NovelToon NovelToon

Love Story In Paris

#1

"Selamat siang Nona, mohon perlihatkan tiket dan kartu identitas Anda."

Seketika Celine tersadar dari lamunannya saat sedang menunggu antrian. Celine dengan cepat membuka tas mencari tiket dan kartu identitasnya. Tapi, dia tidak menemukan tiket dan juga kartu identitas miliknya yang tadi sudah dia print di tempat check-in sebelum dia masuk ke ruang pemeriksaan.

Celine pun panik sampai berkeringat dingin ketika mencari-cari tiket dan kartu identitasnya yang tidak dia temukan di dalam tasnya.

"Apa kamu sedang mencari ini, Nona?" Tiba-tiba ada seorang pria dari belakang yang bertanya kepadanya.

Celine menoleh melihat pria itu. Tapi, tatapan Celine terpaku pada wajah pria itu tanpa berkedip.

Demi Tuhan, dia sangat tampan! Benar-benar tampan!

Pria itu memiliki sepasang mata yang Indah bak batu saphire yang berkilauan, alis tebal yang sempurna, rahangnya yang kokoh, bibir tipis berwarna merah terlihat sexy, dan postur tubuhnya yang tinggi tegap berotot, membuat Celine tidak berkedip saat menatapnya.

Pria itu mengerutkan dahinya dan melambaikan tangan di depan wajah Celine. "Hei Nona, apa kamu baik-baik saja?"

Sial! Celine mengumpat dalam hati karena kembali terkejut dengan lambaian tangan pria itu. Dan sialnya lagi, suara pria itu sangat enak didengar. "O-oh, iya Tuan, itu milikku."

Pria itu pun menyodorkan tiket dan kartu identitas yang ada ditangannya kepada Celine, dan Celine menerimanya dengan tangan yang gemetar.

"Lain kali hati-hati, jangan sampai ketinggalan lagi." Ucap pria itu lagi dengan tersenyum ringan kemudian membalikkan badan dan melangkah pergi.

"Terimakasih." Ucap Celine sedikit berteriak sambil terus menatap punggung tegap pria itu yang semakin menjauh dan tidak terlihat lagi.

Celine menggelengkan kepala untuk menyadarkan diri. Kemudian dia berjalan menuju ruang tunggu khusus penumpang untuk menunggu boarding pass.

Sebenarnya, Celine sangat enggan melakukan perjalanan. Tapi, ada beberapa hal yang mengharuskan dia untuk pergi dan tidak dapat diwakilkan. Dan hari ini, Celine harus melakukan perjalanan bisnis bersama dengan asisten dan sekertaris pribadinya ke Paris.

Bagi Celine, Paris adalah kota yang indah dengan begitu banyak kenangan membekas dalam hati dan pikirannya. Kota yang pernah membuat Celine merasakan menjadi wanita paling bahagia di dunia sekaligus kota yang membuat Celine merasakan penderitaan, karena di kota ini Celine harus kehilangan cinta pertamanya.

"Bu Celine, aku minta maaf sudah membuatmu menunggu lama. Tadi jalanan sangat macet." Ucap Jessica dengan hormat dan Celine mengangguk tanpa kata, mengisyaratkan kalau dia sudah memaafkannya.

Jessica Angel adalah asisten pribadi Celine yang sudah bekerja dengannya selama beberapa tahun terakhir ini. Usianya dua tahun lebih tua darinya, dan dia seorang wanita yang cantik juga pintar. Jessica selalu menemani kemanapun Celine pergi, terutama saat Celine melakukan perjalanan bisnis.

Jessica yang selalu menyiapkan semua keperluan dan mengatur jadwal Celine selama ini. Dari banyaknya karyawan di perusahaannya, hanya Jessica yang paling tau dan mengerti Celine. Celine sudah menganggap Jessica seperti keluarganya sendiri.

Celine duduk diruang tunggu hanya sibuk dengan laptopnya. Sedangkan Jessica duduk disampingnya sambil menelpon seseorang.

"Chika, kamu dimana?"

