PESONA GADIS ALIM
"Abi bertahanlah Abi, kita sudah berada di rumah sakit jantung Jakarta." Ucap Mariam sambil menunggu abinya yang saat ini sedang memasuki ruang operasi untuk melakukan operasi jantung.
"Maaf nona!" Mungkin operasi pada ayah anda akan ditunda karena dokter bedah jantung saat ini sedang merayakan ulang tahun rumah sakit ini di aula." Ucap dokter spesialis jantung.
"Apa harus ditunda?" Ya Allah, ini tidak mungkin ayah saya sudah menjalani semua syarat untuk melakukan bypass yang sudah dijadwalkan rumah sakit ini." Ucap Mariam panik.
"Maaf nona, mungkin kalau anda sendiri yang meminta kepada dokter Rendra, beliau akan mempertimbangkannya kembali untuk menangani operasi bypass pada ayah anda." Ucap dokter Raditya.
"Di mana letak gedung aulanya?" Tanya Mariam.
Dokter Raditya menunjukkan arah aula rumah sakit tersebut pada Mariam.
"Terimakasih dokter!" Saya akan memastikan sendiri dokter Rendra akan melakukan operasi pada ayah saya malam ini juga." Ucap Mariam penuh percaya diri.
"Sebaiknya anda membawa payung nona, sepertinya sebentar lagi akan turun hujan." Ucap salah satu suster seraya menyerahkan payungnya untuk Mariam.
"Tidak usah suster!" Ucap Mariam lalu pamit kepada dokter Raditya dan suster Nengsih.
Mariam berlari ke arah aula rumah sakit untuk menemui dokter Rendra Kusuma agar bisa melakukan operasi jantung pada ayahnya saat ini juga.
Ditengah hujan yang cukup deras malam itu, membuatnya tidak mempedulikan tubuhnya yang tersiram air hujan.
Mariam berhenti sejenak menatap aula tersebut. Ia mengatur nafasnya dan berdoa memohon pertolongan Allah agar permintaannya pada dokter Rendra bisa di kabulkan Allah.
Tanpa permisi pada penjaga di depan pintu aula, Mariam nekat masuk ke dalam kerumunan para tamu sambil mencari sosok dokter Rendra.
"Itu dia, pasti dia orangnya." Gumam Mariam membatin lalu berjalan menuju ke depan.
Prankk...
Mariam menabrak salah satu pramusaji yang sedang membawa minuman ditengah pesta ulang tahun rumah sakit.
Di saat yang sama dokter Rendra Kusuma sedang berpidato menyampaikan hal yang sangat penting untuk rumah sakit miliknya di depan para tamu undangan yang berdiri sambil menikmati minuman.
Pesta ulang tahun itu digelar tanpa ada kursi di sekitarnya kecuali beberapa meja untuk tamu VIP saja.
Semua mata para tamu melihat wajah pucat Mariam yang ketakutan dan menggigil karena kehujanan.
Tanpa malu dan ragu ia berdiri di depan podium lalu berlutut di hadapan dokter Rendra Kusuma yang sedang bicara malam itu.
"Assalamualaikum tuan dokter!"
Maafkan saya! jika saya menganggu waktu anda yang sangat berharga. Tapi nyawa ayahku lebih berharga daripada acaramu ini.
Saya mohon kepada anda untuk melakukan tindakan emergency pada ayahku." Ucap Mariam dengan menahan air matanya yang hampir tumpah.
Dokter Rendra begitu geram pada Mariam yang nekat menghentikan ia bicara pada para tamunya untuk memulai acara pesta ulang tahun rumah sakit miliknya itu, namun ia juga kagum pada keberanian Mariam yang berbicara dengannya dengan suara yang cukup lantang seperti ada priwitan yang ada dalam tenggorokan gadis itu.
Kedua sekuriti yang menyadari ada tamu yang tidak diundang oleh panitia acara, mendekati Mariam yang masih bersimpuh di depan podium di mana dokter Rendra menatapnya dengan amarah yang begitu membuncah.
Dengan memberikan bahasa isyarat kepada satpam tersebut, Mariam di bawah ke ruang kerja dokter Rendra Kusuma.
"Rendra, temuilah gadis itu, biar ayah yang meneruskan acara ini." Ucap Tuan Hendra Kusuma.
"Tapi ayah."
"Nyawa pasien lebih penting nak, karena itulah kunci kesuksesan rumah sakit ini." Pinta dokter Hendra Kusuma pada putranya.
"Baik ayah!"
Dokter Rendra turun dari podium menuju ruang kerjanya menemui untuk menemui gadis pengacau tersebut.
