5. HALAL

Pinangan hari itu berlangsung dengan khidmat. Keluarga besar dokter Rendra sangat mengagumi sosok Mariam yang santun dan bersahaja. Walaupun kini ia seorang yatim piatu, namun pak RT dan RW mewakili keluarga Mariam dalam menyambut tamu dari calon pria.

Hari dan tanggal pernikahan keduanya ditentukan oleh kedua belah pihak mempelai. Dokter Rendra yang tidak ingin menunggu lama sang pujaan hati menolak menunggu peresmian hubungan mereka hingga tiga bulan ke depan.

"Sekitar tiga bulan lagi calon mempelai kita ini akan melangsungkan pernikahan." Ucap pak RW dengan kearifannya.

"Tidak!" Niat baik itu harus di percepat. Aku ingin menikah dalam waktu satu Minggu." Kata dokter Rendra dengan nada lantang membuat para tamu yang hadir dalam proses lamaran itu tersentak lalu tersenyum geli.

"Wah, rupanya calon pengantin pria tidak sanggup menahan kerinduannya. Baiklah sesuai dengan permintaan saudara dokter Rendra kami siap menerima anda menjadi bagian dari keluarga kami untuk menikahi ananda Mariam Hafizah."

Kekehan kecil terdengar jelas dari mulut pak RW.

Mariam yang ikut mendengarkan protes calon suaminya, ikut tersipu malu. Kesepakatan disetujui oleh kedua belah pihak keluarga untuk mempercepat tanggal pernikahan keduanya.

Setelah acara seserahan secara simbolik dan penyemaian cincin berlian sebagai pengikat pertunangan keduanya. Acara ditutup dengan makan bersama dan perbincangan diantara keluarga terlihat akrab.

"Mariam!" Sapa dokter Rendra lembut.

Mariam yang tampil cantik dengan gaun coklat muda dan jilbab panjang berwarna senada menambah anggun kepribadiannya di hadapan calon suaminya.

"Abang, kita masih tunangan lho, kalau bisa jangan saling menyapa dulu." Seloroh Mariam.

"Aku hanya ingin menatap wajahmu sebentar saja sebelum aku pulang. Setelah seminggu ini kita tidak diperbolehkan bertemu hingga hari pernikahan kita. Rasanya aku ingin segera halalkan kamu tanpa harus mengadakan acara pinangan semata." Ujar dokter Rendra.

"Seminggu tidak terlalu lama bang, daripada tiga bulan di perjanjian awal bukankah itu lebih menyakitkanmu?"Timpal Mariam membuat dokter Rendra makin keki.

"Itu ide gila yang pernah aku dengar seumur hidupku." Dokter Rendra makin cemberut.

"Lagian seminggu itu kecepatan bang." Ucap Mariam lagi.

"Kalau bisa dua hari lagi aku ingin membawamu langsung ke KUA. Urusan lain bisa menyusul setelah aku bisa halalkan kamu Mariam." Sambung dokter Rendra.

Tanpa di sadari oleh keduanya, dua pihak keluarga sudah berpamitan untuk kembali ke kediaman mereka masing-masing.

"Abang, cepatlah ditunggu ayah dan bunda!" Pinta Sindy.

"Ko cepat banget sih, aku baru saja mau ngobrol dengan Mariam." Ucap dokter Rendra yang tidak ingin cepat pulang.

"Nanti saja ngobrolnya setelah ijab kabul. Kalau sekarang ngobrolnya, kasihan mbak Mariam, bisa-bisa Abang merayunya dan dia bisa terjerumus dalam rayuan Abang." Ucap Sindy sambil mendorong tubuh abangnya menjauhi Mariam.

"Yah, Mariam tolong aku sayang!" Rengek dokter Rendra manja.

Mariam menatap tajam wajah dokter Rendra yang sedang memanggilnya dengan kata sayang.

"Maaf Ade!" Cepatlah jadi istriku supaya aku bisa memanggilmu sayang!" Teriaknya sedikit kencang dengan mengatupkan kedua tangannya sebelum menghilang dari pandangan mata Mariam.

Mariam hanya terkekeh namun hatinya sedang berbunga-bunga saat ini. Ia juga tidak munafik mendengar panggilan magis itu dari dokter Rendra.

Mariam menyalami kelurga dokter Rendra. Tapi ketika mendekati sang ayah mertua, mata tuan Hendra mengamati wajah Mariam dengan seksama. Ia merasa pernah melihat wajah muda Mariam.

Degg...