Sebelum, Jessica menutup teleponnya, dia melihat seorang wanita dari kejauhan sedang berjalan dengan tergesa-gesa ke arahnya. Dia adalah sekertaris pribadi Celine, Chika Amelia.

Dia seorang wanita berusia dua puluh tiga tahun, memiliki wajah cantik juga pintar. Tapi, sedikit ceroboh.

Chika berjalan dengan cepat sambil membawa travel bag ukuran kabin dan sebuah tas yang berisikan dokumen-dokumen penting.

"Bu Celine, maafkan aku. Tadi aku hampir saja lupa dan meninggalkan dokumen-dokumen ini di rumah." Ucap Chika dengan hormat berdiri dihadapan Celine.

Celine menganggukkan kepala memaafkan sekertarisnya. "Lain kali, jangan kamu ulangi lagi." Ucapnya dengan datar.

Tidak lama kemudian terdengar suara dari petugas bandara memanggil penumpang pesawat yang akan berangkat ke Paris untuk segera naik ke pesawat.

Celine kemudian berjalan melewati pintu gate keberangkatan Internasional dan memasuki pesawat.

Celine duduk di kursi penumpang first class yang sudah diatur oleh Jessica untuknya. Sedangkan Jessika dan Chika duduk dibelakangnya di kelas yang sama.

Celine duduk di samping jendela pesawat, menatap keluar jendela dan mengingat seseorang yang hingga saat ini masih dia cintai, Kenzo William.

Celine masih sangat ingat tiga tahun yang lalu, Kenzo masih duduk disampingku, di maskapai yang sama, juga nomor kursi yang sama. Kenzo adalah tunangan Celine, cinta pertama Celine yang sudah terpatri dalam lubuk hatinya yang paling dalam.

Tapi, takdir telah memisahkan mereka berdua dengan sangat menyedihkan. Mereka terpisah untuk selamanya, dan hari ini Celine sangat kebetulan duduk dikursi ini, kursi yang pernah mereka berdua duduki bersama. Bahkan sampai saat ini, Celine masih merasakan kalau Kenzo sedang duduk disampingnya.

"Maaf Nona, kamu harus memakai sabuk pengamanmu karena pesawat akan segera take-off." Ada pria yang bicara dengan suara rendah mengingatkan Celine, tapi Celine tidak mendengarnya karena dia sedang larut dalam lamunannya. "Nona..."

'Klik'

Celine tersadar mendengar bunyi itu yang berasal dari pinggangnya dan sabuk pengamannya sudah terpasang.

Celine dikejutkan oleh sepasang tangan yang sedang memegang sabuk pengaman di dekat pinggangnya. Dengan spontan, Celine menyingkirkan tangan itu sambil berteriak. "Apa yang kamu lakukan?!"

Semua penumpang menoleh kearahnya.

Jessica yang kaget mendengar teriakannya, bergegas menghampiri tempat duduknya. "Bu Celine, apa yang terjadi?"

Aku menoleh melihat orang yang duduk disampingku, kemudian menoleh ke Jessica. "Tidak, tidak terjadi apa-apa." Jawab Celine datar.

Setelah melihat keadaan Celine yang tidak terjadi apa-apa, Jessica pun segera pergi, kembali ke tempat duduknya lagi.

Celine kembali menoleh ke samping, ke arah orang yang duduk disampingnya. Raut wajah orang itu terlihat seperti sedang menahan emosi.

Astaga! Aku bertemu dia lagi? Pria tampan ini yang tadi menolongku di ruang pemeriksaan.

Batin Celine dengan sedikit terkejut.

"Ma-maaf Tuan." Ucap Celine kemudian menunundukkan wajahnya tidak berani menatap pria itu.

Seketika, wajah Celine pun memerah. Berteriak di depan banyak orang benar-benar membuatnya sangat malu. Celine kemudian pura-pura membaca majalah untuk menutupi wajahku agar tidak terlihat. Sedangkan pria itu hanya diam dan tidak mempedulikannya lagi.

Perjalanan menuju Paris memakan waktu cukup lama.

Selama perjalanan, Celine menikmati fasilitas yang telah tersedia seperti menonton film, mendengarkan musik, dan juga main game. Sesekali, Celine melirik ke arah pria yang duduk di sampingnya.