Cek..lek
Pintu ruang kerja itu di buka dengan kasar oleh dokter Rendra dan di dalamnya sudah ada dua orang satpam sedang menemani Mariam yang sedang berzikir dengan khusu.
Mariam langsung berdiri di tempatnya, sedangkan dua satpam keluar dari ruang kerja itu dengan sopan.
"Apakah kamu sadar, bahwa perbuatanmu tadi sangat memalukan reputasiku nona, hah!" Bentak dokter Rendra kepada Mariam yang tersentak.
"Maafkan saya Tuan! saya hanya mengikuti insting ku saja karena aku sangat takut kehilangan seorang ayah yang menjadi tumpuan hidupku."
Suara Mariam tercekat menahan tangisnya.
"Baiklah, kalau begitu, apakah kamu mau membayar waktuku dengan tubuhmu itu, cantik?" Tanya dokter Rendra dengan bersikap angkuh.
"Maaf tuan dokter! mungkin anda salah target karena saya bukan seorang pelacur. Nyawa ayahku bisa diambil Allah kapan saja.
Tapi, uang dan kekuasaan yang kamu miliki tidak akan mampu menyelamatkan tubuhku dari siksaan api neraka." Ucap Mariam penuh bijak.
Wajah dokter Rendra seketika memerah menahan malu. Ia begitu terkesiap. Ia tidak menyangka kalau gadis berjilbab hitam ini menjatuhkan harga dirinya hingga ia kehilangan martabat sebagai seorang dokter bedah spesialis jantung di rumah sakit tersebut dengan jawaban menohok dari Mariam.
"Permisi Tuan dokter!" Saya ridho jika Allah mengambil nyawa ayah saya malam ini karena tidak ada lagi yang lebih berharga di dunia ini selain iman dan harga diri untuk saya.
Imanku tidak akan tergantikan dengan dunia dan seisinya, walaupun itu adalah nyawa ayahku sendiri. Aku hanya punya ikhtiar memohon pada anda untuk menolong ayah saya. Tapi, ikhtiar ku disalahgunakan oleh dokter hebat seperti anda. Kewajibanku sebagai anak cukup sampai di sini, demi Allah, aku terlalu takut akan azab Allah dari pada kehilangan seorang ayah.
Allah ku lebih kaya dokter, dari pada apa yang kamu miliki saat ini yang merupakan barang titipan dariNya dan kapan saja Allah bisa mencabut kenikmatan duniawi yang kamu rasakan saat ini, hanya dengan satu ucapanNya Kun faya Kun.
Dalam sekejap kamu tidak lebih dari bangkai yang akan dimasukkan di dalam liang lahat tanpa membawa apapun kecuali kain kafan yang tidak lebih dari dua meter.
"Assalamualaikum!"
Mariam keluar dari ruang kerja dokter Rendra lalu berlari lagi menuju ruang IGD di mana ayahnya sedang ditangani oleh dokter umum saat ini.
"Ya Allah, berilah yang terbaik untuk Abi, aku ridho dengan takdir Mu namun jangan pernah mencabut nikmat iman Islam dariku ya Rabb." Doa Mariam di tengah derasnya hujan.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Dokter Rendra menghubungi rekannya untuk menyiapkan kamar operasi untuk pasien, ayah dari Mariam.
"Siapa nama pasien yang mengalami riwayat penyakit jantung yang akan menjalani operasi saat ini?"
"Bapak Abdullah, dokter Rendra."
"Siapkan ruang operasi dalam keadaan steril. Sepuluh menit lagi aku akan tiba di kamar operasi. Malam ini kita akan melakukan operasi jantung pada pasien tersebut."
Dokter Rendra bergegas menuju kamar operasi.
Wajah Mariam yang sangat cantik tanpa polesan make up itu, membuat dokter Rendra terus memikirkan gadis itu.
Bukan hanya wajah cantik Mariam yang menyebabkan pikiran dokter Rendra terganggu malam ini, melainkan kata-kata indah dan menyejukkan hatinya serta penuh dengan nada ancaman yang membuat dokter Rendra sangat syok.
"Tidak ada gadis atau siapapun yang mengingatkan aku pada kematian dan neraka selama ini, walaupun setiap hari banyak tangis dari keluarga pasien yang aku sendiri menyaksikan kematian pasien di hadapanku sendiri."
Dokter Rendra masuk ke kamar operasi dengan mengenakan pakaian operasi dan tangan yang sudah bersih disemprot alkohol.
Baru saja ia ingin memegang pisau bedah, tiba-tiba saja alat rekam jantung atau EKG berhenti yang menandakan pasien telah meninggal dunia.
