Pembawa Sial?

Iren menghela nafasnya uang seratus ribu sudah lenyap tapi dia tidak menyesalinya jika dia telat membawa Dion ke klinik entah apa yang akan terjadi kepada anak sekecil Dion.

Dion seorang anak laki-laki yang baru berusia empat tahun. Bagaimana Iren tega membiarkan Dion menahan rasa sakit itu.

"Gimana Dion, Bu?" Tanya Iren ketika sudah kembali dari menebus obat dan membayar administrasi. Dia benar-benar khawatir dengan keadaan anak berumur empat tahun itu.

"Alhamdullilah, Neng, Ibu sama Bapak sungguh berhutang budi kepada kamu, makasih banyak, neng" ucap sang Ibu dan Iren tersenyum sambil mengangguk.

"Sama-sama, Bu, yang penting Dion sudah baik-baik saja" ucap Iren dan Ibu pun tersenyum sambil mngangguk. Baru kali ini dia menemukan gadis muda yang baik hati seperti Iren.

Mereka berjalan keluar klinik untuk menemui Bapak Abidin dan Billy.

"Pak" ucap Ibu Aisha memanggil suaminya.

"Gimana, Bu?" Tanya Pak Abidin yang sudah sangat mengkhawatirkan anak satu-satunya itu.

"Alhamdullilah sekarang Dion lebih mendingan, Pak. Ini berkat neng Iren dan kang Billy" ucap Bu Aisha membuat pak Abidin menghela nafasnya lega. Pak Abidin menatap Iren membuat gadis itu hanya tersenyum.

"Makasih ya Neng Iren, kalau gak ada neng Iren bapak sama Ibu bingung harus gimana" ucap pak Abidin dan memegang kedua tangan Iren membuat gadis itu hanya mengangguk dan memegang kedua tangan Pak Abidin.

"Iya, Pak, jangan bilang makasih mulu nanti takutnya Iren malah jadi sombong, lagian sesama manusia itu harus saling tolong menolong" ucap Iren dan membuat Bu Aisha dan Pak Abidin tertawa sambil mengangguk.

"Kamu gadis yang baik hati, Neng. Ibu doakan kamu dapat jodoh yang baik juga dan jodoh yang bertanggung jawab. Dan Ibu juga mendoakan kalian supaya langgeng sampai ke pernikahan ya" ucap Bu Aisha membuat Iren mengamini ucapan Ibu Aisyah tapi sedetik kemudian dia merasa ada yang salah disini.

"Eh"

"Ayo Iren antar bapak sama ibu pulang" ucap Iren dan kedua orang tua itu menolaknya membuat Iren bingung.

"Gak usah, neng, habis ini bapak sama ibu pengen langsung pulang kampung aja karna disini kita gak punya siapa-siapa dan gak punya uang" ucap Pak Abidin dan Iren mengangguk, ada rasa prihatin atas kehidupan keluarga Pak Abidin ini tapi dia juga sadar dia disini hanya anak rantau.

"Yaudah, Pak, Bu, Iren pulang dulu" ucap Iren dan mereka mengangguk. Iren menyalami tangan Pak Abidin dan Ibu Aisyah.

Iren ingin berjalan dan baru tersadar jika Billy masih disitu.

"Eh, Om? masih disini?" Tanya Iren dan membuat mood Billy hilang seketika, pria itu mendesis pelan. Masa dia segede gini gak keliatan, ditaruh dimana itu mata?

"Saya gak setua itu!" Ucap Billy dingin dan berjalan pergi membuat Iren, Bu Aisha dan Pak Abidin terkekeh.

"Udah tua tapi merajuk" Gumam Iren pelan.

Sebelum mengejar Billy Iren pamit kepada kedua orang tuanya Dion.

"Tunggu Om" ucap Iren sambil berlari dan dia kaget saat kakinya tersandung dengan tiba-tiba dia kehilangan keseimbangan membuatnya ingin terjatuh untung saja ada yang menahannya membuat Iren tidak jadi berciuman dengan aspal, tapi dia malah berciuman dengan baju si Om membuatnya mendesah pelan. Masalah datang lagi.

Iren kaget saat lipstik yang dia pakai menempel dipakaian Billy dan menatap Billy dengan rasa bersalah. Haduh bakal kena ceramah si Om-om pedofil ini lagi deh.