Sepanjang perjalanan, pria itu hanya duduk bersandar pada kursi kabin dan tidur menutupi matanya dengan masker mata. Dia terlihat sangat lelah. Meskipun sedang tidur, ketampanannya tidak berkurang.

Tiba-tiba, pesawat yang di tumpangi bergetar hebat. Awan diluar jendela pesawat terlihat begitu gelap karena sedang turun hujan deras.

Melihat kilatan cahaya petir dari luar jendela dan pesawat sedikit oleng, membuat Celine sangat takut. Tanpa sadar, dia menggenggam tangan pria yang duduk disampingnya dengan erat sambil memejamkan mata. Celine merasakan tangan pria itu membalas genggamannya dan membuatnya merasakan suatu kehangatan di dalam hatinya.

Setelah situasi buruk itu berlalu, Celine tersadar dan membuka matanya kembali. Dia menoleh ke arah pria itu yang masih terlihat tidur pulas di sampingnya, masih menggenggam tangannya dengan erat.

Dengan perasaan malu, Celine segera menarik kembali tangannya dengan kasar. Tapi, pria itu sama sekali tidak terbangun.

Empat jam telah berlalu. Pramugari mengantarkan hidangan makan malam.

Celine memakan hidangan itu dengan tenang. Saat dia meminum jusnya, tiba-tiba pesawat bergetar lagi. Tanpa sengaja, Celine menumpahkan jusnya di celana pria yang duduk disampingnya.

Astaga! Lagi-lagi aku ceroboh!

Seketika, pria itu terperanjat kaget. "Nona, apa kamu selalu bertindak ceroboh?"

Celine kembali menundukkan kepala karena takut menatap wajah pria itu yang kembali menunjukkan wajah marah. "Maaf." Hanya itu yang bisa Celine katakan.

Pria itu menghela nafasnya untuk meredam kekesalannya. "Dasar wanita ceroboh." Gumamnya pelan.

"Apa?" Celine pun menjadi kesal saat mendengar gumaman pria itu.

Tapi, pria itu tidak peduli kepadanya. Dia kembali memejamkan matanya dan tidur.

Beberapa jam kemudian, pesawat landing di bandar udara Paris dengan selamat.

Celine bergegas turun dari pesawat dan langsung menuju imigrasi, mengambil bagasi berharap bisa istirahat lebih awal tanpa bertemu dengan pria tadi lagi.

...***...

#2

Saat ini di Paris sudah memasuki musim dingin dan langit di pagi ini tidak begitu cerah. Udara dingin di luar mulai memasuki ruangan. Celine yang masih tertidur lelap dibangunkan oleh suara ketukan pintu dari luar kamarnya.

"Bu Celine, apa kamu sudah bangun? Dua jam lagi, kita ada rapat penting di kantor pusat." Jessica sedikit berteriak sambil mengetuk pintu kamar Celine dari luar.

Celine yang masih setengah sadar meraih ponselnya di atas nakas samping tempat tidurnya. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. "Iya, aku bersiap-siap dulu!" Jawab Celine kemudian segera bangun dan bergegas ke kamar mandi.

Selesai mandi, Celine keluar dari kamar mandi berjalan menuju koper dan membukanya karena semalam tidak sempat dia bereskan.

Celine sangat terkejut begitu membuka koper itu, karena isi di dalam koper itu semuanya pakaian pria.

"Ya Tuhan, dosa apa yang sudah aku perbuat sampai-sampai dua hari ini aku merasa sial?" Gumamnya dengan menggertakkan giginya menahan segala kekesalannya. "Pakaian siapa ini? Lalu, dimana pakaianku? Kenapa semua pakaianku bisa berubah menjadi pakaian pria?" Lanjutnya menggerutu.

"Jessi, Chika!! Dimana pakaianku?!" Teriak Celine dengan segala kekesalannya.

Mereka yang mendengar teriakan Celine langsung bergegas menuju kamarnya. Yang pertama membuka pintu kamar adalah Chika. "Bu Celine, ada apa?"

