Love Story In Paris
"Selamat siang, Nona. Mohon perlihatkan tiket dan kartu identitas Anda!"
Seketika, Celine tersadar dari lamunannya saat sedang menunggu antrian. Dia dengan cepat membuka tas, mencari tiket dan kartu identitasnya. Namun, dia tidak menemukan tiket, dan juga kartu identitas miliknya yang tadi sudah dia print di tempat check-in, sebelum dirinya masuk ke ruang pemeriksaan.
Celine pun panik sampai berkeringat dingin ketika mencari-cari tiket dan kartu identitasnya yang tidak dia temukan di dalam tasnya.
"Apa kamu sedang mencari ini, Nona?" Tiba-tiba, ada seorang pria dari belakang yang bertanya kepada Celine.
Celine menoleh, melihat pria itu. Namun, tatapan Celine terpaku pada wajah pria itu tanpa berkedip. "Demi Tuhan, dia sangat tampan, benar-benar tampan!" batinnya.
Pria itu memiliki sepasang mata yang indah bak batu sapphire yang berkilauan, alis tebal yang sempurna, rahangnya yang kokoh, bibir tipis berwarna kemerahan, terlihat seksi. Postur tubuhnya yang tinggi tegap berotot, membuat Celine tidak berkedip saat menatapnya.
Pria itu mengerutkan kening dan melambaikan tangan di depan wajah Celine. "Hei, Nona! Apa kamu baik-baik saja?"
"Sial!" Celine mengumpat dalam hati, karena kembali terkejut dengan lambaian tangan pria itu, dan sialnya lagi, suara pria itu sangat enak didengar. "O ... Oh. Iya, Tuan, itu milikku."
Pria itu pun menyodorkan tiket dan kartu identitas yang ada di tangannya kepada Celine, dan Celine menerimanya dengan tangan yang sedikit gemetar.
"Lain kali hati-hati, jangan sampai ketinggalan lagi," ucap pria itu sambil tersenyum tipis, kemudian berbalik dan melangkah pergi.
"Terima kasih!" Celine sedikit berteriak, sambil terus menatap punggung tegap pria itu yang semakin menjauh dan tidak terlihat lagi.
Wanita itu menggeleng untuk menyadarkan diri, kemudian dia berjalan menuju ruang tunggu khusus penumpang untuk menunggu boarding pass.
Sebenarnya, Celine sangat enggan melakukan perjalanan, tetapi ada beberapa hal yang mengharuskan dirinya untuk pergi dan tidak bisa diwakilkan.
Lantas, hari ini Celine harus melakukan perjalanan bisnis bersama asisten beserta sekertaris pribadinya ke Paris.
Bagi Celine, Paris adalah kota yang indah, dengan begitu banyak kenangan membekas dalam hati dan pikirannya. Kota yang pernah membuat Celine merasakan menjadi wanita paling bahagia di dunia, sekaligus kota yang membuat Celine merasakan penderitaan, karena di kota Paris, Celine harus kehilangan cinta pertamanya.
"Bu Celine, aku minta maaf sudah membuatmu menunggu lama. Tadi, jalanan sangat macet," ucap Jessica dengan hormat, dan Celine mengangguk tanpa kata, mengisyaratkan jika dia sudah memaafkannya.
Jessica Angel adalah asisten pribadi Celine yang sudah bekerja dengannya selama beberapa tahun terakhir ini. Usia Jessica dua tahun lebih tua dari Celine, dan dia seorang wanita yang cantik juga pintar.
Jessica selalu menemani ke mana pun Celine pergi, terutama saat Celine melakukan perjalanan bisnis, seperti sekarang ini.
Jessicalah yang selalu menyiapkan semua keperluan serta mengatur jadwal Celine selama ini. Dari banyaknya karyawan di perusahaan, hanya Jessica yang paling tahu dan mengerti Celine. Celine sudah menganggap Jessica seperti keluarganya sendiri.
Celine duduk di ruang tunggu, dan hanya sibuk dengan laptopnya. Sementara Jessica duduk di sampingnya, sambil menelpon seseorang. "Chika, kamu di mana?"
Sebelum Jessica menutup teleponnya, dia melihat seorang wanita dari kejauhan sedang berjalan dengan tergesa-gesa ke arahnya. Dia adalah sekertaris pribadi Celine, Chika Amelia.
Chika seorang wanita berusia dua puluh tiga tahun, memiliki wajah cantik juga pintar. Namun, sedikit ceroboh.
Chika berjalan dengan cepat, sambil membawa travel bag ukuran kabin dan sebuah tas yang berisikan dokumen-dokumen penting.
"Bu Celine, maafkan aku. Tadi, aku hampir saja lupa dan meninggalkan dokumen-dokumen ini di rumah," ucap Chika dengan hormat, saat berdiri di hadapan Celine.
Celine mengangguk, memaafkan sekretarisnya. "Lain kali, jangan kamu ulangi lagi," ucapnya datar.
Tidak lama kemudian, terdengar suara dari petugas bandara memanggil penumpang pesawat yang akan berangkat ke Paris untuk segera naik ke pesawat.
Celine kemudian berjalan melewati pintu gate keberangkatan internasional, dan memasuki pesawat. Dia duduk di kursi penumpang first class yang sudah diatur oleh Jessica untuknya, sedangkan Jessika dan Chika duduk di belakangnya, di kelas yang sama.
Celine duduk di samping jendela pesawat, menatap keluar jendela dan mengingat seseorang yang hingga saat ini masih dia cintai, Kenzo William.
