The Love Besty

The Love Besty

Prolog

Iren menatap Devi yang sedang sibuk menyiapkan bukunya dan memasukkannya ke dalam tas gadis itu.

"Bun, kamu semangat banget ketemu mereka?" tanya Iren yang agak bingung dengan Devi. Pasalnya sahabat yang dia panggil 'Bunda' ini dari semalam senyam-senyum sendiri karna hari ini ada seminar dan yang ngisi itu idola dia.

Devi menatap Iren dan mengangguk sambil tersenyum antusias. "Jelas dong, kamu tau .... " Devi mendekati Iren membuat Iren sedikit mundur. "Sudah tiga tahun aku berdoa supaya bisa ketemu mereka. Udah yuk berangkat nanti terlambat," ajak Devi dan menarik tangan Iren membuat gadis itu linglung mau tidak mau ikut dengan Devi.

Gimana gak linglung Iren yang masih bengong tiba-tiba main ditarik saja oleh Devi, untung Iren sayang Devi kalau tidak.

...🌐🌐🌐...

Sesampai di tempat seminar, sebelum masuk Iren dan Devi memilih untuk membeli minuman terlebih dahulu, dahaga mulai memanggil mereka.

Setelah membeli minuman mereka berjalan menuju ruangan yang akan diadakan seminar, lebih tepatnya di auditorium.

"Eh, Ren, aku kebelet pipis nih bawain dulu ya." Devi langsung menyerahkan minumannya kepada Iren membuat Iren mau tak mau menerimanya karna Devi langsung berlari begitu saja.

Iren mendengus sebal, selalu saja begitu.

Lagi, gadis itu mendengus sebal melihat tali sepatunya terlepas. Iren berjongkok dan menaruh kedua minuman gelas itu dilantai kemudian mulai mengikat tali sepatunya.

Selesai mengikat tali sepatunya Iren berdiri dan tidak lupa mengambil kedua minumannya, Iren berjalan dan kaget saat seseorang menabraknya dan tanpa sengaja dia menumpahkan minuman miliknya kebaju orang tersebut.

Iren panik dan menatap orang yang menabraknya itu. Iren sedikit mengerutkan keningnya saat melihat orang tersebut, siapa dia? kayanya baru pertama kali Iren melihatnya.

Pria tinggi dengan tinggi kira-kira 176 sentimeter, kulit putih, alis tebal, rambut cepak dan sedikit berkumis membuat Iren merasa jika pria dihadapannya ini pastilah jauh lebih tua dari dirinya.

"Aduh Om, maaf saya gak sengaja." Iren bingung, dia mencoba membersihkan bekas-bekas minumannya di kemeja pria tersebut. Jantungnya sudah kembang-kempis di dalam sana.

Pria di hadapannya itu menatap Iren.

"Kamu bilang apa tadi? Coba ulangi!" pria itu tidak habis pikir dengan gadis di hadapannya, bisa-bisanya dia dipanggil 'Om' padahal umurnya belum sampai untuk dipanggil Om oleh gadis ini.

"Saya gak sengaja?" tanya Iren yang tampak ragu dan menatap pria di hadapannya sambil mengerutkan keningnya, pria tersebut menggelengkan kepalanya. Bukan itu yang ingin dia dengar.

"Bukan, kamu tadi manggil saya dengam sebutan apa?" tanya pria itu membuat Iren bingung. Memangnya Iren manggil dia apa? Iren ingat-ingat dulu. Ahhh akhirnya Iren ingat.

"Om?" Iren menatap pria tersebut dengan tatapan ragu dan kening mengkerut. Di dalam sama dia sudah sedikit takut jika pria di hadapannya akan memarahinya.

Pria itu berdecak sebal dan berjalan mendekat ke arah Iren membuat gadis itu mundur karna takut. Mau ngapain nih si Om?

"O ... Om mau ngapain ya?" tanya Iren sedikit takut dan dia kaget saat punggungnya bertabrakan dengan tembok sedangkan pria di hadapannya itu semakin mendekat ke arahnya.

"Emang wajah saya persis seperti om-om?" tanya pria itu sambil menatap Iren tajam membuat Iren mengangguk pelan, sedetik kemudian dia langsung menggeleng.

"Se ... sedikit sih," ujar Iren dengan nada gemetar. Kenapa pria ini sangat menakutkan.

Pria itu berdecak sebal dan tersenyum miring menatap Iren membuat gadis itu semakin takut. Tangan pria itu terangkat untuk merapihkan helaian rambut Iren yang menghalangi wajah cantik gadis itu.

"Jangan-jangan Om ini pedofil lagi, aaaa Mama tolong Iren." batin Iren berteriak kencang.

"Kamu tau siapa saya?" tanya pria itu tangan terangkat untuk mengelus pipi chubby Iren. Iren menggelengkan kepalanya tanda dia tidak tau siapa pria di hadapannya yang berani-beraninya pegang-pegang wajahnya. Pria itu mendengus dan tersenyum tipis menatap Iren. Tangannya sudah ia turunkan.