"Coba kamu lihat apa yang ada di dalam koperku!" Celine dengan nada perintah dan wajah dinginnya berdiri bersedekap menyuruh Chika melihat isi dalam kopernya.

Chika segera berjongkok dan melihat semua isi dalam koper tersebut. Dia mengerutkan dahinya dan mengangkat ****** ***** pria dari koper itu dengan ekspresi risih. "Bu Celine, kenapa pakaian kamu semuanya bisa berubah jadi pakaian pria?"

"Harusnya aku yang tanya ke kamu! Bukannya kemarin kamu yang pergi mengambil bagasiku?"

Jessica yang dari tadi berdiri dipintu, dia berjalan kearah koper itu. "Coba lihat name tag yang ada di koper itu."

Chika membalikkan koper itu dan memegang name tag yang tergantung di pegangan koper. Nama pemilik koper itu Nicholas Emmanuel.

"Ya Tuhan, Chika! Kamu benar-benar ceroboh! Apa kamu mau aku pecat?!"

Seketika wajah Chika menjadi pucat. "Maafkan aku Bu Celine. Aku benar-benar minta maaf. Jangan pecat aku. Aku masih sangat membutuhkan pekerjaan ini." Ucap Chika sambil membungkukkan badannya dengan wajah bersalahnya.

Celine membuang nafas dengan kasar. "Ya sudah, sekarang kalian keluar!"

Dengan cepat, Chika dan Jessica keluar dari kamar Celine kerena tidak ingin melihatnya semakin marah.

Celine kemudian berjalan ke arah lemari pakaian miliknya dengan kesal.

Untung saja masih ada pakaian miliknya yang sudah tiga tahun lalu di dalam lemarinya ini masih tertata rapi dan bersih. Karena meskipun Celine sudah lama tidak tinggal di apartemennya ini, dia selalu menyuruh orang untuk membersihkannya.

...

Satu setengah jam kemudian, mobil yang ditumpangi Celine berhenti didepan pintu perusahaan. Dia turun dari mobil dan berjalan menuju lobi.

Chika, Jessica dan Devan berjalan mengikutinya dari belakang.

Sudah tiga tahun lamanya Celine tidak datang ke perusahaan ini. Sejak peristiwa buruk yang menimpanya, membuat hidupnya seketika berubah 180 derajat.

Semua urusan di kantor pusat perusahaan ini, ditangani oleh Devan orang kepercayaan Celine. Jabatannya sebagai Direktur Umum, Devan sudah bertahun-tahun mengabdi di perusahaan Star Corp ini.

Semua karyawan menyapa Celine dengan ramah ketika dia berjalan melewati mereka menuju lift. "Pagi Bu Celine."

Celine tersenyum dengan sedikit mengganggukkan kepala membalas sapaan mereka hingga dia masuk ke dalam lift.

Jessica menekan tombol 56 dan pintu lift tertutup.

Tidak butuh waktu lama untuk sampai ke lantai 56 gedung Star Corp. Pintu lift terbuka, Celine berjalan didepan memasuki ruang rapat yang sudah dipenuhi para petinggi perusahaan.

Celine Yovella Wijaya, pewaris tunggal perusahaan Star Corp merupakan perusahaan besar dan ternama yang telah diwariskan oleh kakeknya kepada Celine.

Celine seorang wanita cantik yang usianya masih muda, 24 tahun. Sejak kecil dia dibesarkan oleh kakeknya. Ibunya meninggal setelah melahirkannya. Ayahnya juga meninggal saat Celine berusia enam tahun.

Celine memiliki seorang kakak laki-laki. Delapan belas tahun yang lalu, terjadi kecelakaan yang menimpa ayah dan kakaknya.

Saat itu, kakaknya masih berusia dua belas tahun. Menurut cerita yang Celine dengar dari kakeknya, ayahnya meninggal karena kecelakaan mobil saat perjalanan pulang dari kantornya. Sedangkan kakak laki-lakinya yang saat itu ikut bersama ayahnya, dia menghilang entah kemana.

Kakek sudah berusaha mencarinya selama bertahun-tahun hingga akhirnya, kakeknya pun pergi meninggalkan dirinya sendirian untuk selamanya di usianya yang sudah tujuh belas tahun dan belum menemukan kakak laki-lakinya.

