sudah diinstruksikan untuk membekukan semua aset keuangan Bosku, semua fasilitas eksklusif di club dihold, dan diminta dengan sukarela menyerahkan semua kartu kredit yang Bos pegang atau angsuran kredit yang 'Letter of Gentlemannya' memakai jaminan nama Bos akan di restruktur, jadi Bos akan dapat kolektibilitas 5. Otomatis kartu kredit akan ditinjau ulang oleh Bank,"

"Kalau saya tidak bisa mendamaikan, bagaimana?"

"Bos nggak akan dapat warisan,"

"Hih! Kenapa jadi drama series gini sih?! Apa-apa ngaruhnya ke warisan! Emang berapa banyak sih warisan ayah? Bisa buat beli negara nggak?!"

"Jawabannya, bisa, Bos,"

Aku diam.

Banyak juga duit ayahku...

Aku tidak menaruh perhatian pada hal itu selama ini.

"Kok kamu tahu?" tanyaku.

"Ya dihitung dong Bos, nggak pernah baca Bloomberg ya? Pak Adi masuk 50 besar orang terkaya di dunia loh,"

Aku lupa, ada sebabnya Mbak Windy dijadikan sekretarisku. Karena dia kritis, teliti dan cekatan, sedangkan aku sebaliknya. Kelebihanku hanya ada di strategi keuangan.

"Balik lagi ke soal awal, kalau kartu kredit saya disita, jadi..."

"Iya, Bos harus cari pekerjaan lain untuk sehari-hari karena dana di rekening tabungan hanya 2jutaan, dilain pihak juga harus tetap menghandle dana investasi Jade Corporate,"

"Nggak adil dong buat saya,"

"Kata Pak Adi ... Sebentar Bos saya bacakan whatsap dari Pak Adi. Kalau tak salah hurufnya capital semua," terdengar kresek-kresek dari seberang sana. Mbak Windy sedang merogoh tasnya untuk mengambil ponselnya yang satu lagi.

"Ehem! DASAR ANAK TERKUTUK BIKIN MALU KELUARGA! PERBAIKI SALAH KAMU ATAU KAMU JANGAN PULANG SEKALIAN! JANGAN KAU BERANI PROTES TANYA INI-ITU!!!"

Aku menjauhkan ponselku.

Suara cempreng mode berteriak Mbak Windy membuat telingaku berdengung.

"Nggak usah pakai teriak dong," keluhku.

"Saya diinstruksikan untuk berteriak kalau baca whatsap dari Pak Adi ke Boss," kata Mbak Windy.

Aku mencibir sebal.

"Bos, saya ada usul sih. Bisa dijalani kalau Bos mampu, tapi jangan dipaksa kalau keberatan. Saya juga tak ingin dibawa-bawa ke persoalan keluarga konglomerat, bisa-bisa saya jadi konglomelarat," kata Mbak Windy.

Kenapa jadi basa-basi busuk sih? Biarlah, kudengarkan saja usul Mbak Windy. Mudah-mudahan problem solving.

"Jadi, karena sudah tak mungkin minta maaf dengan menampakkan diri ke keluarga Hardiyata, bisa-bisa baru sampai pagar Bos akan ditembak mati sama sniper, jadi Bos bisa menyusup menjadi karyawan di keluarga itu. Saya akan buatkan ijazah palsu. Buatlah semua orang di keluarga Hardiyata senang dengan Bos. Sehingga saat Bos mengaku, mereka akan bersimpati dengan Bos. Kalau perlu, Bos buat Nona Dias jatuh cinta pada Bos sekalian, biar semua urusan lancar,"

Begitulah awalnya,

Dan begitulah cerita kenapa aku bisa terjebak di sini.

Dari semua pekerjaan, yang kubisa hanya menyetir mobil. Jadi aku melamar pekerjaan di rumah ini sebagai driver pribadi Nona Dias, si cantik jelita dari khayangan.

Nona selama ini menyetir sendirian kemana-mana karena punya sifat kurang percaya dengan orang lain.

Aku, karena memang suka dengan segala jenis otomotif, akhirnya melamar pekerjaan itu.

Di rumah ayah, aku memiliki 12 jenis mobil dalam berbagai model. Klasik dan sport.

Dan mobil Nona BMW M3 termasuk mobil yang membutuhkan perawatan special. Jenis yang kusukai, liar dan sulit ditangani.

Mobil Nona, secantik pemiliknya. Memiliki tenaga puncak 510 dk dengan lecutan torsi 610 Nm.

Output dari mesin bi-turbo itu sangat besar yang sekaligus menjadikannya sebagai mobil sports sejati, mampu berakselerasi 0-100 km/jam dalam 4,2 detik.

Namun, jalanan di Jakarta dan suhu di negara tropis sangat berpengaruh terhadap kinerja mesinnya. Ban cenderung overspin, perawatan tidak mungkin di bengkel biasa. Sekali tergores harus di bengkel khusus dan tak boleh telat ganti oli. Bisa-bisa ngambek.