"Wajah ini, mengapa begitu mirip dengan mantan istriku." Gumamnya dalam hati.

"Selamat jalan om!" Ucap Mariam lalu mencium punggung tangan calon ayah mertuanya.

Entah mengapa hati tuan Hendra tiba-tiba bergetar ketika tangan dingin Mariam seakan sedang menyalurkan magnet kuat ke dalam dirinya. Ia merasa memiliki kedekatan secara emosional dengan Mariam, calon menantunya kelak.

"Jaga dirimu Mariam, kalau ada apa-apa, tolong hubungi saja om, jika kamu segan dengan dokter cintamu itu." Canda tuan Hendra yang juga berprofesi dokter itu.

"Insya Allah, om!" Mariam lalu memberikan ciuman cipika cipiki pada calon ibu mertuanya.

"Benar juga apa yang dikatakan oleh Rendra tentangmu nak. Kamu sangat cantik dan sopan. Bunda beruntung memilikimu sebagai menantu." Ucap nyonya Andara sambil tersenyum.

"Terimakasih tante, sudah memilihku menjadi bagian dari keluarga kalian. Mohon bimbingannya agar aku bisa menjadi istri dan menantu yang bisa diandalkan oleh keluarga besar Abang Rendra." Ujar Mariam dengan malu-malu.

"Dengan senang hati sayang, bunda akan mengajarkanmu sesuatu yang ingin kamu ketahui tentang Rendra. Dari hobinya, makanan kesukaannya ataupun kebiasaannya. Bunda yakin kamu cepat beradaptasi dengan keluarga kami karena kamu adalah gadis yang cerdas dan terdidik. Bunda juga minta maaf atas perlakuan Rendra yang telah merendahkanmu. Akhirnya dia kena batunya setelah berhadapan dengan lawan main yang tidak cukup imbang dengan keangkuhannya." Keduanya cekikikan lalu berpamitan.

🌷🌷🌷🌷🌷

Usai acara lamaran, keesokan harinya, Mariam menerima gaun pengantin yang sangat indah dari calon mertuanya.

Sebenarnya ada tiga gaun yang sengaja di kirim oleh nyonya Andara untuk Mariam, namun Mariam hanya memilih yang sangat cocok untuknya.

"Neng Mariam, seminggu itu kecepatan neng, untuk mempersiapkan segala sesuatunya." Ucap bibi Luky yang sedang memesan macam-macam kue basah pada tetangga yang sering menjual kue.

"Bibi Ijah, dokter Rendra pasti sudah mempersiapkan segalanya untuk acara pernikahan ini, makanya dia berani meminta pernikahannya dipercepat." Ucap Nikita.

"Maksudnya apa neng?"

"Makanan prasmanan udah di pesan di katering langganannya.

Tenda pesta pernikahan dan semua perlengkapan juga sudah ia siapkan termasuk makanan tambahan seperti somay, beberapa macam soto, dimsum, kue basah, kue bolu dan masih banyak lagi yang sudah ia pesan, jadi kita ini hanya terima beresnya saja." Ucap Mariam tenang.

"Astaga...ala..ala.. Ngapain juga ngurus mesan macam-macam nya, semuanya sudah di pesan sama dokter kaya itu.

"Alhamdulillah terimakasih ya Allah, akhirnya tenang nih hati, tinggal bibi tunggu kebaya saja ya. Tapi dalam seminggu jahitannya bisa cepat nggak ya."

"Kebaya modern untuk kalian, sudah di kirim juga, coba aja dulu bibi-bibiku." Ucap Mariam sambil cekikikan.

Enak banget jadi orang kaya, segalanya instan, nggak pakai lama. Itu baru mantap." Timpal bibi Luky.

Mariam mencoba perhiasan berlian yang di berikan oleh dokter Rendra.

"Kenapa juga kasih perhiasan mahal?" Padahal aku menggunakan hijab. Mana ada yang kelihatan." Ucap Nikita memandang perhiasan itu.

"Neng, ini yang namanya teh, berlian?" Ini asli atau imitasi?" Tanya bibi Ijah yang bisa menatap kalung berlian di leher Mariam.

"Asli bibi Ijah!"

"Pasti miliar harganya ya neng?"

"Begitulah bibi."

"Tapi neng, tuan dokter itu tahu kalau kamu itu pakai hijab, mungkin dia ingin kamu pakai ini saat malam pertama kalian nanti." Ucap bibi Ijah.