Celine sudah memimpin perusahaan ini sejak usianya delapan belas tahun. Saat itu, dia masih duduk di bangku kuliah semester pertamanya. Waktunya dihabiskan untuk kuliah dan mengurus perusahaan.

Celine harus menjadi wanita yang lebih dewasa dan kuat setelah kepergian kakeknya. Karena ada banyak hal yang harus dia hadapi sendiri dalam hidupnya.

Meskipun semua urusan perusahaan ini dia dibantu oleh Devan, tapi tetap saja dia pemiliknya, dan hal-hal yang menyangkut dengan Star Corp ini, semua harus atas persetujuan darinya. Semua keputusan ada pada Celine.

Rapat hari ini tidak berlangsung lama. Meskipun hanya kurang dari dua jam, tetapi cukup menguras tenaga dan juga pikiran.

Sudah tiga tahun Celine tidak memimpin rapat besar seperti ini. Selama tiga tahun itu, Celine juga disibukkan dengan pekerjaannya mengurus cabang-cabang perusahaan yang ada di luar Paris bersama Chika dan Jessica.

Celine memilih untuk berpindah-pindah tempat dalam mengurus cabang-cabang perusahaannya daripada harus tinggal dan menetap di Paris.

Terlalu banyak kenangan indah bersama Kenzo William yang masih selalu melintas di pikirannya. Membuatnya merasa sangat sulit untuk tetap bertahan di sini.

Kenzo yang pernah mengisi hari-harinya, membuatnya merasa menjadi wanita paling beruntung di dunia ini. Hingga terjadilah suatu peristiwa tragis yang sama sekali tidak pernah dia duga.

Dia meninggalkan Celine untuk selamanya, meninggalkan Celine seorang diri untuk menghadapi hari-hari yang begitu berat.

Celine duduk bersandar di kursi kebesarannya di dalam ruangan kantornya sambil menatap langit-langit ruangan kantornya yang berwarna putih.

Setelah rapat tadi, Celine sama sekali belum menyentuh dokumen-dokumen yang ada diatas meja kantornya.

Baru semalam dia sampai di kota ini, pikirannya kembali mengingat masa lalunya. Membuatnya merasa lelah.....sangat lelah!

Seketika, Celine tersadar dari lamunannya ketika mendengar suara ponselnya berdering di atas meja. Jessica yang menelponnya.

Jessica mengatakan, ada seorang pria yang mencarinya dan ingin bertemu dengannya. Celine menyuruhnya untuk mengantar pria itu ke ruangannya. Tapi, pria itu menolak dan meminta Celine turun je lobby menemuinya.

"Baiklah, aku akan segera turun." Setelah menutup teleponnya, Celine segera keluar dari ruangan kantornya dan turun menuju lobby perusahaan.

...***...

#3

Saat sampai di meja resepsionis, seorang resepsionis mengatakan kepada Celine: "Bu Celine, Tuan ini ingin bertemu dengan anda."

Celine yang berdiri disana melirik ke arah pria tinggi besar yang ada didepannya. Pria itu memakai kemeja hitam dengan lengan kemeja yang digulung sampai ke siku.

Dia berdiri membelakangi Celine sambil sibuk dengan ponsel yang ada 'ditangannya.

Celine merasa penasaran, kemudian menyapa pria itu. "Tuan, apa kamu ......"

Tiba-tiba, pria itu membalikkan badan dan menyapanya dengan senyum smirk-nya. "Hai, Nona Celine."

Celine merasa sangat terkejut begitu pria itu membalikkan badan sampai dia tidak melanjutkan ucapannya tadi.

Dengan cepat, Celine membalikkan tubuhnya berusaha kabur dari pria itu. "Ya Tuhan! Kenapa dia bisa kesini menemuiku?!" Gumamnya pelan sambil menepuk dahi.

Tapi, pria itu segera menghentikannya saat Celine hampir kabur darinya. "Nona, apa kamu akan merasa frustasi kalau dalam sehari saja tidak membuat masalah denganku?"