"Dokter pasien telah tiada!" Ucap dokter Emil.
"Tidak mungkin!" Coba kita lakukan dengan alat kejut jantung." Ucap dokter Rendra yang masih berharap pasien bisa diselamatkan oleh dirinya.
"Dokter, denyut nadinya sudah tidak ada dan matanya sudah tidak memiliki kehidupan." Dokter Rey mencoba menyadarkan dokter Rendra yang kekeh ingin menyelamatkan pasiennya.
"Astaga!" Bagaimana aku harus menghadapi gadis malang itu?" Gumam Dokter Rendra sedih.
Biasanya dokter Rendra hanya prihatin pada pasien yang meninggal di meja operasi saat berada dalam pengawasannya, tapi kali ini ada kesedihan yang amat mendalam yang ia rasakan begitu sakit seperti ia sedang kehilangan ayah kandungnya sendiri.
"Waktu kematian pukul 21.00. Bawa masuk putrinya ke dalam sini!" Pinta dokter Rendra pada dokter Emil.
"Baik dokter Rendra!"
"Silahkan masuk nona! mohon maaf ayah anda tidak bisa kami selamatkan." Ucap dokter Emil dengan ekspresi wajah sedih.
"Apa?" Abi... Abi meninggal?"
Mariam sangat syok mengetahui kabar duka tersebut.
Mariam masuk menemui ayahnya yang sudah tidak bernyawa itu.
Ia menghamburkan pelukannya ke dada renta ayahnya dengan terisak.
"Abi,... Abi!"
Innalilahi wa innailaihi rojiuun!"
Dokter Rendra menarik tubuh Mariam dan memeluk gadis itu erat.
Maafkan aku nona!" Aku terlambat menyelamatkan nyawanya!" Air mata dokter Rendra ikut menetes.
"Lepaskan!"
Kita bukan muhrim Tuan dokter." Mariam mendorong tubuh dokter Rendra dengan kasar.
Ia lalu keluar dari kamar operasi menunggu jenazah ayahnya yang akan dibawa pulang ke rumahnya.
Dokter Rendra meminta anak buahnya untuk mengurus prosesi pemakaman pasiennya dengan layak karena ia juga akan menemani Mariam hingga pemakaman selesai dilakukan besok pagi.
Rasa bersalahnya kepada Mariam membuatnya ingin menebus kesalahannya itu dengan melakukan hal terakhir untuk gadis itu.
Mariam ikut di dalam mobil jenazah bersama dengan dokter Rendra yang duduk di sampingnya agak sedikit menjauh dari gadis alim itu.
Maksud hati ingin memeluk sang gadis, agar kesedihan Mariam bisa berkurang, namun Mariam yang begitu menjaga akhlaknya yang tidak ingin tersentuh oleh lelaki yang bukan muhrimnya.
Mariam yang duduk di hadapan jenazah ayahnya sambil terus berdzikir tanpa henti dengan air mata yang terus menerus berderai di pipi mulusnya.
Tangisnya tak terhenti mengenang ayahnya.
"Abi selamat jalan Abi! Mariam ridho Abi kembali ke pangkuan Illahi." Ucap Mariam sambil mengusap air matanya dengan jilbab panjangnya.
Dokter Rendra mengeluarkan sapu tangan miliknya untuk Mariam agar gadis itu menggunakan untuk mengusap air matanya.
"Ada ya, gadis secantik dan sesoleha ini di jaman modern ini?" Tanya dokter Rendra dalam diamnya sambil melirik Mariam yang sedang melantunkan ayat suci Alquran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
strawberry milk
pdhl cerita dr bab² awal udah bagus banget banyak pelajaran yg bisa diambil, tp makin kesana, makin emosi, si Rendra yg selingkuh sama si sindy yg menjijikan, eh si Rendra malah nyalahin istrinya karena udh naruh cctv, jadi ketahuan selingkuh, bukannya sadar, mana dendamnya malah berhubungan badan sama si Cindy lagi. terus si Maria mau² aja lagi rujuk, kek gaada cwo lain lg. aduh udah ga bisa berkata² emosi, menjijikan sama kelakuan 2 manusia iblis, katanya udah tobat tp malah makin menjadi², cuma karena bosan sama pelayanan istri. hih amit²
2024-09-03
0
Sulaiman Efendy
INI BARU WANITA YG BNAR2 ISTIQOMAH DGN IMANNYA, TK SPRTI MARSHA...
2023-06-20
2
Rosdiana Diana
Itu sudah harga mati
2022-07-04
1