"Om, maaf saya ada seminar," ucap Iren dan langsung kabur bertepatan dengan itu Devi keluar dari kamar mandi. Iren membuang gelas minumannya ke tempat sampah dan langsung menarik tangan Devi, membuat sahabatnya itu kaget bertanya-tanya ada apa dengan sahabatnya ini yang kelihatannya seperti sedang dikejar hantu.

Pria itu mengibaskan tangannya di bajunya yang basah dengan sebal dan tersenyum miring melihat kepergian gadis yang menabraknya itu.

"Gadis yang menarik." batinnya.

...🌐🌐🌐...

Rasa kantuk datang secara tiba-tiba membuat Iren rasanya tidak bisa menahannya. Kepalanya dari tadi sangat ingin menempel di atas meja, sungguh ini seminar yang sangat membosankan baginya.

Devi menyenggol tangan Iren membuat gadis yang sedang mengantuk itu refleks kaget dan menatap Devi dengan mata lima wat.

"Ngantuk banget, Bun," ujar Iren yang tak bisa menetralisir rasa kantuknya dan Devi tak menanggapinya, baginya berada di sini saja sudah membuatnya senang. Bahkan hanya dengan melihat orang yang mengisi seminar rasa kantuknya hilang begitu saja, dia terlalu bersemangat dan bahagia karna kedatangan dua orang yang bisa memotovasikan dirinya dalam belajar.

"Maaf yang duduk di pojok kalau kamu mengantuk bisa keluar sekarang juga."

Devi kaget dan menunjuk dirinya sendiri kemudian pria yang sedang mengisi seminar itu menggeleng dan menunjuk Iren dengan pulpen yang sedang dirinya pegang ke arah gadis itu yang sedang memijat pelipisnya agar tidak mengantuk, Devi segera menyenggol Iren membuat gadis itu menatap Devi dengan kening mengerut.

Devi memberikan isyarat kepada Iren dengan jempolnya agar sahabatnya itu menatap ke arah depan.

Iren menatap ke arah depan dan kaget saat melihat pria yang tadi pagi dia tabrak dan dirinya mengotori kemeja pria itu, bahkan masih tercetak jelas noda minuman itu membuat Iren meringis pelan.

"Kamu," ucap pria itu sambil menunjuk Iren membuat Iren menatap ke arah samping kanan kiri dan belakang, apa pria itu sedang menunjukkanya? Iren menunjuk dirinya sendiri dan pria itu mengangguk.

"Iya kamu ... bisa keluar dari sini, karna seminar saya bukan untuk ajang tidur!" ujar pria itu sarkatis membuat Iren sedikit kaget, apakah harus ya pakai nada marah begitu membuat Iren mendengus sebal.

Iren mengangguk dan berdiri, ia merapihkan bukunya dan langsung keluar dari ruangan seminar sambil komat-kamit tak jelas.

"Lagipula kalau bukan karna Bunda, aku gak bakal mau ikut seminar ini. Apalagi yang ngisi om-om pedofil kaya dia. Ihh gak banget," gerutunya sebal dan menghentakkan kakinya.

Sungguh Iren sangat ingin menendang wajah laki-laki itu, kesan pertama yang diberikannya memang tidak baik, tetapi, apakah perlu pria itu mempermalukannya dengan cara seperti tadi? ckck, sungguh kekanakan sekali pria tersebut.

"Baru ketemu aja udah bikin kesel, apalagi ketemu melulu bisa tambah rontok dah rambut aku." Iren menghentikan langkah kakinya. "Kenapa juga Bunda suka sama dia? hih aku sih Big No. Om-om pedofil kayak dia." Iren masih saja menggerutu tentang Om-om yang sudah membuat moodnya hancur.

Kemudian dia duduk di salah satu bangku yang tersedia, dia ingin menunggu Devi karna bagaimanapun dia datang dengan sahabatnya itu. Masa pulang dia sendiri itu namanya gak solidaritas.

Iren masih sebal dan kesal dengan laki-laki yang bahkan dia tidak kenal namanya itu.

"Kenapa juga dia banyak yang suka? Dasar om-om pedofil!" gumamnya sebal, jika boleh dia sangat ingin melayangkan sepatunya untuk laki-laki pedofil itu. Membuatnya gerah saja.

To Be Continue

Terpopuler

Comments

Lalalulu Siana

Lalalulu Siana

oke nyimak, tpi besok,,,. karna aku lagi ngantuk,, mo tidur lhok...😴😴

2020-12-03

0

Neng Euis

Neng Euis

Lanjut terus up kak 🤗..
Yuk kita saling Boom Like+ rate 5

Mampir cerita aku...
" Hello seoul"

2020-05-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!