Celine yang tidak mengerti dengan ucapan pria itu, dia membalikkan lagi tubuhnya dan melihat dia dengan alis yang mengerut. "Apa maksud dari ucapan Tuan?"

Pria itu kembali menunjukkan senyum smirk-nya. "Apa kamu lupa kalau kamu sudah membawa koperku tanpa sepengetahuan dariku? Itu sama saja dengan pencurian."

"Kamu....." Celine menahan kekesalannya sambil memelototi pria itu dengan wajah yang memerah.

"Sekarang kamu ikut aku atau aku akan melaporkanmu ke polisi atas kasus pencurian." Selesai bicara, pria itu langsung membalikkan badan dan melangkah keluar dari perusahaan.

Celine hanya bisa dengan terpaksa mengikuti pria itu dari belakang karena tidak ingin mengalami masalah.

Dia mengikuti langkah pria itu menuju parkiran mobil.

Pria itu berhenti di samping mobil sport mewah berwarna hitam yang diketahui Celine kalau harga mobil itu mobil sport termahal didunia.

Pria itu membuka pintu driver kemudian masuk kedalam mobil.

Dalam pikiran Celine, pria yang hanya memakai kemeja dengan lengan yang digulung sampai siku, memakai celana panjang hitam tanpa memakai jas dan sepatu sneakers, melihat penampilan pria itu rasanya tidak mungkin kalau pria itu mempunyai mobil semewah ini dengan harga selangit?

Dirinya saja yang memiliki perusahaan besar, tidak pernah terpikirkan untuk membeli mobil semahal itu.

Seketika, Celine tersadar dari lamunannya ketika mendengar suara klakson mobil didepannya yang dibunyikan pria itu. "Nona, apa kamu hanya ingin berdiri saja disana sampai nanti malam? Masuklah!"

Celine menggertakkan giginya menahan segala emosinya saat mendengar ucapan pria itu yang baginya sangat kasar. Baru kali ini ada orang yang bicara seperti itu kepadanya.

Akhirnya, Celine melangkah ke arah pintu co-driver dengan langkah kesal, membuka pintunya dan masuk kedalam.

Pria itu segera melajukan mobil sport-nya.

Selama perjalanan, tidak ada dari mereka yang berbicara. Hanya suara musik electro yang memekakkan telinga, membuat Celine yang sedang menahan kemarahannya semakin marah mendengarnya.

Dengan berani, Celine pun bicara dengan suara keras kepada pria itu. "Apa kamu begitu tuli, sampai mendengarkan musik dengan volume yang sangat keras?!"

Tapi, pria yang duduk disampingnya seolah tidak mendengar ucapannya. Hanya Celine dapat melihat perubahan raut wajahnya yang menjadi lebih dingin.

Tiba-tiba, pria itu menambah kecepatan mobilnya dan dia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Membuat Celine ketakutan.

Ya Tuhan! Pria ini benar-benar gila! Kenapa aku harus mau ikut dengannya?!

Mobil itu melewati pantai-pantai dengan batu karang yang indah. Juga melewati bukit-bukit yang menjulang tinggi dengan pepohonan yang rindang di bahu jalan.

Celine tidak tau kemana pria ini akan membawanya. Dia sendiri juga tidak berani bersuara, apalagi bertanya kepadanya. Melihat raut wajahnya yang dingin seolah mengeluarkan aura membunuh, membuatnya merasa takut. Hanya bisa berdiam sambil menatap ke arah luar jendela mobil menikmati keindahan alam yang dia lalui.

Mobil itu tiba-tiba berbelok ke arah jalan aspal yang lebih kecil dari sebelumnya dan melewati semak-semak belukar yang tinggi. Membuat Celine semakin takut dan dia hanya bisa terus berdoa dalam hati untuk keselamatannya.

Astaga! Apa pria ini akan membunuhku hanya karena sebuah koper?

Hal yang terlintas di pikiran Celine saat ini.

Hampir satu jam, mobil sport mewah yang dikendarai mereka akhirnya berhenti di depan sebuah Villa yang terletak di pinggiran pantai.