"Saya kalau ketemu kamu pasti jadi sial" ucap Billy sebal dan langsung berjalan kearah mobilnya. Niat hati ingin menagih ucapan gadis itu eh dia malah yang ketiban sial lagi

Iren yang merasa bersalah hanya bisa menatap Billy. Apakah yang Billy ucapkan itu benar? Apakah setiap laki-laki itu bertemu dengannya akan menjadi sial? Begitukah?

🌐🌐🌐

Iren masuk kedalam kos-kosan disana dia melihat Devi yang sedang tengkurap sambil memainkan hp nya.

"Baru pulang?" Tanya Devi dan Iren berdehem sambil mengangguk tanpa menatap kearah Devi.

Devi terduduk dengan senyum melengkung.

"Kamu tau gak, Ren? Kak Jerome ngelike postingan aku, yaampun bahkan dia juga komen dipostingan aku" ucap Devi membuat Iren berbalik dan menatap Devi.

"Bunda ngetag dia?" Tanya Iren dan Devi mengangguk, gadis itu menatap Iren dengan senyum yang menghiasi wajah cantiknya.

"Aku ngetag kamu, Kak Jerome sama Kak Billy juga" ucap Devi dan Iren mengangguk. Entah kenapa mendengar nama si om pedofil membuatnya teringat masalah tadi pagi dan beberapa jam yang lalu, dia sangat merasa bersalah sekali dengan Billy.

"Aku mandi dulu ya" ucap Iren dan Devi mengangguk.

Devi kembali keposisi awalnya.

Dikamar mandi Iren menatap pantulan dirinya didalam cermin.

"Saya kalau ketemu kamu pasti jadi sial"

Kata-kata Billy selalu saja terngiang diotaknya, apakah Billy sebenci itu padanya karna masalah tadi pagi? Kan itu terjadi karna ketidaksengajaan.

Ingin rasanya Iren menghubungi Billy dan meminta maaf tapi apalah daya dia tidak tau nomor kontak Billy, mau DM lewat instagram juga pasti gak bakal dibalas kan yang DM dia buanyak, bejibun.

Iren mencuci wajahnya dengan air kemudian kembali menatap pantulan dirinya didalam cermin. Iren mendesah dan berpegang kuat pada pinggiran wastafel.

Tes

Air matanya jatuh, dia sangat sensitif dengan perkataan-perkataan yang bersifat negatif dari orang-orang, apalagi Billy yang mengucapkan jika laki-laki itu selalu sial bertemu dengannya.

Ingin rasanya Iren bertemu kembali dengan Billy tapi dia sadar laki-laki itu pasti tidak mau bertemu dengannya lalu untuk apa Iren bertemu dengan Billy?

Iren terdiam, bayangan wajah Billy tadi pagi saat laki-laki itu menatapnya dengan jarak yang dekat bahkan aroma mint dari laki-laki itu sampai menyeruak kedalam hidungnya.

"Sebenarnya si Om ganteng sih tapi kenapa ngomongnya itu gak di filter ya? Kan jadi sedih" Gumam Iren, apakah dia akan bertemu kembali dengan Billy? Tapi dalam acara apa dia bertemu kembali dengan laki-laki itu?

Iren tau kok umur Billy itu belum bisa dikatakan om-om untuknya karna yang Iren dengar dari Devi, Billy baru berumur 25 tahun, masih muda kan. Ganteng lagi gimana gak banyak yang naksir.

Awalnya Iren juga mau suka sama Billy tapi dia sadar diri, orang fansnya Billy banyak apalagi fans cewek-cewek pasti cantik-cantik gak sebanding dengan dia yang berwajah pas-pasan seperti ini. Dalam rangka apa Billy meliriknya?

Meskipun sedikit sombong dan sengak tapi Iren tidak bisa berbohong jika gadis itu sudah terpincut oleh Billy, akankah Billy juga terpincut oleh Iren?

"Ren, kamu kok lama banget sih? Ini udah malem tau, jangan kelamaan entar kamu bisa sakit" Teriakan Devi dari luar membuat Iren tersadar, ngapain juga dia jadi mikirin Billy padahal laki-laki itu juga gak mungkin mikirin dia.

"Iya, ini habis boker" Jawab Iren asal membuat Devi mendesis kencang.

"Jorok ihh kamu" Iren hanya terkekeh dan segera untuk mandi, kelamaan mikirin Billy jadi lupa untuk mandi kan jadinya.

To Be Continue

👍👍👍👍👍👍👍

******Hai Hai aku mau kasih cast nih, tapi kalau kalian ingin berfantasi ke cast yang lain gak papa, ini hanya sudut pandang dari aku aja. Thank you.

IRENA MENTARI****

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!