Ketemu Dia Lagi

"Kamu gak mau ikut photo, Ren? Ayolah photo bareng" ucap Devi memaksa Iren membuat gadis itu menolak sambil menggelengkan kepalanya, dia tidak sudi photo bareng om-om pedofil.

"Nggak ah, kamu aja" ucap Iren menolaknya, dia sedang tidak mood untuk berphoto, apalagi melihat tampang om-om pedofil yang sedang menatapnya sambil tersenyum sinis. Hih memangnya situ siapa?

"Udah ayok gak usah malu" ucap seseorang dan menarik kerah baju Iren seperti sedang menarik kucing jalanan membuat gadis itu kaget bukan main, untung aja dirinya masih bisa bernafas. Gila aja nih om-om, main tarik aja kalau Iren lewat gimana.

Devi tersenyum dan meminta salah satu temannya untuk memotokan mereka, ini adalah kesempatan yang dia tunggu-tunggu dari sejak dulu.

Devi berdiri disamping Jerome sedangkan Iren disamping Billy (nama si om pedofil).

Devi tersenyum senang saat Jerome merangkul pundaknya, mimpi apa dia semalam bisa dirangkul seperti ini sama calon masa depannya. Iren yang melihat itu hanya bisa menggelengkan kepalanya, pasti sahabatnya itu udah mau terbang deh.

Iren mendongak kaget saat seseorang merangkulnya sedangkan yang ditatap tidak menatap balik malah menatap kamera sambil tersenyum. Apa-apaan ini? Maksudnya apa?

"Kamu sudah mengenal saya, Irena?" Tanya Billy membuat Iren kaget dan menjauh, dari mana si om-om pedofil tau nama dia? Jangan-jangan om ini cenayang lagi. Hih serem.

"Kenal?" Tanya Iren tidak mengerti membuat Billy menunduk dan tepat saat itu Iren terdiam.

Buseng ini si om harum banget, harumnya mint, wanginya gentleman gitu. Diliat-liat kok si om ganteng juga ya, apalagi dengan jarak kita yang deket gini jadi mikir yang iya-iya kan- batin Iren.

Billy hanya tersenyum miring menatap gadis yang sedang dia rangkul ini. "Bukankah kamu sudah mengenal saya? Bisa dong kalau kamu bayar kemeja saya yang kotor ini?" Bleng, Iren tersadar tidak seharusnya dia memuji si om-om pedofil gak tau diri ini.

"Ihh itu kan Om sendiri yang jalan gak lihat-lihat, makanya jalan tuh pake mata bukan cuma pake kaki doang om" Jawab Iren tidak mau kena salah, enak saja dia suruh ganti kemeja si om.

Billy lagi-lagi hanya tersenyum tipis, dia mendekatkan wajahnya kearah wajah Iren membuat gadis itu menegang antara takut dan gugup.

"O... Om mau ngapain ya?" Tanya Iren gugup tanpa mau menatap wajah Billy yang sudah semakin dekat.

Billy berbisik dikuping Iren.

"Saya mau kamu ganti kemeja saya ini, titik" Bisik Billy kemudian laki-laki itu menjauh dari Iren dan melepaskan rangkulannya. Iren menghela nafasnya lega, lama-lama dekat dengan si Om membuat jantung Iren gak sehat.

"Ayok, Bil.... Kita pergi dulu ya" ucap Jerome dan merangkul Billy, kemudian mereka berdua pergi begitu saja meninggalkan Iren dan Devi.

Setelah mereka pergi Devi loncat-loncat kesenengan dan itu membuat Iren malu sendiri. Bisa-bisanya Devi yang terkenal pintar dan cerdas lalu pendiam jingkrak-jingkrak gak jelas di koridor kampus.

"Dia bukan temen saya" ucap Iren saat ada orang lewat dan menatap Devi dengan heran. Malu? Jangan ditanya, Iren segera menarik tangan Devi untuk pergi dari tempat itu.

"Ayok ah, jangan malu-maluin aku" ucap Iren membuat Devi yang tiba-tiba ditarik kaget tapi dia ikut saja Iren akan membawanya kemana.

🌐🌐🌐

Mereka pulang dengan menggunakan angkot dan Iren turun ditengah jalan karna dia harus kerja part time.

