Iren, Devi, Aulia dan Rima sedang mendirikan tenda mereka, karna kebetulan mereka masuk dalam satu kelompok.
"Mbak ini gak bisa masuk kedalam tanah" ucap Rima yang terus mencoba memukul batu di ujung pangkur.
Devi langsung berjalan mendekati Rima dan membantu juniornya itu. Meskipun status mereka senior dan junior tapi mereka bersikap layaknya teman biasa.
"Mbak awas" mendengar itu Iren langsung tersadar dan menghela nafasnya kasar. Selamat.
"Untung aja gak kena palu mbak, mbak Iren lagi ada masalah? Kok melamun gitu?" Tanya Aulia dan Iren mengangguk, dia menghela nafasnya kasar.
"Sedikit" ucap Iren dengan tampang malas.
"Yaudah kamu lebih baik tenangin diri dulu aja, Ren. Dari pada nanti ada kenapa-napa sama kamu" ucap Devi dan Iren mengangguk.
"Maaf ya gak bisa bantu" ucap Iren dan mereka bertiga mengangguk.
Iren hanya duduk diam sambil menunduk, diotaknya banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang membingungkan, tadi sebelum perjalanan kemping Naga, teman satu angkatannya menembaknya dan membuat Iren bingung sendiri.
Iren saja tidak mengenal Naga tapi kenapa lelaki itu menembaknya? Dari mana Naga kenal Iren? Dan kenapa lelaki itu bisa suka sama dia? bahkan sampai nembak dia, Sumpah otak Iren rasanya mau pecah mikirin hal itu.
"Ren, oyy ngelamun mulu kamu" ucap Devi dan membuat Iren terkaget dan tersadar kemudian dia terkekeh menatap Devi.
"Kenapa?" Tanya Iren macam kaya orang linglung gitu.
"Itu tadi tangan Aulia gak sengaja kena gunting, bawa dia ketenda kesehatan gih" ucap Devi dan Iren mengangguk, dia berdiri dan mendekati Aulia.
Iren menuntun Aulia dan meringis melihat luka Aulia yang mengeluarkan darah.
"Pasti perih ya" ucap Iren membuat Aulia mengangguk.
"Bukan perih lagi mbak, ini cenat-cenut" Ucap Aulia membuat Iren meringis kemudian hanya mengangguk.
Sesampainya ditenda kesehatan, Aulia langsung diobati oleh perawat yang memang bertugas di uks kampus.
Sambil menunggu Aulia, Iren mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru, melihat-lihat tenda orang-orang yang sudah terpasang sampai dia kaget saat melihat Billy dan ternyata laki-laki itu sedang menatapnya, Iren celingukan karna dia takut dikira geer, lagi pula dia malas banget geer sama tatapan Om gila itu, dan ternyata tidak ada siapapun didekatnya jadi bener dong si Om ngeliatin Iren?
"Masa iya dia ngeliatin aku?" Tanyanya pelan, Iren mengalihkan pandangannya entah kenapa dia agak salting saat mengetahui Billy menatapnya.
🌐🌐🌐
Malam harinya BEM mengadakan permainan untuk semua mahasiswa yang mengikuti perkemahan.
Mereka mengadakan penjelajahan berpasangan, guru serta tamu boleh ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini.
Setiap orang diwajibkan memilih salah satu nomer yang sudah disiapkan, untuk laki-laki dan perempuan berbeda dan itu membuat laki-laki dan perempuan akan mendapatkan pasangan.
Iren membuka amplop yang dia pilih.
"Sepuluh" gumamnya pelan.
"Kamu berapa, bun?" Tanya Iren.
"Lima" ucap Devi.
"Siapa ya yang bakal jadi pasangan aku ya?" Tanya Devi dan Iren mengadikkan kedua bahunya.
"Gue yakin Kak Billy pasangan gue, pasti nomernya 15"
"Pasti Kak Jerome nomer 6"
"Kalian salah pasti Kak Billy nomer 7 sama kaya gue"
"Dan kak Jerome nomer 12 kaya gue"
Entah kenapa Iren dan Devi tidak suka mendengarnya dan mereka berdua memilih pergi dari situ. Yang membuat mereka tidak suka itu mereka selalu meninggikan Billy. Gak tau aja kelakukan si om pedofil itu kaya apa.
"Kalian bisa mencari pasangan kalian sekarang" ucap sang ketua BEM mempersilahkan mereka semua untuk mulai menyari pasangan mereka.