Tapi, walaupun ngambek tetap cantik seperti Nona. Siapa yang tega menelantarkannya?!

Misiku ada dua, mencari pekerjaan untuk biaya sehari-hari, dan membuat Nona Dias bersimpati padaku sehingga dia bisa memaafkan kesalahanku kabur dari perjodohan kala itu.

Sekian cerita masa laluku, kini aku sedang termenung di depan mesin cuci.

Sambil mengelus tengkukku yang masih merinding.

Membayangkan benih matiku yang menempel di pipi Nona.

Kenapaaaaaa,

Kenapa harus di area yang dekat sekali dengan bibir?!

Kuusap wajahku dengan satu tangan,

Berusaha mengembalikan kewarasanku atas pahitnya realita dunia,

Keengganan menyerangku, dunia halusinasi bertahan

Kesialan yang terjadi membuatku semakin gila

Para pengurus rumah tangga di rumah Nona dan keluarganya disediakan mess dekat dengan rumah utama. Malam ini semua berisitirahat di mess, rumah utama sepi. Hanya ada aku dan mesin cuci yang berputar di ruang laundry.

Aku tidak tinggal di mess, karena saat aku datang, mess sudah penuh.

Jadi aku nge-kost di lokasi yang jauhnya sekitar 5 km dari rumah Nona. Karena hanya di situ terdapat kosan yang murah sejuta per bulan kamar mandi bersama.

Si pemilik mata kecoklatan itu kabarnya tak mudah percaya orang lain menangani barang-barang miliknya. Asisten rumah tangganya, Bik Isma, sudah bekerja untuk Nona selama 10 tahun sejak Nona masih sekolah. Lalu janda itu akhirnya menemukan tambatan hatinya menggantikan suaminya yang telah meninggal, dan memutuskan untuk pulang kampung untuk honey moon selama seminggu.

Bik Isma mengurusi semuanya, dan Nona tak mau diladeni oleh ART lain, padahal ada 15 orang yang bekerja di istana ini. Entah trauma apa yang melandanya.

Saat bertemu denganku dan Nona menginstruksikan untuk pembagian tugas, Bik Isma menyeringai lega.

“Saya suka kuatir kalau Nona menyetir sedan mewah sendirian kemana-mana dan dia bahkan cuci mobil sendiri loh Mas!” kata Bik Isma kala itu.

Benar-benar wanita mandiri si Jelita satu itu. Aku semakin jatuh cinta padanya.

Jadi kalau Bik Isma tak ada, otomatis pekerjaanku berlipat ganda.

Besok aku harus... pokoknya daftar pekerjaanku ada 3 halaman word. Banyak. Termasuk menipedi.

Malam itu sunyi sepi.

Entah kemana manusia di Bumi ini.

Apakah mereka tenggelam ke gelapnya malam?

Atau memang enggan keluar karena dilanda guram,

Mungkin hari mereka melelahkan,

Seperti Nonaku yang elok harus...

“Danar?”

Aku tersadar dari cenungan, dan menoleh karena mendengar suara serak yang selalu kurindukan dari arah belakangku.

Sang pelukis hati sedang menatapku dengan mata sayunya, menyandarkan kepalanya di kusen pintu ruang laundry.

Dan pakaiannya,

Tuhanku, aku bersyukur padamu diberi sepasang mata yang masih jelas melihat indahnya dunia.

Pakaian Nona, sejenis daster haram yang menampilkan belahan dada rendah dengan lekukan pinggul seindah kelokan jalan raya di pegunungan.

Tujuanku membuatmu jatuh cinta padaku,

Yang terjadi malah aku yang tergila-gila padamu!

Sial, sungguh sial aku kabur dari perjodohan itu!

Sial, sungguh sial aku kena azab akibat melawan orang tuaku!

Sial, sungguh sial aku terhipnotis moleknya tubuhmu Nona Sayangku!

"Kamu ngapain sendirian di sini?" tanyanya. Tapi di telingaku terdengar seperti nyanyian Putri Duyung. Mendayu dan berdengung menusuk benakku.

"Nyuci bantal, Non," kataku reflek. Bibirku berujar secara autopilot.

"Hem... Saya mau tanya, kamu jawab jujur,"

"Heh? I-iya Non?" kok rasanya perasaanku jadi tak enak?!

"Yang nempel di bantal itu noda apa sih? Kok pipi saya lengket?"

Aku tegang, diam sejuta bahasa.

Terpopuler

Comments

another Aquarian

another Aquarian

aku bacanya sambil ngebayangin makan ayam goreng lalap jengkol.... enaakkkkkkkkk....

2025-03-28

0

another Aquarian

another Aquarian

kesempatan maki-maki bos gada akhlak ya mb windy 🤣🤣🤣🤣🤣👍

2025-03-28

0

another Aquarian

another Aquarian

anakmu lagi cosplay bulol, ayah... 🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2025-03-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!