"Aku tunggu dirumah ya" ucap Devi dan Iren mengangguk. Mereka saling melambaikan tangan, setelah angkot yang Devi naiki berjalan pergi barulah Iren berjalan masuk kedalam minimarket tempat dia part time.

Iren masuk kedalam minimarket tempat dia bekerja dan segera berjalan kearah ruang ganti untuk mengganti pakaiannya dengan pakaian karyawan.

Setelah mengganti pakaiannya Iren duduk ditempat kasir dan ada whatsapp masuk dan ternyata itu dari.

From : Bunda Devi

"Ren, kirim photo"

Iren langsung mengirim semua photo kepada Devi dan kemudian dia melanjutkan pekerjaannya.

Malam hari jam kerja Iren berakhir, gadis itu pamit kepada Aulia temannya yang jam kerjanya memang sesudah Iren.

"Au, aku pulang dulu ya" ucap Iren dan Aulia memangguk.

"Iya mbak, hati-hati" ucap Aulia dan Iren mengangguk sambil tersenyum.

Iren berjalan menuju depan minimarket untuk mencari angkutan umum yang lewat. Meskipun sudah malam tapi ada kok angkot yang lewat jam segini.

Mata Iren tertuju kepada kedua orang tua yang sedang menangis dan membuat gadis itu penasaran, Iren berjalan menuju kedua orang tua itu.

"Maaf Pak, Bu, anaknya kenapa?" Tanya Iren dan berjongkok melihat ada apa gerangan.

"Neng... tolong anak saya neng, dia demam dan kami gak ada biaya buat bawa dia kedokter" ucap sang ibunya sambil menangis dan memohon kepada Iren membuat gadis itu menjadi tidak enak hati.

"Neng... bapak mohon tolong anak bapak sama ibu ya" ucap sang bapak dan juga menangis menatap Iren seperti seorang pahlawan yang akan menolong mereka.

Iren hanya mengangguk, tangannya terangkat untuk memegang kening anak si Ibu dan Bapak tersebut, panas.

"Yaampun pak, ini panas banget" ucap Iren kaget, panasnya sungguh sangat panas membuat Iren juga ikut khawatir dan panik membuat sang ibu semakin menangis kejer.

"Iya iya bapak sama ibu gak usah sedih, ayo bawa dia kerumah sakit atau klinik terdekat" ucap Iren, dalam situasi ini dia tidak boleh ikut-ikutan panik.

Mereka bertiga berdiri. "Biar Iren aja pak yang gendong anaknya" ucap Iren dan sang bapak menolak, dia tidak mau membebani Iren karna gadis itu sudah berbaik hati mau menolongnya.

"Gak usah neng, biar bapak saja" ucap sang bapak itu menolak membuat Iren menggeleng dan tersenyum.

"Gak papa, Pak, Iren tau bapak sama ibu pasti capek biar Iren aja yang gendong dia. Gantian" ucap Iren dan akhirnya mereka setuju.

Diperjalanan Iren melihat sebuah mobil, sambil menggendong Dion yang sedang sakit, Iren berlari ketengah jalan membuat sang bapak dan ibu menjerit kaget.

Mobil itu berhenti tepat didepan Iren, sebenarnya gadis itu juga takut ketabrak tapi Iren sudah tidak kuat untuk berjalan sambil menggendong Dion. Dia butuh kendaraan untuk sampai kerumah sakit.

Sang pemilik mobil keluar dengan wajah garang dan datarnya.

"Kamu kalau mau bunuh diri jangan libatkan saya" ucap pria itu, Iren menurunkan Dion dan Iren langsung berlari kearah pria itu.

"Tolong aku" ucap Iren membuat pria itu-- Billy mengerutkan dahinya.

"Dia sakit tolong antar aku keklinik terdekat" ucap Iren lagi sambil menampilkan wajah memohon kepada Billy.

"Kamu boleh minta satu hal dari aku tapi tolong aku" ucap Iren lagi.

Billy tersenyum miring. Kesempatan.

"Oke, ayok masuk saya antar keklinik" ucap Billy dan membuat Iren tersenyum senang dan mengangguk.

Iren langsung berjalan kearah pasangan suami istri itu.

"Pak, Bu, ayo naik dia bakal antar kita kedokter" ucap Iren dan kedua orang tua itu mengangguk sambil tersenyum.

Mereka masuk kedalam mobil Billy.

To Be Continue

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!