"Mungkin juga ya bibi. Ya sudahlah nanti aja malam pengantin baru pakai ini." Ucap Mariam lalu meletakkan lagi perhiasan miliknya di dalam lemari.

Tidak lama ponsel Mariam berbunyi, Mariam segera menerima panggilan dari dokter Rendra.

"Sayang, apakah kamu sudah melihat semua yang aku kirimkan kepadamu?" Tanya Rendra.

"Assalamualaikum bang Rendra!" Sapa Mariam lembut.

"Astaghfirullah, aku lupa mengucapkan salam duluan, Mariam." Ucap dokter Rendra.

"Tidak apa bang untuk saat ini saja ya, selanjutnya tolong dibiasakan dari ucapkan salam dari awal bicara dan mengakhirinya juga dengan salam.

Salam itu bentuk doa untuk orang yang kita beri salam dan menerima salam, jadi jangan remehkan hal kecil." Mariam menasehati calon suaminya.

"Aku harus banyak belajar lagi bagaimana bersikap dalam pergaulan sehari-hari sesuai yang dicontohkan Rasulullah." Ucap dokter Rendra.

"Itu bagus bang, selain menjadi calon imam aku, Abang juga akan menjadi ayah dari anak-anak aku." Ucap Mariam.

"Berarti aku harus mengusai ilmu agama untuk mendidik anak-anak kita kelak?" Ucap dokter Rendra.

"Itulah kewajiban kamu sebagai kepala keluarga bang, bukan hanya memenuhi kebutuhan mereka dengan materi saja, tapi mereka butuh materi batin berupa ilmu agama." Ucap Mariam.

Keduanya bicara mengenai hal-hal lainnya dan kembali mengakhiri obrolan mereka dengan kata salam.

*

*

Dalam waktu satu Minggu, ucapan ikrar pernikahan diucapkan dengan lantang oleh dokter Rendra. Kesedihan yang sangat dirasakan oleh Mariam karena kehilangan orangtuanya dihari kebahagiaannya begitu terasa saat ini.

Setelah melaksanakan ijab kabul dan acara lainnya, dokter Rendra memboyong istrinya ke Jakarta. Keduanya langsung menuju hotel bintang lima di Jakarta untuk melakukan bulan madu.

Rona kebahagiaan tampak jelas dari wajah keduanya. Rendra membukakan pintu untuk sang istri yang melangkah masuk duluan melihat kamar pengantinnya yang telah di hias indah oleh pihak hotel.

Rendra yang sudah tidak sabar ingin menggauli istrinya, menarik tubuh sang istri ke atas kasur.

"Tunggu sebentar sayang!" Kita belum melakukan sholat isya." Ujar Mariam lembut.

"Astaga Mariam, tidak bisakah kita menundanya nanti?"

"Tidak ada negosiasi dalam ritual sholat bang. Kalau ingin bahagia utamakan dulu hak Allah baru hakmu." Ucap Mariam menasehati sang suami.

"Baiklah, kalau begitu aku ingin melihat wajahmu saja." Rendra membuka hijab sang istri dengan hati-hati.

Mariam membiarkan suaminya membuka jilbabnya karena sudah halal bagi keduanya untuk saling memperlihatkan anggota tubuh.

"Subhanallah, MasyaAllah, kamu sangat cantik sayang." Rendra menatap lekat wajah istrinya yang begitu sempurna.

Leher jenjang putih mulus dengan rambut panjang yang digerai oleh Rendra agar bisa melihat mayang hitam legam itu makin menambah pesona sang istri bak bidadari.

Mariam yang takut niat suaminya berubah, buru-buru menarik tangan Rendra menuju ke kamar mandi untuk berwudhu.

"Sholat yuk sayang!" Ajak Mariam.

Rendra hanya menggarukkan kepalanya yang tidak terasa gatal. Ia mengikuti langkah istrinya untuk berwudhu. Setelah sudah rapi dengan pakaian sholat, Mariam berdiri sebagai makmum dan Rendra bertindak sebagai imam.

Rendra yang sangat gugup pertama kali menjadi imam membaca surat Al-Ikhlas dengan hati-hati. Sholat isya itu berlangsung dengan khusu hingga selesai. Mariam mencium punggung tangan suaminya dengan takzim. Keduanya berdoa untuk melanjutkan acara selanjutnya, yaitu acara yang ditunggu-tunggu oleh pengantin baru.

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

KNP AYAH HENDRA TRKEJUT LIAT WAJAH MARIAM YG MIRIP WIDIA, ADA HUBUNGN APA MARIAM DN WIDIA..

2023-06-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!