Celine masih sangat ingat tiga tahun yang lalu, Kenzo masih duduk disampingku, di maskapai yang sama, juga nomor kursi yang sama. Kenzo adalah tunangan Celine, cinta pertama Celine yang sudah terpatri dalam lubuk hatinya yang paling dalam.
Tapi, takdir telah memisahkan mereka berdua dengan sangat menyedihkan. Mereka terpisah untuk selamanya, dan hari ini Celine sangat kebetulan duduk dikursi ini, kursi yang pernah mereka berdua duduki bersama. Bahkan sampai saat ini, Celine masih merasakan kalau Kenzo sedang duduk disampingnya.
"Maaf Nona, kamu harus memakai sabuk pengamanmu karena pesawat akan segera take-off." Ada pria yang bicara dengan suara rendah mengingatkan Celine, tapi Celine tidak mendengarnya karena dia sedang larut dalam lamunannya. "Nona..."
'Klik'
Celine tersadar mendengar bunyi itu yang berasal dari pinggangnya dan sabuk pengamannya sudah terpasang.
Celine dikejutkan oleh sepasang tangan yang sedang memegang sabuk pengaman di dekat pinggangnya. Dengan spontan, Celine menyingkirkan tangan itu sambil berteriak. "Apa yang kamu lakukan?!"
Semua penumpang menoleh kearahnya.
Jessica yang kaget mendengar teriakannya, bergegas menghampiri tempat duduknya. "Bu Celine, apa yang terjadi?"
Aku menoleh melihat orang yang duduk disampingku, kemudian menoleh ke Jessica. "Tidak, tidak terjadi apa-apa." Jawab Celine datar.
Setelah melihat keadaan Celine yang tidak terjadi apa-apa, Jessica pun segera pergi, kembali ke tempat duduknya lagi.
Celine kembali menoleh ke samping, ke arah orang yang duduk disampingnya. Raut wajah orang itu terlihat seperti sedang menahan emosi.
Astaga! Aku bertemu dia lagi? Pria tampan ini yang tadi menolongku di ruang pemeriksaan.
Batin Celine dengan sedikit terkejut.
"Ma-maaf Tuan." Ucap Celine kemudian menunundukkan wajahnya tidak berani menatap pria itu.
Seketika, wajah Celine pun memerah. Berteriak di depan banyak orang benar-benar membuatnya sangat malu. Celine kemudian pura-pura membaca majalah untuk menutupi wajahku agar tidak terlihat. Sedangkan pria itu hanya diam dan tidak mempedulikannya lagi.
Perjalanan menuju Paris memakan waktu cukup lama.
Selama perjalanan, Celine menikmati fasilitas yang telah tersedia seperti menonton film, mendengarkan musik, dan juga main game. Sesekali, Celine melirik ke arah pria yang duduk di sampingnya.
Sepanjang perjalanan, pria itu hanya duduk bersandar pada kursi kabin dan tidur menutupi matanya dengan masker mata. Dia terlihat sangat lelah. Meskipun sedang tidur, ketampanannya tidak berkurang.
Tiba-tiba, pesawat yang di tumpangi bergetar hebat. Awan diluar jendela pesawat terlihat begitu gelap karena sedang turun hujan deras.
Melihat kilatan cahaya petir dari luar jendela dan pesawat sedikit oleng, membuat Celine sangat takut. Tanpa sadar, dia menggenggam tangan pria yang duduk disampingnya dengan erat sambil memejamkan mata. Celine merasakan tangan pria itu membalas genggamannya dan membuatnya merasakan suatu kehangatan di dalam hatinya.
Setelah situasi buruk itu berlalu, Celine tersadar dan membuka matanya kembali. Dia menoleh ke arah pria itu yang masih terlihat tidur pulas di sampingnya, masih menggenggam tangannya dengan erat.
Dengan perasaan malu, Celine segera menarik kembali tangannya dengan kasar. Tapi, pria itu sama sekali tidak terbangun.
Empat jam telah berlalu. Pramugari mengantarkan hidangan makan malam.
Celine memakan hidangan itu dengan tenang. Saat dia meminum jusnya, tiba-tiba pesawat bergetar lagi. Tanpa sengaja, Celine menumpahkan jusnya di celana pria yang duduk disampingnya.
Astaga! Lagi-lagi aku ceroboh!
Seketika, pria itu terperanjat kaget. "Nona, apa kamu selalu bertindak ceroboh?"
Celine kembali menundukkan kepala karena takut menatap wajah pria itu yang kembali menunjukkan wajah marah. "Maaf." Hanya itu yang bisa Celine katakan.
Pria itu menghela nafasnya untuk meredam kekesalannya. "Dasar wanita ceroboh." Gumamnya pelan.
"Apa?" Celine pun menjadi kesal saat mendengar gumaman pria itu.
Tapi, pria itu tidak peduli kepadanya. Dia kembali memejamkan matanya dan tidur.
Beberapa jam kemudian, pesawat landing di bandar udara Paris dengan selamat.
Celine bergegas turun dari pesawat dan langsung menuju imigrasi, mengambil bagasi berharap bisa istirahat lebih awal tanpa bertemu dengan pria tadi lagi.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
mama Al
aku mampir ya baca nya nyicil
salam kenal dari SEMESTA MERESTUI KAMI
2022-09-26
1
Elisabeth Ratna Susanti
aku mampir 😍
2022-07-18
1