Dari dalam mobil, Celine menatap kagum pada sebuah Villa dengan gaya classic minimalis yang begitu mewah menghadap ke pantai yang sangat indah. Benar-benar seperti Villa impiannya.

"Turun!"

Celine kembali dikejutkan dengan suara pria itu yang menyuruhnya untuk turun setelah memarkirkan mobilnya di halaman Villa.

Dengan perasaan yang masih takut, Celine hanya bisa menuruti perintahnya.

Pria ini benar-benar sangat konyol! Beraninya dia mengancam dan menyuruh orang dengan seenaknya!

Celine turun dan mengikuti langkah pria itu ke arah pintu Villa.

Pria itu menggunakan sidik jari untuk membuka pintu Villanya.

"Masuklah." Ucap pria itu mempersilahkan Celine masuk setelah mamebuka pintunya.

Celine pun masuk disusul dengan pria itu.

Suasana di dalam Villa sangat gelap karena lampu tidak menyala dan gorden yang berwarna gelap masih tertutup rapat.

Tapi dalam sekejap, suasana dalam Villa menjadi terang begitu pria itu menjentikkan jarinya.

Lampu langsung menyala dengan indah, bersamaan dengan terbukanya gorden-gorden yang menutupi kaca jendela Villa ini hingga cahaya dari sinar matahari masuk ke dalam ruangan.

Celine hanya diam dengan mata melebar dan berdecak kagum melihat semua ini.

Pria konyol ini benar-benar kaya. Rumah Celine saja tidak ada sistem otomatis seperti ini kecuali pintu dengan sidik jari.

"Tidak usah kaget seperti itu." Ucap pria itu dengan senyum smirk-nya. "Tunggu sebentar." Pria itu kemudian berjalan menuju lift yang ada di sudut ruangan, masuk ke dalam lift dan entah kemana.

Celine tidak terlalu menanggapinya. Dia melihat ke sekelilingnya.

Villa dengan tiga lantai ini memang sangat besar. Ruang tamu yang di design sangat mewah ini bergaya classic dengan warna gold yang menghiasi setiap sudut ruangan seperti di kerajaan Romawi kuno.

Tidak jauh dari ruangan tamu ini terdapat ruangan yang cukup besar. Ditengah-tengah ruangan tersebut ada sebuah piano dan juga biola. Di ruangan itu juga terdapat jendela kaca besar yang menghadap ke pantai. Ini adalah spot yang menarik di lantai ini.

Celine kemudian berjalan ke arah ruangan itu menuju ke jendela kaca besar yang menghadap pantai. Dia berdiri di sana sambil menikmati keindahan pantai. Deburan ombak, pasir putih, burung-burung yang beterbangan, batu-batu karang yang berdiri kokoh, dan air laut yang berwarna biru, membuat mata yang melihatnya akan langsung terhipnotis.

Benar-benar pemandangan yang sangat indah.

Tapi lamunan akan keindahan pantai hanya sampai disitu saja ketika dengan tiba-tiba Celine mendengar suara pria sombong itu dari arah sudut ruangan lain.

"Nona, ini kopermu. Ambil dan pulanglah."

Celine menoleh ke arah pria itu. "Lalu, bagaimana dengan kopermu?"

"Ambil saja." Jawabnya dengan acuh.

"Tapi, aku tidak membutuhkannya."

"Aku lebih tidak membutuhkan lagi pakaian, bra, dan juga kosmetik yang ada didalam kopermu itu."

Celine kembali sangat kesal mendengar ucapan pria itu. Dia benar-benar sangat sombong!

Celine kemudian berjalan ke arah koper miliknya dengan wajah kesal, lalu mengambilnya. "Terimakasih!" Ucap Celine kemudian segera berjalan keluar meninggalkan Villa itu.

Sedangkan pria sombong itu hanya berdiri diam menatap kepergian Celine.

"Pria itu benar-benar sangat konyol dan sombong! Setelah membawaku kesini dengan paksa, kemudian dia mengusirku? Dasar tidak punya perasaan!" Gerutu Celine dengan segala kekesalannya sambil terus berjalan setelah keluar dari Villa itu.

...***...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!