Inilah yang membuat Iren sedikit malas, dia itu sama sekali tidak suka hal-hal seperti ini. Mencari seseorang? Hello please.
Iren dan Devi mencari seseorang yang nomernya sama dengan dia, Iren menghentikan langkahnya saat melihat Naga berjalan mendekatinya dan laki-laki itu tersenyum.
Devi, dia sudah jalan duluan mencari pasangannya, Iren sedikit gelagapan ketika Naga semakin dekat dengannya.
"Kamu nomer berapa, Ren?" Tanya Naga lembut, sebenarnya Naga itu cowok yang baik, dia pakai kacamata tapi gak seperti anak culun, punya lesung pipit yang manis tapi entah kenapa Iren kurang sreg sama Nagabonar eh yaampun gak baik Ren ngatain orang macam ituh.
"Sepuluh" ucap Iren pelan dan membuat Naga menghela nafasnya kasar.
"Aku dua belas" ucap Naga, dalam hati Iren bersorak senang
"Iya, aku cari pasangan dulu ya, Ga" ucap Iren dan berjalan meninggalkan Naga, agak gimana gitu kalau harus berduaan sama Naga.
Iren menghela nafasnya kasar dan mendengus sebal menghentakkan kakinya sebal. Kenapa harus bertemu dengan laki-laki berkacamata itu sih.
"Ini orang yang nomer sepuluh mana sih, kok gak ada. Atau emang gak ada?" teriakan Iren tidak ada yang mendengarnya, ishh sumpah kesel deh kalau suruh main tebak tebakkan gini.
Iren mendengus sebal, matanya menatap kearah tenda yang sedang ramai, Iren penasaran, gadis itu langsung berjalan kearah sana. Kali aja ada orang berangka sepuluh.
Iren menerobos kerumunan dan ternyata yang sedang jadi pusat keramaian ini adalah Billy.
"Kak Billy nomer berapa? Nomer 27 ya?"
"Nomer 16 kan?"
"Minggir-minggir kalian itu jangan sok ya, Kak Billy pasti nomer 15 dan jadi pasangan gue" ucap Gisell ketua geng senior yang ditakuti sekampus.
Gisell ini ratu bully makanya sangat ditakuti di kampus, tapi anehnya saat dia ngebully orang itu para dosen, kajur, rektor gak ada yang tau, aneh kan.
"Kak Billy nomer 15 kan?" Tanya Gisell sok imut.
Billy memberikan kertas yang dia pegang dan Gisell segera membacanya dengan semangat.
"Sepuluh?" Ucap Gisell kecewa, dia menatap kearah Billy dengan tatapan kecewanya.
Deg
Iren kaget, dia melihat kertas yang dia pegang dan nomernya sama.
"Mbak Iren nomer sepuluh juga?" Tanya Aulia tak percaya dan suara Aulia membuat semua orang menatap mereka termasuk Billy.
Iren mengangguk, Billy berjalan mendekati Iren dan mengambil kertas yang dipegang Iren.
"See, dia pasangan saya, sebaiknya kalian cepat cari pasangan kalian masing-masing, sebelum acaranya mulai" ucap Billy kemudian menarik tangan Iren dan kelakuan Billy itu membuat semua orang yang melihatnya iri bahkan ada tatapan benci yang diberikan kepada Iren. Sedangkan cewek itu mah malah males berpasangan sama Om om pedofil macam Billy mending om om macam Chanyeol siap lahir batin abdi mah dipasangkeun.
Iren mencoba melepaskan tangannya dari cengkraman Billy yang lumayan membuat tangannya sakit.
"Om lepas!" Iren menghempaskan tangannya membuat tangannya terlepas dari tangan Billy. Laki-laki itu berbalik dan menatap Iren.
Iren terdiam, dia melangkah mundur saat Billy melangkah maju. Si om mau ngapain ini?
"Om mau ngapain lagi?" Tanya Iren dengan gemetar.
"Menurut kamu?" Billy malah balik nanya membuat Iren memutar bola matanya malas, gadis itu mendorong badan Billy membuat laki-laki itu menjauh.
"Jangan deket-deket" Ucap Iren membuat Billy menatap sinis gadis itu.
To Be Continue
Disaat Billy dan Iren akur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Regula Budiati
visualnya ndak cocok, Billy kemudaan
2020-12-02
2